Suatu
hari aku diajak paman jalan- jalan sore sehabis ashar, menikmati semilir
angin berhembus sayup, melewati pematang sawah padi hijau yang pelan- pelan
menguning, menyeberangi titi yang masih dalam tahap renovasi. Walaupun sedikit
takut karena agak goyang, so tidak menghentikan putaran roda kendaraan kami
menuju perkotaan. Yah,, kereta (sepeda motor- red) butut Astrea Grand ’94 yang
terkadang batuk- batuk di bagian knalpotnya tetapi tetap layak pakai dan bisa
di uji kemampuan kecepatannya. Sedikit unik bukan? Yah iya lah.. kereta siapa
dulu gitu loh… kereta milik orang tua sih.. hehe..
**********
**********
Pemandangan bermacam- ragam, datang
mendekat melintas pergi menjauh dari mata kami, ngobrol- ngobrol ringan tak
ketinggalan selama diperjalanan, gelak- tawapun melengkapi obrolan ringan kami.
Setelah jenuh berkeliling kamipun singgah disebuah warung bakso, yakni Warung
Bakso “Mbak Nurul” namanya terletak di jl. sekip, tak jauh dari tempat tinggal
kami yang hanya berjarak 3 kali persimpangan saja.
Oh iya hampir lupa, paman ku itu bernama Nawi.
Papah Nawi sebutan akrabnya karena dia seorang tua berumur hampir setengah abad
yang suka dengan anak- anak, dalam artian ramah terhadap anak- anak, makanya
dia dipanggil papah oleh anak- anak yang mengenalinya, “yah.. termasuk aku walaupun dia paman ku, ku panggil dengan sebutan papah”.. Dia seorang Perwira
TNI-AD KODAM I/BB, meskipun dia prajurit Negara yang anggapan orang tentara itu
galak, gersang, bringas. Siapa bilang? Tapi tentara yang satu ini, bila ngobrol
dengannya ada- ada saja bahan guyonannya yang bisa mengocok perut.
So, back to cerita bakso tadi, lalu
papah Nawi pun memanggil salah- satu pelayan bakso:
Papah
Nawi : “ Mas, Mie Ayam Bakso satu,
Mandi (Manis Dingin) satu” gantung papah Nawi. “Kamu makan dan minum apa Fen?”.
Lanjutnya.
Aku : “Sama dech pah”. Jawab ku.
Papah : “Mas, Mie ayam bakso 2, Mandi 2
yah..”. Jelas Papah Nawi
Pelayan : Ok Pak, itu saja pak? Tanya
Pelayan.
Papah : “Iyo mas“. Jawab Papah Nawi.
Tak lama kemudian dari perkiraan
kami menunggu, walau pembeli dan penikmat bakso disekitar kami cukup banyak
tetapi pelayanannya lumayan bagus dan cepat. Makanan yang kami tunggu-tunggu
pun dari kejauhan aromanya sudah memanggil- manggil dan menarik- narik hidung
kami dengan aroma khas ABS (asli daging sapi) tiba dihadapan kami. Namun bukan
hanya itu saja, ternyata sedari tadi saya tidak terlalu memperhatikan orang
yang membawa makanan tersebut ke meja kami adalah seorang gadis muda berparas
cantik yang berumur sekitar 19 tahun, tinggi sekitar 145 cm, yaaach 10 centi
lebih pendek dari ku,, (hihihii, ternyata aku pendek juga ya). Senyumannya bisa
dibilang biasa saja, tapi ketika mata ini memandang agak lama ternyata menawan
juga hingga membuat jantungku kempat- kempot tak menentu. Namun cepat- cepat ku
netral dan menganggap itu, aaah siapa peduli.
**********
Perlahan
tapi pasti, yah itu lah yang terjadi, memang nyantai kami melahap makanan tapi
habis juga, sampai keringpun kuahnya.. hehe.. obrolan ringanpun kembali kami
lanjutkan.
Papah : "sodap kan bah ? sampek
beguyang lidah tu yo bah.. ? ". (red- bhs. melayu)
Aku : "bukan lagi beguyang, beguncang
cetar membahana bagai badaaaiii menggelegar.. (lebay euy)..
Papah : Alah, nyamir.. nyamirr.. kau
semuo masuk kalo udah lapar..
Aku : hahahahahaha...
Makanan sudah habis, struk pembayaran
pun sudah ditangan pertanda makanan dan minuman sudah dibayar oleh papah, lalu
kami pun pulang dengan membawa perasaan yang agak aneh ku rasa saat itu,
perasaan yang sudah lama tak pernah ku rasakan lagi kini kembali ku rasakan,
apa karena setelah melihat gadis muda itu tadi atau, ah entah lah yang penting
aku bahagia dengan membawa rasa yang tak biasa.