"Tidak akan pernah ridha terhadapmu
(Muhammad) orang-orang Yahudi dan "tidak pula" orang-orang Nashara
sampai kamu mengikuti keyakinan atau ajaran mereka. Katakanlah, sesungguhnya
hidayah atau petunjuk Allah ialah yang sebenar-benarnya petunjuk. Jika kamu mengikuti
hawa-hawa nafsu mereka setelah datang ilmu pengetahuan kepadamu, maka tidak ada
hak bagimu menjadikan Allah sebagai pelindung dan penolong bagimu" (QS. Al
Baqarah, 2 :120).
Surah Al Baqarah ayat 120 semakin jelas
menunjukkan kepada kita betapa Mahabenarnya Allah SWT yang menyatakan bahwa,
orang-orang Yahudi tidak akan pernah ridha dan tidak pula orang-orang Nashara
selamanya sampai kiamat akan terus berusaha mempengaruhi kita hingga kita
betul-betul masuk dalam milah (prinsip hidup) mereka. Di dalam Al Qur'an,
bangsa Yahudi ini sering disebut dengan Bani Israil. Dari bahasa Ibrani, kata
"Israil" berasal dari dua kata, "Isra" (hamba pilihan) dan
"eil" (Tuhan). Dengan nama "Israil" ini mereka berupaya
meyakinkan kepada semua manusia bahwa mereka adalah bangsa "pilihan
tuhan" dalam arti bangsa yang terbaik. Karenanya, mereka mengklaim bahwa
bangsa lain selain Israil adalah bangsa di bawah mereka atau bangsa kelas dua.
Prinsip semacam ini tentu sangat keliru menurut Islam, karena, "Sesungguhnya
semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih takwa di antara kamu"
(QS. Al Hujuraat, 49:13).
Bahkan Rasul Saw yang keturunan Arab pun
menyatakan: "Tidak ada keutamaan orang Arab terhadap Non-Arab atau
sebaliknya". Tidak ada juga keutamaan orang kulit putih terhadap orang
berkulit hitam dan atau sebaliknya. Karena mereka (Yahudi) merasa sebagai
bangsa yang paling mulia, maka watak mereka selama-lamanya menganggap bahwa
mereka punya hak untuk melakukan apa saja termasuk merampas hak bangsa lain.
"Dan sebagian mereka, ada orang yang jika engkau mempercayakan kepadanya
satu dinar (saja), tidak akan dikembalikannya kepadamu kecuali jika engkau
selalu menagihnya. Yang demikian itu sebab mereka berkata, "Kami tidak
berkewajiban terhadap orang-orang ummi". Mereka berkata dusta terhadap
Allah, padahal mereka mengetahui. Sebenarnya, barangsiapa yang menepati
janjinya dan bertakwa maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa " (QS. Ali Imran, 3:75-76).
Bangsa Yahudi atau Israil ini jika kita lihat
dalam Al Qur'an memang bangsa yang dulunya sempat dimanjakan oleh Allah SWT
dengan limpahan karunia-Nya (QS. Al Baqarah, 2:47) di antaranya diturunkan,
"manna was salwaa" kepada mereka (QS. Al Baqarah, 2:57), tapi mereka
masih saja tidak pernah merasa puas atas karunia-Nya tersebut. Mereka adalah
bangsa yang dulu seringkali diselamatkan oleh Allah SWT termasuk diselamatkan
dari kepunahan mereka dari kedzaliman keluarga Fir'aun (QS. Al Baqarah,
2:49-50). Dan masih banyak lagi karunia dan kenikmatan- kenikmatan lainnya yang
Allah limpahkan kepada bani Israil ini, di antaranya mayoritas para nabi diutus
kepada mereka dan banyak di antaranya yang dibunuh (QS. Ali Imran, 3:21). Jika
para nabi saja mereka bunuh, apalagi hanya sekadar orang-orang yang datang atas
nama kemanusiaan maka mereka pun tidak segan-segan lagi untuk membunuhnya.
Itulah watakasli Israil.
Kendati banyak rasul dan nabi diutus kepada
mereka, namun mereka selalu menunjukkan sikap kufur dengan membunuh para nabi
dan mengubah-ubah kitab suci berdasarkan hawa nafsu mereka (QS. Al Baqarah,
2:75). Sikap kufur mereka itu ditandai dengan selalu mencoba mencari alasan
untuk kufur atau tidak taat melaksanakan aturan Allah. Betapa bandelnya mereka
untuk hanya sekedar diperintah menyembelih seekor sapi betina, yang terjadi
bukan mereka segera melaksanakan perintah tersebut tapi justru mereka malah
banyak bertanya tentang segala macam ciri-ciri sapi tersebut. Intinya
sebenarnya mereka ingin mengingkari perintah Allah (QS. Al Baqarah, 2:67-71)
Sifat buruk lain dari bani Israil yaitu selalu mengingkari janji dengan Allah,
"Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian kamu dan Kami mengangkat
gunung (Thursina) di atasmu, seraya Kami berfirman, "Pegang teguhlah apa
yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya supaya kamu
bertakwa. Kemudian kamu berpaling setelah adanya perjanjian itu" (QS. Al
Baqarah, 2:63-64). Perjanjian dengan Allah saja diingkarinya, apalagi
perjanjian yang dibuat oleh manusia baik yang berbentuk resolusi maupun yang
lainnya akan tidak ada arti apa-apa bagi mereka.
Ada 5 sikap buruk yang melekat pada orang
yahudi:
1.
Sikap
kekufuran lain bani Israil yaitu selalu berusaha mencari pembenaran untuk
kufur, salah satunya ketika mereka tidak bisa lagi menghindar untuk tidak
meyakini Allah maka mereka meminta kepada Nabi Musa As untuk memperlihatkan
Allah dengan nyata. "Dan ingatlah ketika kamu berkata, "Hai Musa,
kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan nyata"
(QS. Al Baqarah, 2:55). Padahal, manusia di dunia tidak akan kuasa melihat
Allah, "Dia tidak dapat dicapai penglihatan sedang D/a meliputipenglihatan
dan D/a Mahahalus lagi Maha Mengetahui"(QS.Al Ana'am, 6:103).
2.
Sifat
jelek lain yang ditunjukkan bani Israil di antaranya mereka menuduh Allah itu
kikir, "Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu
(kikir)" (QS. Al Maaidah, 5:64). Sikap kufur mereka tidak pernah berubah
sepanjang masa, mereka sudah menutup rapat-rapat pintu hati untuk menerima
hidayah. Allah SWT berfirman: "Kemudian sesudah itu hati kamu menjadi
keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi" (QS. Al Baqarah, 2:74). Ayat
ini menggambarkan bahwa hati mereka sudah keras seperti batu untuk menerima
kebenaran, bahkan lebih keras dari batu.
3.
Sikap
buruk lain dari orang-orang Yahudi adalah munafik. Allah SWT berfirman:
"Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka
berkata, "Kami telah beriman!" Dan apabila mereka berada sesama
mereka, mereka berkata, "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (Ummat
Muhammad) tentang apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya mereka
dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu. Apakah kamu tidak
mengerti?"(QS.Al Baqarah, 2:76).
4.
Sikap
mereka selalu saja memerangi kebenaran, "Sesungguhnya orang-orang yang
ingkar akan ayat-ayat Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang
benar, mereka membunuh orang-orang yang menyuruh manusia melakukan keadilan,
maka beritakanlah mereka dengan azab yang pedih " (QS. Ali Imran, 3:21).
5.
Sikap
selalu kufur inilah yang kemudian menyebabkan turunnya laknat Allah terhadap
mereka. Allah SWT berfirman: "Telah dilaknat orang-orang kafir dari Ban!
Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Demikian itu disebabkan mereka
durhaka dan melampaui batas. Adalah mereka tidak saling melarang dari
kemungkaran yang mereka selalu perbuat Sungguh am at buruklah a pa yang mereka
perbuat itu" (QS. Al Maaidah, 5:78-79). Mereka telah pula dilaknat Allah
menjadi kera yang hina (QS. Al Baqarah, 2:65), bahkan di samping karena ada
pula yang dilaknat menjadi babi, "Katakanlah, "Apakah akan
kuberitahukan kepada kamu hal yang lebih buruk balasannya dari itu di sisi
Allah ? Yaitu orang-orang yang dilaknat Allah dan dimurkai-Nya, dan di antara
mereka Dia jadikan kera-kera, babi-babi, dan (orang yang) menyembah berhala.
Mereka itu amat buruk tempatnya dan lebih sesat dari jalan yang benar"
(QS. Al Maaidah, 5:60).
Menafsirkan ayat 60 surah Al Maaidah, para
ulama terbagi dalam dua pendapat. Pertama, sebagian ulama tafsir mengatakan
bahwa memang sebagian bani Israil dilaknat menjadi kera dan babi yang tidak
diberi kecenderungan untuk makan dan minum dan tidak pula diberikan
kecenderungan seksual sehingga pada akhirnya mereka punah (QS QS. Al An'aam,
6:164). Kedua, mayoritas ulama berpendapat, mereka dilaknat oleh Allah mewarisi
sifat "kera" dan "babi". Sifat "kera" yang paling
menonjol adalah auratnya selalu mencolok dalam arti dia tidak ada rasa malu,
rakus, tamak, dia tidak memiliki rasa takut kecuali dengan ancaman pecut atau
pukulan. Sedangkan sifat "babi" yang paling menonjol di samping jorok
juga tidak ada rasa cemburu jika betinanya diagauli oleh pejantan lain,
penganut seks bebas. Itulah gambaran laknat "kera" dan
"babi" bagi mereka yang sifat-sifatnya sedang dijalankan mereka
seperti kondisi terakhiryang mereka lakukan terhadap bangsa Palestina.
Banyak para ulama menyatakan bahwa memang
mereka akan membuat kerusakan dan menang dan suatu saat maka akan hancur. Hal
ini merujuk pada firman Allah SWT: "Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani
Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan berbuat kerusakan di muka
bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan
yang besar". Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama
dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang
mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan
itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran
untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta dan anak-anak
dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar"(QS.Al-Israa', 17:4-6).
Sebenarnya masih banyak lagi sifat-sifat
buruk lain dari Bani Israil ini yang tersurat dan tersurat dalam Al Qur'an yang
pada intinya memang demikianlah sifat-sifat mereka seperti yang sedang
dilakukan mereka terhadap bangsa Palestina. Tentu kurang bijak jika kita terus
menyalahkan, mengecam, dan mengutuk mereka karena watak mereka memang sudah
demikian. Yang harus kita pertanyakan, kenapa kita mau diperlakukan seperti
itu? Andaikata ummat Islam sedunia bersatu tidak mungkin kita diperlakukan
seperti itu.
Israil menjadi kuat karena lemahnya kita,
karena kita sudah tidak layak lagi dibela oleh Allah. Kenapa kita tidak dibela
oleh Allah? Karena banyak di antara kita sudah meninggalkan ajaran Allah. Jika
kita sudah banyak meninggalkan ajaran Allah, maka kita tidak punya hak dibela
lagi oleh Allah dan Allah akan biarkan siapa yang kuat dialah yang menang. Pada
penghujung ayat 120 surah Al Baqarah, Allah SWT memberikan peringatan keras
kepada kita, Jika kamu mengikuti hawa-hawa nafsu mereka setelah datang ilmu
pengetahuan kepadamu, maka tidak ada hak bagimu menjadikan Allah sebagai
pelindung dan penolong bagimu". Peringatan keras ini hendaknya menjadikan
diri kita senantiasa berhati-hati atau waspada dalam mengarungi kehidupan ini,
khususnya dalam menghadapi segala tipu daya Yahudi dan Nashara yang akan
mengajak kita ke arah kecenderungan hawa-hawa nafsu mereka sehingga kita
menjadi orang yang rugi.
Sumber: K.H. Athian Ali M. Da'i, MA