Alhamdulillah,
akhirnya dapat izin juga dari BKM untuk pergi ke Barus.
Ceritanya
begini, malam minggu perdana ane ikut ngaji tassawuf di pengajian Al- Ittihad
bertempat di Komp. Wartawan, lupa tuh ntah tanggal berapa, bulan berapa, tahun
berapa, maklum udah atok- atok,, hahhahaha... Saat Ust. Hafizh Yazid ceramah,
ane dan kawan- kawan malah bakombur di majelis paling belakang (contoh tak
baik), di situ ada Rusli (biasa kami panggil lajang), Qomar (biasa kami panggil
ulamak, tapi bukan ulamak beneran, sekedar panggilan saja, yaaaaaaaaaahh moga-
moga dengan panggilan tersebut jadi ulamak beneran) Ust. Mirwan (Amir One).
Mulanya kami khusyuk dengerin ceramah tuh ustadz (ceee'iLe khusyuk, khusyuk
dari hongkong), tapi karena rusli duluan buka ancak (bhs. batubara/ mulai buka
obrolan) kami yang bertiga pun ikut ngeladeni cakapnya, termasuk sie ustadz
mirwan.
Rusli :
"Ustadz, apo can ne ? kemano, jalan- jalan lah kito mo..".
Ustadz : "kalau ondak kau ke barus kito mo,
ajak budak- budak duo ne.. (yang di maksud ane dan qomar, wahhh ustadz ngajak
berantem manggil kami budak- budak.. qiqiiqqiiqiq.. peace ^_^)."
Rusli : "iiiiiimmooo, ondak botul aku, apo
can di sanan?".
Ustadz
: "Jemaah ustadz, ado keluarga nyo di sanan, udah lamo dio tak ke sanan,
jadi di ajak nyo ustadz, kalau ondak kalian ongkos nyo 200 rb PP, masalah makan
tonang ajo, kami lah tuh.."
Rusli,
ane dan Qomar : "haaaaaaaa,,, buleh.. buleh.." jawab kami serempak.
***
Setelah
obrolan di malam pengajian itu membuahkan hasil sehingga kami pun berangkat.
Ba'da maghrib kami (ane, rusli dan qomar) kumpul di rumah ustadz, setelah itu
tak berapa lama terdengar dari luar rumah suara mobil berhenti, ya mobil APV
yang membawa kami berenam, sopir rental, jemaah pak ustadz (ntah siapa namanya,
lupa), ustadz, ane rusli dan qomar yang hendak membawa kami dari Medan menuju
Barus. Mobil pun melaju melewati tol tanjung mulia sekitar pukul 20.32 dan
singgah sebentar di Pasar Bengkel- Sergai.
Astaghfirullah,
ini lah tampang ane, beranggapan kayak koboi malah di bilang si kawan kayak
tukang bersih- bersih (huhuhu, tak apa tukang bersih- bersih kan pekerjaan
mulia). Mungkin karena di dekat tempat sampah tuh kali ya.. hehehe ...
Setelah
selesai membeli buah tangan di pasar bengkel, kami pun beranjak dan
meninggalkan Sergai menuju barus. Panorama alam malam itu beragam, hujan di
simalungun lah yang memberikan hawa serem, dingin, gelap dan sunyi, perasaan
cuma mobil kami aja di jalan tuh, sehingga pemikiran ane pun macam- macam waktu
melihat sekitar jalanan.
Pengalaman
perjalanan terasa ekstrim kami rasakan pas melintas di daerah Pakkat yang
berliku- liku aaajeee gileeee.. mual- mual, rusli muntah (kasihan), kalau ane
lebih milih berbaring dan tidur biar gak terasa kali muter- muter nya,
hihihihi..
Alhamdulillah,
kurang- lebih sekitar pukul 04.55 pagi kami sampai di Barus tepatnya di
kediaman jema'ah si Ustadz, meletakkan barang- barang bawaan kami dan langsung
menuju mesjid yang tak jauh dari situ. Kalau tak silaf (bhs. Batubara/ kalau
gak salah) Mesjid tersebut ane baca pada salah satu literatur merupakan Mesjid
besar negeri pujangga Syeikh Hamzah Fansuri Barus.
Sekilas
Pandang tentang Barus
Barus
adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara,
Indonesia. Kota Barus terletak di pinggir Pantai Barat Sumatera. Barus sebagai
kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan
nama lain, yaitu Fansur.
Pada
masa lalu Kapur Barus dan rempah-rempah merupakan salah satu komoditas
perdagangan yang sangat berharga dari daerah ini dan diperdagangkan sampai ke
Arab, dan Parsia. Kapur Barus sangat harum dan menjadi bahan utama dalam
pengobatan di daerah Arab dan Persia. Kehebatan kapur ini pun menjalar ke
seluruh dunia dan mengakibatkan dia diburu dan mengakibatkan harganya semakin
tinggi. Eksplorasi yang berlebihan dari kapur barus ini mengakibatkan tidak ada
lagi regenerasi dari pohon yang berusia lama ini. Saat ini sangat susah menemui
pohon kapur barus, kalaupun ada umurnya masih belum mencapai usia memproduksi bubuk
yang ada di tengah batang pohon.
Barus
kota tua, menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi islam,
baik dari dalam negeri dan dari luar negeri, khususnya di Lobu Tua dimana
peneliti Prancis dan Indonesia melakukan eksplorasi arkeologi. Saat ini kita
dapat melihat peninggalan sejarah Islam di Barus, yaitu dengan adanya makam
Papan Tenggi dan makam Mahligai.
Dari
cerita penduduk setempat asal nama makam papan tinggi karena dulunya tangga
menuju ke atas makam di atas bukit tersebut masih terbuat dari papan, dan
karena letak makamnya tinggi di atas bukit, maka jadilah disebut Makam Papan
Tinggi.
A. SEJARAH DAERAH
Sebelum
kemerdekaan R.I, wilayah Barus meliputi daerah-daerah yang berada di Kecamatan
Barus, Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Sosorgadong, Kecamatan Sorkam,
Sorkam Barat dan Kolang yang sekarang masuk ke dalam daerah Kabupaten Tapanuli
Tengah. Seterusnya Kecamatan Pakkat, Parlilitan, Tara Bintang dan Onan Ganjang
yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Sebagian daerah
Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam di Propinsi Aceh. Daerah Barus
dulunya dikenal dengan nama Barus Raya. Wilayah Barus Raya terdiri atas :
1.
BARUS KOTA meliputi Dewan Negeri Barus, Kota Barus, Barus Mudik, Tukka Holbung,
Dewan Negeri Pasaribu Dolok berikut desa-desanya antara lain, Kinali, Ladang
Tengah, Ladang Baru, Lobu Tua, Uratan, Rina Bolak, Sirami-ramian, Sogar,
Pangaribuan, Parik Sinomba, Sihorbo, Purba Tua, Aek Dakka, Siharbangan,
Pananggahan, Bukit Hasang, Patupangan, Sigambo-gambo, Kadei Gadang, dll.
2.
BARUS TIMUR terdiri dari Dewan Negeri Sorkam, Sorkam kanan, Sorkam kiri, Pasar
Sorkam, Bottot, Teluk Roban, Pahieme, Bukkit, Pagaran-Tombak, Riana Bidang,
Pasaribu Tobing, Gotting Mahe, Hurlang dengan ibu kotanya Kolang, Sipakpahi,
dan lain-lain.
3.
BARUS UTARA meliputi Dewan Nagari Tukka Dolok, Kecamatan Pakkat, Kecamatan
Parlilitan dan Onan Ganjang (di Tapanuli Utara, Negeri Siranggason Negeri
Simanullang, Negeri Rambe, berikut desa-desanya antara lain Batu Gaja
Siantar-sitanduk, Situbu-tubu, Tara Bintang, Aek Riman, Sibua kare, Huta
Ambasang, Sigalapang, Aek Sopang, Tolping, Siambaton Julu, Temba, Arbaan,
Parbotihan, Sanggaran, Huta Julu, Sihikkit, Banuarea, Sijarango, Sitonong,
Sampean, Kalasan, Pusuk, dan lain-lain.
4.
BARUS BARAT, terdiri dari Dewan Negeri Siambaton Napa, Manduamas,
Gosong-Telaga, Laebutar, Singkil Baru (Suraya) berikut desa-desanya antara lain
Pardomuan, Tumba, Binjohara, Pagaran-Pinang, Saragih, Purti, Balno, Rimau,
Oboh, Runding,Tambisi, Sikoran, Napagalu, Bistang, Pangkalan Surambi, Lipek
Kajang, Pakkiraman, Sirimo-Bunga-Tolu, Kampung Keras, Lae Gambir, Bonang,
Siteraju, Namasondol, Suro, Uruk-datar, Tanjung Mas, Subulussalam, dan dll.
Jembatan
gantung di atas Aek Raisan di tahun 1905
5.
BARUS SELATAN adalah samudera Indonesia yang didepannya ada Pulau Mursala,
Pulau Sorkam, Pulau Panei, Pulau Karang, Ulak Bumi, Pulau Lipan, Pulau Mangki-
Gadang, Pulau Panjang, Pulau Sarok, dan Pulau Sikandang. Luas wilayah Barus
Raya diperkirakan lebih dari 400.000 ha, memanjang sepanjang pantai Barat
Sumatera, antara Muara Kolang di Tenggara sampai muara sungai Simpang Kanan.
Sungai-sungainya yang terbesar antara lain, Aek Raisan melintas di negeri
Kolang, Aek Sibondong, hulunya Kota Dolok Sanggul di Humbang Hasundutan dan
bermuara di Pasar Sorkam.
Pada
Juni 1946 melalui sidang Komite Nasional Daerah Keresidenan Tapanuli,
dibentuklah Kabupaten Sibolga / Tapanuli Tengah. Seiring itu pula di Tapanuli
Tengah mulai dibentuk kecamatan-kecamatan untuk menggantikan sistem
Pemerintahan Onder Distrik Afdeling . Sibolga adalah kecamatan yang pertama
kali dibentuk, menyusul Lumut dan Barus. Dengan demikian pada waktu itu status
Barus resmi menjadi sebuah Kecamatan. Dengan sendirinya wilayah Barus Raya sudah
terbagi-bagi sesuai ketentuan yang berlaku pada saat itu. Adapun Sorkam masih
dalam wilayah Kecamatan Barus. Dengan Undang-Undang darurat no. 7 Tahun 1956,
di Sumatera Utara dibentuklah daerah otonom kabupaten, termasuk Tapanuli
Tengah. Melalui undang-undang itu juga Sibolga menjadi Kota Praja. Terpisahnya
Sorkam dari Kecamatan Barus didasarkan adanya ketentuan yang menyatakan bahwa
setiap kabupaten harus mempunyai dua kewedanaan dan satu kewedanaan minimal
harus dua Kecamatan. Wedana Barus terdiri dari Kecamatan Barus dan Kecamatan
Sorkam. Berdasarkan PP No. 35 /1992 tanggal 13 Juli 1992 tentang pembentukan 18
kecamatan yang ada di Sumatera Utara, maka Kabupaten Tapanuli Tengah mendapat 2
daerah pemekaran yakni Kecamatan Manduamas yang merupakan hasil pemekaran dari
Kecamatan Barus dan Kecamatan Kolang hasil pemekaran dari Kecamatan Sibolga.
Sesuai dengan perkembangan pemekaran wilayah yang terjadi di seluruh Indonesia,
maka Kecamatan Barus pun dimekarkan berkali-kali. Dalam berberapa tahun saja
menjadi kecamatan, Manduamas dimekarkan menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan
Manduamas dan Kecamatan Sirandorung. Sementara Kecamatan Barus dimekarkan lagi
menjadi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Barus, Kecamatan Sosorgadong,
Kecamatan Andam Dewi dan Kecamatan Barus Utara.
Setelah
Sorkam lepas dari Barus, maka Kecamatan Barus sebelum dimekarkan mempunyai
banyak nama desa dan kelurahan sebagai berikut : Sibintang, Barangbang,
Sosorgadong (yang kemudian menjadi nama kecamatan tersendiri), Siantar CA,
Muara Bolak, Siantar Dolok, uta Tombak, Unte Boang, Purba Tua, Huta Ginjang,
Sijungkang, Pariksinomba, Sihorbo, Pananggahan, Kade Gadang, Sigambo-gambo,
Kampung Solok, Pasar Terandam, Kinali, Kelurahan Pasar Batu Gerigis, Gabungan
Hasang, Patupangan, Ujung Batu, Kelurahan Padang Masiang, Sawah Lamo, Ladang
Tengah, Labu Tuo, Uratan, Kampung Mudik, Aek Dakka, Bondar Sihudon, Rina Bolak,
Sosorgonting, Sirami-ramian, Pangaribuan, Sogar, Sigolang, Pasar Onan Manduamas
(sekarang menjadi ibukota Kecamatan Manduamas), Simpang III/Lae Bingke,
Manduamas Lama,Siordang, Saragih, Pardomuan, Tumba CA, Sigolang, Binjohara dan
Simpang Maruhur.
B. LETAK GEOGRAFIS
Untuk
menentukan keadaan letak geografis dengan pendekatan astronomi suatu daerah
yang didasarkan kepada letak lintang dan bujurnya maka wilayah Barus terletak
berada di antara 10 26-20 11 Lintang Utara dan 910-980 53 Bujur Timur. Sebelum
pemekaran Kecamatan Barus berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh dan
Kabupaten Tapanuli Utara. Setelah pemekaran maka Kecamatan Barus berbatasan
dengan :
Sebelah
Timur dengan Kecamatan Sosorgadong Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia
(Lautan Hindia) Sebelah Barat Kecamatan Andam Dewi Sebelah Utara Kecamtan Barus
Utara
Kecamatan
Barus mempunyai 2 Kelurahan dan beberapa desa. Kelurahannya adalah Pasar Batu
Gerigis dan Padang Masiang. Kedua kelurahan ini mempunyai fungsi dan kedudukan
masing-masing. Kelurahan Pasar Batu Gerigis yang letaknya langsung berbatasan
dengan Samudera Indonesia menjadi pusat perdagangan dan jasa. Di kelurahan ini
berdiri gedung pusat perdagangan dan pertokoan. Gedung perkantoran lainnya
adalah Kantor Pos dan Bank Sumut. Di Kelurahan Pasar Batu Gerigis berdiri pula
Gedung SD, SMP Muhammadiyah tepat di Jl. R.A. Kartini. Bidang Jasa daerah ini
merupakan pusat jasa angkutan ke luar wilayah Kecamatan Barus. Stasiun atau
agen angkutan umum penumpang pusatnya di sekitar Jl. K.H. Zainul Arifin.
Angkutan yang dilayani adalah Tujuan Medan, Sibolga, P.Sidempuan, Dolok Sanggul
dan Singkil. Kalau sudah menjadi sentral pengangkutan umum, tentu disana juga
terdapat penginapan dan rumah-rumah makan.
Sementara
di Kelurahan Padang Masiang merupakan pusat pemerintahan dan pendidikan. Di
kelurahan ini berdiri gedung-gedung perkantoran di antaranya Kantor Camat
Kecamatan Barus, KAPOLSEK, KORAMIL, PLN, BRI, TELKOM , PUSKESMAS dan Kantor
KUA. Gedung lain yang berdiri yakni SD Negeri, SMP Negeri 1, SMA Negeri 1,
Madrasah Aliyah Negeri, Perguruan N.U,,Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Sekolah
Tinggi HISIBA.
Di
antara kelurahan dan desa-desa yang berada di Kecamatan Barus masing-masing
mempunyai areal pertanahan yang digunakan oleh penduduknya. Tanah-tanah
tersebut tergolong subur dan ditumbuhi oleh pepohonan dari berbagai jenis
seperti pohon kelapa sepanjang pantai Samudra Indonesia. Penanfatan tanah di
Kecamatan Barus terdiri dari perkampungan penduduk, persawahan, ladang, kolam,
rawa-rawa dan lain-lain.
Pengungkapan
secara singkat tentang letak geografis disuatu daerah memahamkan bahwa
Kecamatan Barus salah satu wilayah di Kabupaten Tapanuli Tengah. Adapun jarak
antara Barus dengan ibukota kabupaten, Kota Pandan berkisar l.k. 75 Km.
ditempuh rata-rata lama perjalanan 2,5 jam untuk pemakai kenderaan roda empat
dan dua.
Daerah
yang padat penduduknya adalah Kelurahan Pasar Batu Gerigis dan Desa Pasar
Terandam.
Pantai
Barus Desa Pasar Terandam
C. AGAMA DAN ETNIS
Di
Kecamatan Barus tiga agama di dunia yakni Islam, Kristen Protestan dan Kristen
Katholik hidup berdampingan. Penduduk Kecamatan Barus didiami Etnis Pesisir yang
mayoritas beragama Islam. Bentuk keyakinan lain adalah kepercayaan Parmalim
yang merupakan agama nenek moyang suku Batak.
Etnis
Pesisir mempunyai ragam budaya dan bahasa tersendiri. Berkenaan dengan
pembagian etnis dimiliki penduduk melahirkan suatu ke-Bhinneka Tunggal Ika an.
Demikian di Kecamatan Barus, Etnis Pesisir hidup berdampingan dengan Etnis
Minangkabau, Batak Toba, Mandailing, Aceh, Pakpak, Nias, Bugis dan Jawa.
Kendatipun demikian keturunan Arab, India dan China masih terdapat di Kecamatan
Barus.
Penduduk
Kecamatan Barus yang beretnis Pesisir umumnya mempunyai marga sesuai dengan
suku induknya. Masyarakatnya banyak yang bermarga Batak seperti : Pasaribu,
Sinaga, Sinambela, Tarihoran, Sitanggang, Sihombing, Tanjung, Pohan, Samosir,
Limbong dan lain-lain. Ada juga yang bermarga Mandailing seperti Nasution,
Lubis, Batubara, Matondang dan bersuku Minang di antaranya Chaniago. Dari Etnis
Nias ada marga Harefa, Lase. Begitu juga dari marga Pakpak yakni Gaja,
Tumanggor dan lain-lain.
Dengan
adanya berbagai etnis ini maka penggalangan persatuan dan kesatuan dapat
terbina dengan baik. Banyaknya etnis di Kecamatan Barus kemungkinan besar tidak
terlepas dari julukan ‘Kota Tua’. Sebagaimana diketahui bahwa Barus dulunya
merupakan pelabuhan internasional yang disinggahi berbagai etnis dan suku
bangsa di dunia untuk mendapatkan kapur barus dan rempah-rempah.
D. PEREKONOMIAN
Untuk
menunjang kehidupan yang layak maka perekonomian sangat menentukan tingkat
kemakmuran suatu daerah. Di Kecamatan Barus mata pencarian masyarakatnya
sebagai tulang punggung penunjang kehidupan yang layak tersebut. Profesi
masyarakatnya ada yang menjadi nelayan, pegawai, petani dan berdagang. Mata
pencarian ini dapat dibagi menjadi berbagai sektor di antaranya sektor
perikanan atau kelautan, sektor perindustrian, sektor Jasa dan perdagangan.
1.
Perikanan
Sebagai
daerah yang langsung berbatasan dengan Samudera Indonesia, maka penduduk
Kecamatan Barus banyak yang menjadi nelayan. Umumnya nelayan di Kecamatan Barus
sangat bergantung dari hasil perikanan laut. Desa yang menjadi pusat transaksi
hasil laut tersebut berada di Desa Pasar Terandam atau Kualo (istilah
masyarakat setempat) dan Desa Kade Gadang. Kualo menjadi pusat kegiatan
nelayan, tempat ini dilengkapi dengan pelelangan ikan. Pelabuhan Kualo yang
berada di Desa Pasar Terandam merupakan kawasan yang paling aktif di Barus. Di
antara kegiatan yang berkaitan dengan penangkapan ikan, terdapat pula pembuatan
kapal bot, pembuatan es, kenderaan pengangkutan ikan segar ke ibukota Propinsi
Sumatera Utara, Medan, ke Sibolga, Padang, Dolok Sanggul dan daerah lainnya.
Penjualan ikan yang murah di daerah Barus di jajakan oleh pedagang keliling
bersepeda atau kenderaan sepeda motor. Masyarakat setempat menyebutnya
pangalong-along. Penjual ikan pun ada pada hari 'onan' (pekan) di hari Sabtu
dan Rabu.
Sebagai
sarana angkutan atau tempat bagi nelayan untuk menangkap ikan maka diperlukan
kapal motor angkut yang biasa disebut ”BOT” yang berjumlah ratusan buah,
terbuat dari kayu meranti dan kayu kapur yang dibawa dari Pulau Mursala
terdapat di lepas pantai Sibolga. Kapal motor ini terdiri dari badan, satu
ruangan kabin yang sederhana satu motor penggerak yang dapat mengangkut antara
170 hingga 280 m 3. Di samping Bot para nelayan juga memberdayakan sarana
angkutan perahu jongkong (jukung), perahu papan (biduk),motor tempel
(sitempel), bagan tancap dan bagan perahu.
Untuk
menunjang sarana perlengkapan angkutan dan tempat maka para nelayan memakai
peralatan penangkapan berupa jaring atau pukat. Di daerah Barus sekitarnya
terdapatlah pukat payang, pukat pantai/dogal, pukat kantong, perangkap bubu,
rawai, pancing, jaring insang tetap, jaring lingkar dan jaring insang
hayut.Selain melaut, para nelayan pun mempunyai kegiatan lain seperti pembuatan
keranjang, perbaikan jaring dan tempat penjemuran ikan.
2.Pertanian
Selain
nelayan, masyarakat Barus mempunyai penghasilan dari hasi pertanian. Wilayahnya
terdapat hamparan sawah yang ditanami padi. Hasil panen padi diperlukan oleh
masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena tanah persawahannya
kebanyakan mengharapkan air hujuan, maka selesai panen masyarakatnya tak dapat
berbuat banyak untuk membuat hasil lain.
3.
Industri
Di
Kecamatan Barus berkembang industri kecil menengah yang dikelola secara
perorangan. Industri itu di antaranya pengasinan ikan, kilang es batu, kilang
kopi, industri pembuatan stroop (siroop), kerupuk, anyaman daun pandan.
4.
Jasa
Pandai
besi, bengkel mobil, bengkel sepeda motor, reperasi sepeda, cas batrey, tambal
ban, fotocopy, salon, tukang foto, reperasi radio/TV, bengkel perahu, bengkel
las, pertukangan perabot rumah tangga, pembuatan batako, galangan kapal. Jasa
angkutan, jasa penginapan (hotel)dan rumah makan. Di Kecamatan Barus terdapat
berbagai penginapan yakni Hotel Fasyuri terletak di Jl. A. Yani Barus, dan
penginapan Pesanggarahan di Kelurahan Padang Masing.
5.
Perdagangan
Masyarakat
yang berprofesi menjadi pedagang umumnya berdomisili di Keluarahan Pasar Batu
Gerigis. Kegiatan jual beli dilaksanakan di onan (pasar) yang terjadi di Hari
Rabu dan Sabtu. Para pedagang berdatangan dari luar Barus. Pedagang
sayur-sayuran datang dari Dolok Sanggul, Pakkat. Sementara untuk kebutuhan
sehari-hari disediakan masyarakat setempat. Hari Rabu dan Sabtu merupakan hari
Sibuk bagi bagi masyarakat Barus. Pedagang bahan material bangunan, pedagang
pakaian menempati kios-kios. Sementara pedagang sayur mayur berjualan di kaki
lima.
E. POTENSI WISATA
Daerah
Barus sekitarnya ditinjau dari segala aspek mempunyai potensi yang sangat besar
terutama potensi pariwisatanya. Sektor pariwisata bahari dan keindahan alam
lainnya. Hal ini didukung dengan kondisi alam dan masyarakat Barus yang ramah
tamah serta banyak objek wisata yang tersebar diwilayahnya. Objek wisata pantai
adalah merupakan primadona tersendiri yang dimiliki Barus. Disamping itu
Kecamatan Barus juga memiliki objek wisata sejarah berupa Benteng Portugis dan
makam-makam kuno yang merupakan makam para penyebar agama Islam tempo dulu.
Makam yang terkenal adalah Makam Mahligai dan Papan Tinggi. Sayangnya potensi
wisata di Kecamatan Barus belum betul-betul dimanfaatkan menjadi daerah tujuan
wisata sehingga banyak yang terlantar belum dikelolah sebagaimana mestinya.
Untuk mendukung para wisatawan yang akan berkunjung ke Barus, maka pelancong dapat menggunakan pesawat udara dari Jakarta ke kota Medan, dari Medan dapat menggunakan angkutan darat langsung menuju Barus. Bus yang melayani trayek Medan-Barus di antaranya CV SAMPRI yang beralamat Jl. Jamin Ginting Medan arah ke Brastagi. Atau menggunakan pesawat udara ke Sibolga lewat Bandara Pinangsori, selama 30 menit, dari Sibolga membutuhkan 2.5 jam perjalanan lagi menuju Barus. Tujuan ke Barus dapat juga menggunakan travel minibus dari Medan menuju Sibolga selama 7-8 jam. Angkutan yang melayani Medan-Sibolga banyak di antaranya CV Simpati,CV Sibuluan Indah beralamat Jl. SM.Raja Medan. Sekarang sudah ada jasa travel jenis kijang kapsul dari Medan menuju Barus yakni CV. Barus Indah sebagai pelopor jasa transportasi darat pertama yang menggunakan armada mobil Kijang Kapsul yang berkantor di belakang Stadion Teladan MEdan, kemudian disusul oleh Inda Taxi, Aulia Travel dan CV. Putra Barus Travel yang beralamat di Jl. pancing no. 231 A depan kantor gubernur lama kota Medan.(editor KF. Pardosi).
Bagi
yang mempunyai kenderaan pribadi untuk berkunjung ke Barus melalui jalan darat
membutuhkan waktu sekitar 8 jam ; Dari Medan – Parapat – Balige -
Siborong-borong – Dolok Sanggul – Barus atau Medan – Brastagi – Kabanjahe –
Sidikalang – Dolok Sanggul – Barus. Dapat juga melalui rute Medan – Parapat –
Balige - Tarutung – Sibolga - Barus.
***
Sampai
Jumpa... daaaaaaaaaaaaaaaaaacccchhhh...!!!!!