A. Pendahuluan
Sejarah
pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa Abbasiyah dan Umayyah, ini
tidak terlepas dari keberhasilan para pakar pendidikan di masa itu. Bukti dari
keberhasilan tersebut telah dapat dirasakan oleh umat Islam dalam berbagai
bidang dan juga merupakan cikal bakal munculnya pencerahan di dunia Eropa.
Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa
tersebut mengalami prioritas, dimulai dari tingkat sederhana hingga tingkat
tinggi. Dari yang dikelola oleh khalifah (pemerintah), seperti yang dilaksanakan
di rumah- rumah, kuttab- kuttab, di
masjid serta di madrasah. Dari sinilah mulanya para pelajar dan sarjana muslim
bahkan yang non sekalipun menuntut berbagai disiplin ilmu.
Di saat Abbasiyah mengalami kemunduran
di Baghdad (Abbasiyah kedua) menjadi kerajaan- kerajaan kecil dan berkuasanya
orang- orang Turki, masalah pendidikan tetap menjadi perhatian para khalifah
dan orang- orang kaya, sehingga pendidikan berhasil mencetak para pelajardan
sarjana sesuai dengan yang diharapkan. Di tiap Negara Islam pemerintah
membutuhkan pegawai- pegawai resmi (wazir) dalam menjalankan pemerintahan
Negara, untuk mendukung keinginan tersebut muncul system persekolahan
(madrasah).
Karena keterbatasan literatur dan
luasnya bidang kajian, maka penulis hanya bisa menghidangkan sekelumit tentang
madrasah Nizhamiyah dalam hal pembentukan, kurikulum, materi dan tokoh yang
terkenal, serta pengaruhnya. Pada akhir pembahasan diharapkan dapat lah kiranya kepada dosen pembimbing
memberi wejangan kritik dan saran guna kesempurnaan pada pembuatan makalah- makalah berikutnya.
B. Sekitar Kelahiran Madrasah di Dunia Islam
B. Sekitar Kelahiran Madrasah di Dunia Islam
Madrasah
merupakan isim makan dari “darasa”
yang berarti “tempat duduk untuk belajar”.[1]
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam, mulai didirikan sekitar abad ke-4 H dan
berkembang sekitar abad ke-5 H atau abad ke 10-11 M. Ada lagi yang mengatakan
sebelum abad ke-5 H seperti yang dikatakan oleh:
1. Richard Bulliet[2]
mengungkapkan bahwa eksistensi madrasah- madrasah yang lebih tua ada di wilayah
persia (Iran) yang berkembang 165 tahun sebelum madrasah Nizhamiyah. Madrasah
yang tertua tersebut adalah Madrasah Miyan Dahiya yang didirikan oleh Abu Ishaq
Ibrahim bin Muhammad di Naisabur.[3]
2. Hasan Ibrahim Hasan berpendapat
bahwa madrasah berdiri sekitar abad ke-4
H.[4]
3. Naji Ma’ruf berpendapat juga
bahwa madrasah tertua itu berada di kawasan Naisabur, Iran sekitar tahun 400 H.[5]
4. Al-Maqrizi menyebutkan bahwa
madrasah yang pertama kali muncul adalah Al-Baihaqiyah di Naisabur yang
didirikan oleh Abu Hasan Ali al-Baihaqi (w.414 H) ketika penduduk Naisabur
mendirikan lembaga pendidikan Islam model madrasah tersebut pertama kalinya.[6]
5. Madrasah Nuruddin Zinki (tanpa
tahun).
6. Pendapat lain mengatakan bahwa
madrasah yang pertama kali muncul di dunia Islam adalah Madrasah Nizhamiyah (457-495
H/1065-1067 M) yang menjadi objek kajian di dalam makalah ini. Seperti juga
yang dikatakan oleh George Makdisi dan Ahmad Shalabi[7],
mengungkapkan bahwa madrasah untuk kali pertama didirikan oleh seorang wazir di
masa kekhalifahan Abbasiyah yaitu Nizham al- Mulk (459 H) di tepi sungai Tigris
Baghdad.[8]
7. Madrasah Al- Mustanshiriyah
didirikan di Baghdad pada tahun 631 H (1234 M).
8. Madrasah Nuriyah didirikan di
Damaskus pada tahun 563 H (1167 M).[9]
C. Lembaga Pendidikan Nizhamiyah
Salah
satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriah
adalah madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang
didirikan tahun 457-495 H/1065-1067 M oleh Nizham Al- Mulk[10]
dari dinasti Saljuk.
Dinasti
Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Qiniq dalam masyarakat
Turki Oquz. Ia mengabdikan diri kepada Raja Begu (daerah Turkaman) yang
meliputi Laut Arab dan Laut Kaspia. Saljuk kaum yang memerdekakan diri dari
dinasti Samiah. Setelah saljuk meninggal[11],
kekuasaanya dilanjutkan oleh Thurgul Bek, ia berhasil mengalahkan dinasti
Ghaznawi (429 H/1036 M. Kemudian ia memproklamirkan berdirinya Dinasti Saljuk
dan mendapatkan pengakuan dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad.[12]
Bani Saljuk memasuki Baghdad pada masa Thurgul yang menggantikan Bani Buwaihi. Thurgul
digantikan oleh Alp Arselan dengan perdana menterinya yang terkenal, yaitu
Nizham al- Mulk. Pada masa inilah Saljuk berjaya hingga berlanjut pada masa
khalifah Malik Syah.[13]
Nizham
Al- Mulk mendirikan gedung- gedung ilmiah untuk ahli fikih, membangun madrasah-
madrasah untuk para ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin.
Pelajar yang tinggal di asrama diberi belanja secukupnya dari uang Negara
dengan jumlah yang tidak sedikit oleh Nizham al- Mulk. Akibatnya Nizham al-
Mulk mendapat teguran dari Malik Syah karena diadukan orang, bahwa uang yang
dibelanjakan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran tersebut merupakan
usaha Nizham al- Mulk untuk menaklukkan kota Qustantiah (Constantinopel). Tindakan
Nizham al- Mulk ini akhirnya dapat diterima Malik Syah setelah dijelaskan
alasan yang logis dan bahkan dapat menyadarkan khalifah. Begitu besarnya
perhatian Nizham al- Mulk terhadap pendidikan dan pengajaran sebagaimana yang
dinyatakan oleh Ahmad Syalabi:
“Tidak satupun negeri yang
didapatkan tidak mendirikan madrasah oleh Nizham al- Mulk, sehingga pulau
terpencil di sudut dunia yang jarang didatangi manusia juga didirikan madrasah
yang besar lagi bagus. Ditemukannya orang terkenal berpengetahuan luas dan
mendalam disuruh mengajar dan memberi sekolah itu adalah wakaf, dilengkapi
dengan perpustakaan.”[14]
Madrasah
Nizhamiyah merupakan madrasah termasyhur di dunia. Di antara madrasah tersebut
yang terkenal dan terpenting adalah Nizhamiyah di Baghdad (selain madrasah di
Balkh, Naisabur, Jarat, Asfahan, Basrah, Marw, Mausul, dan lain sebagainya).
Madrasah- madrsah Nizhamiyah itu dapat disamakan dengan perguruan tinggi di
masa sekarang, mengingat gurunya adalah ulama besar yang termasyhur salah
satunya adalah Abu Hamid bin Muhammad al- Ghazali. Al- ghazali terkenal dengan
asas mengajarnya, yaitu:
1.
Memperhatikan tingkat daya berpikir anak
2.
Menerangkan pelajaran dengan jelas
3.
Mengajarkan dari konkrit ke abstrak
4.
Mengajarkan ilmu pengetahuan secara berangsur-angsur.[15]
Kehadiran
Madrasah Nizhamiyah telah memberi pengaruh yang besar pada masyarakat baik
bidang politik, ekonomi, maupun sosial keagamaan .Dalam bidang ekomomi,
madrasah ini telah menghasilkan lulusan yang siap menjadi pegawai pemerintah
dibidang hukum dan administrasi. Pada sosial keagamaan, madrasah yang
memfokuskan pada ajaran fiqih, dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat
umumnya.
Madrasah
pada zaman Abbasiyah ini tampaknya ditangani langsung dan serius oleh
pemerintah. Melalui lembaga madrasah muncullah kecintaan dan gairah pada
intelektual islam terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dibuktikan dari
berbagai ilmu agama dan sains yang mereka hasilkan.
Adapun
tujuan Nizham al- Mulk mendirikan madrasah- madrasah itu untuk memperkuat
pemerintahan Turki Saljuk dan un tuk menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan.
Karena sultan- sultan Turki adalah dari golongan ahli sunnah, sedangkan
pemerintahan Buwaihiyyah yang sebelumnya adalah kaum syi’ah,[16]
oleh sebab itu Madrasah Nizhamiyah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan
mahzab ahli sunnah ke seluruh rakyat.
Untuk
memberantas mazhab- mazhab yang ditanamkan oleh golongan syi’ah kepada rakyat
yang dianggap batil, maka Nizham al- Mulk berupaya semaksimal mungkin
mendirikan madrasah Nizhamiyah untuk menanamkan mazhab ahli sunnah yang
dianggap lebih benar karena kepercayaan yang berdasarkan pelejaran- pelajaran
agama yang benar yang lebih memprioritaskan al- Qur’an dan sunnah.
Penanaman
kepercayaan, menarik perhatian pelajar atau mahasiswa dalam belajar, dan sikap
sangat setia kepada khalifah dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah dan
melemahkan pengaruh kedudukan syi’ah, karena perhatian ahlussunnah sangat besar
terhadap ilmu fikih yang terdapat dalam empat mazhab fikih.
Menurut
sejarah Islam, Nizham al- Mulk adalah orang yang mula- mula mendirikan
madrasah. Sedangkan menurut Gibb dan Kramers disebutkan, bahwa setelah madrasah
Nizhamiyah ini didirikan madrasah terbesar oleh Shalahuddin al- Ayyubi.[17]
Namun
demikian harus diakui bahwa pengaruh madrasah Nizhamiyah, ternyata melebihi
pengaruh madrasah- madrasah sebelumnya. Ia merupakan fondasi sekaligus
prototipe dari kelanjutan pendidikan Islam saat ini.[18]
Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pendirian universitas-
universitas di Barat merupakan hasil inspirasi dari pengaruh madrasah
Nizhamiyah. Demikian halnya George Makdisi, dalam beberapa tulisannya
mengatakan bahwa tradisi ini secara historis banyak mengambil keuntungan dari
tradisi madrasah.[19]
D. Kurikulum dan Materi yang di Berikan Nizhamiyah
Rencana
pendidikan di Madrasah Nizhamiyah tidak ditemui dengan tegas, menurut Mahmud
Yunus rencana pengajarannya adalah ilmu- ilmu syari’ah saja dan tidak ada ilmu- ilmu hikmah (filsafat), ini
terbukti sebagai berikut:[20]
1. Para ahli sejarah tidak seorang
pun yan mengatakan bahwa di antara mata pelajaranada ilmu kedokteran, ilmu
falak, dan ilmu- ilmu pasti, mereka hanya menyebut mata pelajaran nahu, ilmu
kalam, dan fikih.
2. Guru- guru yang mengajar di Madrasah
Nizhamiyah adalah ulama- ulama syariah sehingga madrasah tersebut merupakan
madrasah syari’ah bukan madrasah filsafat.
3. Pendiri madrasah itu bukanlah
orang yang membela ilmu filsafat dan bukan pula orang- orang yang membantu
pembebasan filsafat.
4. Zaman berdirinya Madrasah
Nizhamiyah bukanlah zaman filsafat melainkan zaman menindas filsafat serta
orang- orang filsuf.[21]
Sedangkan
ilmu- ilmu hikmah baru berkembang di kancah madrasah Islam setelah Madrasah
Nizhamiyah (lihat hlm 2 point 5 dan 6).
Ilmu- ilmu itu meliputi: ilmu pasti (matematika), kedokteran, filsafat,
astronomi, ilmu alam dan kemasyarakatan.
Madrasah
Nizhamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang sejalan dengan satu atau lebih, dari
mazhab ahlussunnah, dan juga menjadi tempat- tempat menarik pelajar untuk
menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar. Hal ini terlihat bahwa
hamper semua madrasah Nizhamiyah di Baghdad yang mencapai 30 buah semuanya
melebihi keindahan istana. Melalui madrasah Nizhamiyah ini, penanaman ideologi
sunni yang dilakukan Dinasti Saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk
mempertahankan stabilitas pemerintahan dari bahaya pemberontakan yang kerap
muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari Dinasti
Saljuk.
Berdasarkan
keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa madrasah Nizhamiyah tidak
mengajarkan ilmu yang bersifat duniawi, tetapi lebih terfokus pada pelajaran
ilmu agama terutama ilmu fikih. Mazhab fikih yang menonjol adalah fikih Syafi’I
dan teologi Asy’ary keduanya secara aktif dipelajari dan dialami. Walaupun yang
menonjol adalah mazhab Syafi’I, tetapi mazhab yang lain juga tetap dipelajari
dengan adanya imam- imam khusus untuk masing- masing mazhab dan khalifah
membentuk kadi yang ahli untuk masing- masing mazhab.
Bila
dibandingkan dengan lembaga pendidikan di Baghdad sebelum Nizhamiyah, yang
mengajarkan seluruh ilmu pengetahuan
hingga ‘Abbasiyah muncul sebagai lembaga pendidikan yang ahli di berbagai macam
sains dan teknologi, maka yang menjadi pertanyaan adalah mengapa di Madrasah
Nizhamiyah tidak demikian?
Untuk
menjawab hal ini dapat dikatakan bahwa mungkin ini suatu inovasi dari khalifah,
karena di Madrasah Nizhamiyah selan kepentingan politiknya yang menonjol juga
tidak ditemukan dokumen yang konkrit mengenai hal ini. Rencana pengajaran atau
kurikulum di Madrasah Nizhamiyah secara rinci menurut Mahmud Yunus adalah;
al-Qur’an (membaca, menghafal dan menulis), sastra arab, sejarah Nabi, Fikih,
Ushul Fikih dengan menitik-beratkan kepada mazha Syafi’I dan system teologi
Asy’ariyah.
Selanjutnya
dapat dipahami bahwa materi pelajarn di Madrasah Nizhamiyah hanya mempelajari
ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik,
dan ilmu keterampilan lainnya. Karena terlihat madrasah ini khusus didirikan
untuk menyebarka mazhab sunni atau kepentingan politik. Sebab dari latar
belakang diadakannya Madrasah Nizhamiyah untuk pengaruh mu’tazilah dan syi’ah
yang sangat kuat sebelumnya di lingkungan masyarakat pada masa itu.[22]
Hamid
Hasan Bilgrami berbeda pendapat dengan Mahmud Yunus mengenai materi yang
diberikan di Madrasah Nizhamiyah, dia menyatakan bahwa pelajaran yang
diberikanh di Madrasah Nizhamiyah juga mencakup ilmu bahasa tradisional. Fikih,
kajian- kajian Islam, ilmu hisab, faraidh, ilmu bumi, sejarah sastra,
kesehatan, biologi, agronomi, serta beberapa segi dari sejarah kealaman.[23]
Menghadapi
pendapat yang berbeda di atas, persepsi yang bias diberikan adalah kemungkinan,
yaitu:
1)
Mahmud
Yunus tidak menemukan dokumen atau narasumber tentang kurikulum pendidikan yang
diajarkan di Madrasah Nizhamiyah, seperti yang dikatakan Hamid Hasan di atas.
2)
Boleh
jadi kurikulum di Madrasah Nizhamiyah yan dikemukakan oleh Mahmud Yunus mungkn
sekitar Al- Ghazali, Al- Juwaini yang masih mengajar di sana (sekitar satu abad
berdirinya), padahal lamanya madrasah Nizhamiyah tersebut tiga abad.
Guna
terlaksananya rencana pengajaran (kurikulum) di Madrasah Nizhamiyah ini
ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lengkap, gedung- gedung yang megah,
perpustakaan dengan jumlah buku yang lebih kurang 6000 jilid yang merupakan buku- buku wakaf untuk sekolah
itu (M. Athiyah al- Abrasy, 1970). Pendanaan juga dibantu sepenuhnya baik bagi
guru maupun mahasiswa, mereka free yakni bebas dari biaya pendidikan dan
disediakan asrama. Madrasah Nizhamiyah di Baghdad berbeda dengan Mdrasah
Nizhamiyah di Naisabur yang tidak mempunyai mesjid (Hasan Asy’ari, 1994: 60).
Sekedar
untuk memperjelas pelaksanaan kurikulum di madrasah Nizhamiyah sangat terkait
dengan harta wakaf dan penghasilannya yang diperoleh dari pengelolaan harta
wakaf itu, sehingga Nizham al- Mulk menetapkan anggaran untuk madrasah
Nizhamiyah sebesar 600 ribu dinar setiap tahunnya.[24]
Madrasah ini juga diatur dengan sistem dan manajemen yang bagus sehingga
menjadi salah satumadrasah yang termasyhur pada saat itu.
E. Tokoh- tokoh dan Ide- ide Nizhamiyah
Guru-
guru yang memberikan pelajaran di Madrasah Nizhamiyah antara lain yaitu:
1.
Abu
Ishak al-Syirazi (w. 476 H = 1083 M)
2.
Abu
Nashr al-Shabbagh (w.477 H = 1084 M)
3.
Abu
Qosim al-‘Alawi (w. 482 H = 1089 M)
4.
Abu
Abdullah al-Thabari (w. 495 H = 1101 M)
5.
Abu
Hamid al-Ghazali (w. 505 H = 1111 M)
6.
Radhiyuddin
alQazwaini (w. 575 H = 1179 M)
7. Al- Faairuzzabadi (w. 817 H =
1414 M).[25]
Adapun
ide yang dijadikan metode asas mengajar nya adalah yang dikatakan al-Ghazali
seperti di halaman lima yang lewat yakni:
1.
Memperhatikan tingkat daya berpikir anak
2.
Menerangkan pelajaran dengan jelas
3.
Mengajarkan dari konkrit ke abstrak
4.
Mengajarkan ilmu pengetahuan secara berangsur-angsur.
F. Pengaruh Madrasah Nizhamiyah
Madrasah
Nizhamiayah telah banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat, baik di
bidang politik, ekonomi, maupun bidang sosial keagamaan.
Madrasah
Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan
keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
- Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang dianut oleh sebagian besar masyarakat pada saat itu.
- Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama terkemuka
- Madrasah ini memfokuskan pada pelajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya dalam rangka hidup dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka.
G. Penutup
1.
Kesimpulan
Nizhamiyah
adalah sebuah lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah yang dikelola oleh pemerintah pada masa Bani
Saljuk. Madrasah ini mempunyai corak yang berbeda dari lembaga pendidikan
sebelumnya. Madrasah ini didirikan dikota Baghdad dan sekitarnya (ditemui hamper
disetiap daerah), Didirikan oleh seorang seorang perdana menteri yang mempunyai
perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan disamping factor
politik dan keagamaan. Perdana menteri itu bernama Nizham al-Mulk dengan
memakai system modern.
Madrasah
Nizhamiyah mempunyai manajemen yang bagus, dikelola dengan baik seperti dapat
dilihat dari segi pendanaan, gedung- gedung yang bagus dalam jumlah yang
banyak. Guru- guru digaji selama masa jabatannya, perpustakaan yang lengkap,
asrama dan makan untuk mahasiswanya, biaya siswa gratis, dan kurikulum
ditetapkan oleh pemerintah Baghdad.
Materi
yang diberikan di Madrasah Nizhamiyah adalah diarahkan untuk mengembangkan mazhab
sunni dan melemahkan mazhab syi’ah serta mu’tazilah. Oleh karena itu materinya
lebih berorientasi pada ilmu keagamaan melalui empat mazhab, tetapi yang
menonjol adalah mazhab syafi’i. Para lulusnnya dipersiapkan untuk duduk di
pemerintahan saljuk yang bermazhab sunni.
2.
Analisis Pribadi
Madrasah
Nizhamiyah merupakan madrasah yang tertua yang pernah ada di dalam catatan
sejarah Baghdad meskipun telah ada madrasah yang mendahuluinya, akan tetapi
kurang tersohor dan kurang berpengaruh bagi masyarakat dan lembaga- lembaga
pendidikan di lingkungan sekitarnya.
Tujuannya
tak lain tak bukan adalah untuk menghilangkan pengaruh syi’ah yang pemikirannya
berseberangan dengan pemikiran mereka. Mereka menganggap bahwa syi’ah terlalu
ekstrim dan keluar dari apa yang didatangkan dari Rasul SAW. Selain itu, ada
juga tujuan perpolitikan sang wazir (perdana menteri) dengan adanya madrasah
Nizhamiyah ini.
3.
Saran
Demikianlah
makalah ini penulis buat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak terdapat kekuranagn serta jauh dari kesempuranaan, untuk itu penulis
mengharapkan wejangan kritik dan saran dari rekan mahasiswa dan dosen pembimbing
sekaligus pengasuh mata kuliyah ini
Referensi:
Ø
WJS. Poerwadarmninta, 1990, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka.
Ø
Prof.
Dr. H. Haidar Putra Daulay, 2001, Sejarah
Petumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung,
Citapustaka Media.
Ø Ediwarman di
dalam kutipan tulisannya berjudul, “Madrasah
Nizhamiyah; Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas
Ortodoksi Sunni.
Ø
Ahmad
Syalabi, 1973, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bulan Bintang.
Ø
Mahmud
Yunus, 1990, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: PT Hidakarya Agung.
Ø
Drs.
Hasbullah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam
di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Ø Mira Astuti, Lembaga- Lembaga Pendidikan Islam Era Awal.
Ø Ummi Muthi’ah
Hsb, di dalam makalahnya, Lembaga-
Lembaga Pendidikan Islam Era Awal: Rumah, Kuttab, Mesjid, Shoolunat dan
Madrasah, 2011, hlm. 11 yang di add-
nya melalui website
http//infolepas.blogspot.com/2006/05/eksistensidanperkembanganlembaga.html (21
April 2011).
Ø
Prof.
Dr. Samsul Nizar, 2008, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta, Kencana.
Ø
Hamid
Hasan Bilgrami, Konsep Universitas Islam
judul asli: The Concept of Islamic
University, penerj. Machnum Husein (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989)
Ø
Hasan
Asy’ari, 1994, Menyingkap Zaman Keemasan
Islam, Bandung, Mizan.
Ø
M.
Athiyah al-Abrasy, 1970, Dasar- Dasar
Pokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang.
[1]
WJS. Poerwadarmninta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 1990, hlm. 618.
[2]
Richadr Bulliet adalah seorang sejarawan barat yang pendapatnya tentang
madrasah tertua dibenarkan oleh sejarawan pendidikan islam yang bernama Naji
Ma’ruf.
[3]
Ummi Muthi’ah Hsb, di dalam makalahnya, Lembaga-
Lembaga Pendidikan Islam Era Awal: Rumah, Kuttab, Mesjid, Shoolunat dan
Madrasah, 2011, hlm. 11.
[4] Dr. Muhammad Syaifuddin, M.Ag di dalam
makalah nya, Peluang dan Tantangan Pengembangan
Madrasah Unggul, 2009, hlm. 3.
[5]
Ummi Muthi’ah Hsb, di dalam makalahnya, Lembaga-
Lembaga Pendidikan Islam Era Awal: Rumah, Kuttab, Mesjid, Shoolunat dan
Madrasah, 2011, hlm. 11, analisis penulis sendiri mengatakan bahwa Hasan
Ibrahim Hasan mengatakan hal yang sama dengan Naji Ma’ruf bahwa madrasah
didirikan kali pertama sekitaran abad ke- 4 H.
[6] Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 1999, hlm. 160.
[7]
George Makdisi dan Ahmad Shalabi adalah sejarawan.
[8]
Ummi Muthi’ah Hsb, di dalam makalahnya, Lembaga-
Lembaga Pendidikan Islam Era Awal: Rumah, Kuttab, Mesjid, Shoolunat dan
Madrasah, 2011, hlm. 11.
[9]
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, Sejarah
Petumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung,
Citapustaka Media, 2001, h. 109.
[10]
Nizham Al- Mulk adalah seorang Perdana Menteri (Wazir Dinasti Saljuk pada masa
pemerintahan Alp Arseloan dan Sultan Malik Syah (lihat Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II), (Jakarta:
Grafindo Persada, 1993), h. 73.
[11]
Saljuk adalah seorang tokoh yang berpengaruh di kaumnya sehingga namanya di
abadikan menjadi sebuah nama kabilah (analisis pemakalah sendiri).
[12]
Ediwarman di dalam kutipan tulisannya berjudul, “Madrasah Nizhamiyah; Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam
dan Aktivitas Ortodoksi Sunni.
[13]
Malik Syah adalah putra Alp Arselan.
[14]
Ahmad Syalabi,Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bulan Bintang, 1973, h. 108.
[15]
http://yherlanti.wordpress.com/2010/09/03/madrasah-menapaki-sejarah-dulu-dan-hari-ini/
di unduh 11 april 2011 pukul 23. 18
[16]
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990, h. 172.
[17]
Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 1999, hlm. 160.
[18]
Mira Astuti, Lembaga- Lembaga Pendidikan
Islam Era Awal, hlm. 121.
[19]
Ummi Muthi’ah Hsb, di dalam makalahnya, Lembaga-
Lembaga Pendidikan Islam Era Awal: Rumah, Kuttab, Mesjid, Shoolunat dan
Madrasah, 2011, hlm. 11 yang di add-
nya melalui website
http//infolepas.blogspot.com/2006/05/eksistensidanperkembanganlembaga.html (21
April 2011).
[20]
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990, h.
14- 15.
[21]
Ediwarman di dalam kutipan tulisannya berjudul, “Madrasah Nizhamiyah;
Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas Ortodoksi
Sunni.
[22]
Prof. Dr. Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2008, hlm. 162.
[23]
Hamid Hasan Bilgrami, Konsep Universitas
Islam judul asli: The Concept of
Islamic University, penerj. Machnum Husein (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1989), h. 48.
[24]
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990, h.
75.
[25]
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990, h.