Mata
kuliah kewirausahaan di semua perguruan tinggi oleh Dikti sekarang ini adalah
mata kuliah yang wajib dalam kurikulumnya, karena berdasarkan penelitian,
alumni perguruan tinggi yang bisa diserap dunia kerja hanya berkisar 30-40%
saja. Dengan demikian perguruan tinggi diharapkan juga memikirkan masa depan
alumninya bukan hanya menciptakan alumni pengangguran.
1. Penetapan
dosen pengampuh atau dosen pengajar di mata kuliah tersebut tidak berasal dari
wirausaha atau minimal pemimpin sebuah usaha (yang jelas tetap orang gajian),
dimana telah terjun atau pernah menekuni berbagai usaha sejak mulai merintis
berdirinya usaha tersebut hingga berjalan dengan baik dan menguntungkan.
2. Matriks,
GBPP atau bahan ajar yang dibuat ternyata pembuatannya tidak melibatkan dosen
pengampuh atau dosen pengajar yang memang berasal dari praktisi atau pelaku
usaha itu sendiri, sehingga materi yang diberikan dangkal (tidak mengarah) dan
kesannya teoritis (bukan berdasarkan aplikasi di lapangan).
Nah,
berdasarkan hasil analisis penulis terhadap dua faktor di atas maka pertama,
sudah seharusnya perguruan tinggi mengajak serta/merekrut para praktisi
(pelaku/pemimpin usaha) atau pengusaha yang tertarik dengan dunia pendidikan
untuk menjadi pengajar pada mata kuliah kewirausaan tersebut.
Pemahamannya
begini, bagaimanalah seseorang itu misalkan mengajari orang lain untuk mau
berenang apalagi pandai berenang sementara dia sendiri masih belum pernah berenang
(tidak pandai mengapung) apalagi untuk tahu gaya renang (mungkin teorinya saja
bisa), maka kita bisa memastikan orang yang diajari berenang tersebut tidak
akan pernah bisa berenang.
Kemudian
yang kedua, tingkat keberhasilan menciptakan seseorang yang mampu dalam
melaksanakan suatu kegiatan atau kemauan mengikuti aktivitas tertentu,
berdasarkan pengalaman ditentukan oleh materi yang diberikan adalah yang
aplikatif atau berdasarkan pengalaman dan hasil kerja dari pelakunya itu
sendiri. Dalam hal ini, ada istilah dalam dunia pendidikan, "Learning by
Doing" yang kira-kira maknanya, memberikan pembelajaran itu akan lebih
baik melalui percontohan yang dilakukan.
Demikian
hasil analisis penulis terhadap beberapa perguruan tinggi yang ada di Medan dan
telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulumnya dengan tujuan
menciptakan alumni-alumni yang siap menyediakan lapangan kerja bukan hanya
menjadi pencari kerja.
Insya
Allah, dengan niat ikhlas dan tujuan atas dasar maslahat umat melalui penekanan
pengadaan mata kuliah “KEWIRAUSAHAAN” di beberapa perguruan tinggi di negeri
ini terutama Medan- SUMUT mudah- mudahan dapat membantu mengurangi jumlah
pengangguran intelektual serta meningkatkan jumlah wirausaha baru yang nantinya
diharapkan akan turut serta meningkatkan perekonomian Indonesia. Terimakasih.
Oleh:
Perys Nasution, SE, MSi, CHt