Pada
hari itu sesuai planning, kami pun berangkat menuju lokasi wisata yang tak
kalah indahnya dengan lokasi wisata yang lainnya. Destinasi wisata kali ini
kami memilih Danau Linting yang kata orang tempatnya bagus nan indah. Ya..
danau linting, danau ini terletak di daerah Tiga Juhar Kecamatan STM Hilir
Kabupaten Deli Serdang, perjalanan dari Medan kami tempuh selama 2 jam
perjalanan hingga menuju lokasi, jalanannya cukup ekstrim hingga memacu
adrenalin kami, berliku- liku kurang lebih seperti liku- liku jalanan menuju
Lau Kawar- Berastagi.
***
Lucunya,
di tengah jalan, sebetulnya kami agak ragu dikarenakan baru kali ini ke tempat
itu jadi dari kami yang pergi berempat - naik kereta (red- sepeda motor), 1
kreta berbonceng dua orang yakni; ane berboncengan sama Qomar, sedangkan Jali
berboncengan dengan Jahar- tak tau jalan. Tapi syukur alhamdulillah kami jumpa
sama Saikers (Satria FU Bikers) yang kebetulan pas kami tanya:
"Mas,
mau kemana?." Tanya ku.
"Danau
Linting mas..". Jawab Si mas.
"Cius
mas.." Tanya ku yang sok alay.
"iyo.."
Jawab si mas yang keliatan dari raut wajahnya agak kesal.
"Sama
ya mas, soalnya kami ndak tau jalan ne,, hehe".. Timpal saya.
*%$%^&&()&).
Mas itu hanya menganggukkan kepalanya pertanda iya.
*^&%&^%^&$^$#.
(Lumayan.. ada pemandu jalan../ pikirku).
Akhirnya,
2 jam perjalanan yang kami tempuh sedari tadi, masa penantian kami
menghantarkan kami sampai ke tujuan,, jreng,, jreng.. ini rupanya danau linting
tuch... indah kan? ehehehek..
***
Sebelum
menceburkan diri, kami sempatkan dulu mengelilingi sekitaran danau (keliling
atau thawaf mas bro..), oleh karena danaunya tak terlalu lebar, yaaaa.. sekitar
50 meter keliling lebarnya, kami nikmati aja dulu mengelilinginya, menikmati
panorama alam perbukitan bukit barisan, cuaca yang kurang bersahabat yang
membuat kami jadi bingung, mandi gak ya? eh ternyata setelah kami menceburkan
diri sangkaan kami salah, semulanya kami mengira air danau itu dingin ternyata
hangat.. bisa untuk terapi ne.. (pikir ku). Air hangat danau itu terasa semakin
hangat saja kami rasakan setelah langit menurunkan hujan yang tak terbendung
lagi oleh awan, relax dulu cuuuuyyy.. ahahhaha..
***
Saking
lamanya kami berendam kayak badak yang sudah lama gak kena air, rasa lapar pun
mendera perut kami, kami beranjak naik sebentar ke daratan tuk mengisi perut sejengkal ini.. eehhmmm, sate
rupanya, ndak apalah, yang penting berisi perut nich.. Jangan ngiler yaa
pembaca.. hhhmm,,, nyaaammiii.. (lebay saia).
Sambil
menikmati lezatnya sate jualan orang pariaman sebelah ku ini, akupun membuka
pembicaraan (basa- basi):
"Jo,
ini dulunya gimana?" Tanya ku.
"ya,
dengar kabar, ini baru setahun bang ditemukan warga, dulunya gak nampak
nich danau karena ketutup lalang dan
semak." Katanya.
"Ouh.."
balasku yang sok paham.
Tiba-
tiba pembicaraan kami terpotong ketika pandanganku beralih sama orang- orang
yang mendadak pergi ke suatu tempat.
"Eh,
pada mau kemana tuch orang..?". Tanyaku.
"Gak
tau.." Jawab Jali.
"Ikutin
yokk.." Saut Qomar.
"Nyooookk.."
Sambut Jahar.
***
Setelah
kami buntuti, rupanya orang Saikers tadi yang membuat kami penasaran waktu
membuntutinya dari belakang (buntuti ya dari belakang, masa dari depan..).
Langkah kaki mereka terhenti sejenak ketika ada portal pemberitahuan
"Dilarang Masuk", tapi di sebelahnya ada kaleng infak bertuliskan
"seikhlas hati"..
"Mau
kemana mas?". Tanya ku.
"Itu
loh mas di bawah ada gua katanya." Jawab si mas Saikers.
"Oh
iya.., Masuk yok mas." Ajak ku.
"Ayok.."
Balas si mas Saikers sambil mengulurkan duit 2000 rb perak ke dalam kaleng.
"hahahaahaha..".
Ketawa kawan- kawan yang lain.
"Udah,
ayok masuk, perwakilan itu buat kita semua untuk mengobati rasa penasaran
kita.." Pungkas si mas Saikers yang lain.
Ini
lah dia Goa yang di maksud, orang setempat menyebutnya Goa Umang. Umang dalam
bahasa Karo berarti "Orang Bunyian". Cerita orang setempat dulunya
goa tersebut dihuni oleh orang bunyian tapi karena di sekitar goa tersebut ada
danau yang dikunjungi para wisatawan membuat umang pindah mencari tempat
tinggal yang jauh dari keramaian manusia. (Katanya).
"Pengalaman
adalah eksistensi dari kenyataan aplikasi hidup yang memberikan banyak warna." (Azwar
Ammar)