Eliminasi merupakan pembuangan
sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam
bentuk feses. Eliminasi juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk
proses pengeluaran feses yang bila hal itu tidak terjadi maka akan timbul rasa
ketidaknyamanan pada manusia itu dan juga berakibat timbulnya gejala- gejala
penyakit.
Organ- organ yang
berperan dalam pembuangan eliminasi adalah Saluran Gastrointestinal yakni saluran
tersebut panjang ( kurang lebih 9 meter)
yang terlibat dalam proses mencerna makanan, yang dimulai dari mulut
sampai anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan
mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair
melalui proses pencernaan, baik dengan cara mengunyah, menelan, dan mencampur
menjadi zat- zat gizi ( Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Konstipasi merupakan
gejala, bukan penyakit. Konstipasi merupakan penurunan frekuensi defekasi, yang
di ikuti oleh pengeluaran feses yang keras dan kering. Konstipasi adalah bahaya
yang signifan terhadap kesehatan mengedan selama defekasi adalah suatu tanda
yang terkait dengan konstipasi. Apabila mobilitas usus halus melambat, masa
feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air
dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan
melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri
pada rectum dan mengedan selama defekasi terhadap klien yang baru menjalani
bedah abdomen, ginekologi, bedah rectum. Upaya mengeluarkan feses dapat
menyebabkan jahitan terbuka (Potter dan Perry, 2006).
Konstipasi biasa terjadi
pada lansia akibat perubahan fisiologis yang normal dimana peristaltik kolon
menurun dan impuls saraf melambat serta sfingter anal internal kehilangan
tonusnya. Sekitar 30% orang di atas umur 60 tahun menggunakan laksatif
sedikitnya satu kali seminggu. Jika konstipasi tidak diobati akan menyebabkan
impaksi fekal dan megakolon. Perlu diingatkan pada lansia bahwa kebiasaan BAB
normal berkisar antara 3 kali sehari sampai 3-5 hari sekali tergantung tonus
usus pasien, tingkat aktivitas dan asupan makanan. Penanganan jangka pendek
diatasi dengan obat laksatif kuat, sedangkan jangka panjang mencakup diet
tinggi serat dan asupan cairan yang adekuat. Jika terjadi impaksi fekal
dilakukan pengeluaran feses manual yang diikuti enema minyak dan sabun lunak (
Fatimah, 2002).
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. System yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
system pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pancreas.
Ketiga organ ini membantu terlaksananya system pencernaan makanan secara
kimiawi ( Aziz Alimul, 2006).
Adapun konstipasi yang
terjadi pada lansia salah satunya disebabkan karena kekurangan nutrisi.
Kekurangan nutrisi tersebut disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan
juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan
akan mudah terkena infeksi.
Oleh karena itu setiap
individu mempunyai pola defekasi yang berbeda. Hal ini berhubungan dengan
jumlah asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika asupan nutrisi kurang
dari kebutuhan maka akan menyebabkan konstipasi dan gangguan eliminasi.
Khususnya lansia, penurunan fisiologis system GI menyebabkan lansia rentan
untuk terjangkit konstipasi tetapi hal ini bisa dicegah dengan mencukupi asupan
nutrisi bagi tubuh.