Sutari
Imam Barnadib berpendapat bahwa alat pendidikan adalah “suatu tindakan atau
perbuatan atau situasi atau benda yang dengan tindakan untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan.” Sementara Ahmad D. Marimba mendefenisikannya sebagai
“segala sesuatu atau apa yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.” Dari
pengertian yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa alat juga merupakan
komponen penting dalam pendidikan. Dengan alat tersebut, tujuan pendidikan akan
mudah untuk dicapai.
Adapun dari jenis alat tersebut,
tidak saja berupa benda (material) tetapi juga yang bukan benda (non materi).
Menurut Zakiah Daradjat, alat berupa benda ini meliputi: pertama, media tulis
atau cetak seperti Al- Qur’an, hadits, tauhid, fiqh, sejarah dan sebagainya;
kedua, benda- benda alam seperti manusia, hewan, tumbuh- tumbuhan, zat padat,
zat cair, zat gas dan sebagainya; ketiga, gambar- gambar, lukisan diagram, peta
dan grafik. Alat ini dapat dibuat dalam ukuran besar dan dapat pula dipakai
dalam buku- buku teks atau bahan bacaan lain; keempat, gambar yang dapat
diproyeksi, baik dengan alat atau tanpa suara seperti foto, slide, film strip,
televise, video dan sebagainya; dan kelima, audio recording (alat untuk didengar)
seperti karet tape, radio, piringan hitam, dan lain- lain yang semuanyadiwarnai
dengan ajaran agama.
Adapun alat yang berupa non- benda,
dapat berupa keteladanan, perintah/ larangan, ganjaran dan hukuman, dan
sebagainya. Jadi, alat berupa non- benda ini tampaknya sama dengan metode. Hal
ini dapat diterima mengingat bahwa metode juga dapat disebut sebagai alat
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Barikut ini akan dijelaskan
ganjaran dan hukuman sebagai salah satu alat pendidikan berupa non- benda.
Peringatan dan perbaikan terhadap
anak bukanlah tindakan balas dendam yang didasari amarah, melainkan suatu
metode pendidikan yang didasari atas rasa cinta dan sayang. Sesungguhnya masa
kanak- kanak adalah masa terbaik bagi pendidikan. Sering kita temui sebagian
anak muda dibina dan sebagian lain sulit dibina, sebagian giat belajar dan yang
lain malas belajar, sebagian mereka belajar untuk maju dan sebagian lain
belajar hanya untuk terhindar dari hukuman.
Sebenarnya sifat- sifat buruk yang
timbul dalam diri anak di atas bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat- sifat
tersebut terutama timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua
dan para pendidik. Semakin dewasa usia anak, semakin sulit pula baginya untuk
meninggalkan sifat- sifat buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari
keburukan sifat- sifatnya, tapi tidak
mampu mengubahnya. Karena sifat- sifat buruk itu sudah menjadi kebiasaan
yang sulit ditinggalkan. Maka berbahagialah para orangtua yang selalu
mengingatkan dan mencegah anaknya dari sifat- sifat buruk sejak dini, karena
dengan demikian, mereka telah menyiapkan dasar yang kuat bagi kehidupan anak di
masa mendatang. Merupakan kesalahan besar apabila menyepelekan kesalahan-
kesalahan kecil . Maka bila orangtua mendapati anaknya melakukan kesalahan,
seperti berkata kasar misalnya, hendaklah langsung mengingatkannya. Setelah
mengetahui arti penting peringatan dan perbaikan bagi anak, maka orangtua dan
pendidik harus mengerti metode yang diajarkan Rasulullah SAW dalam peringatan
dan perbaikan anak. Dalam dunia pendidikan, metode ini disebut dengan metode
ganjaran (reward) dan hukuman (punishment). Dengan metode- metode tersebut
diharapkan agar anak didik dapat untuk melakukan perbuatan positif dan
progressif.