
Pulau-pulau
tersebut diduduki Israel setelah Raja Faisal memberi kekuasaan atas kedua pulau
itu kepada Mesir untuk mencegah kapal-kapal Israel mencapai Eilat selama Perang
Enam Hari. Setelah gencatan senjata, Arab Saudi dan Mesir masing-masing
mengklaim bahwa pulau-pulau yang lain adalah milik mereka, namun membiarkan
kedua pulau itu bebas untuk pendudukan Israel. Ketika Mesir berdamai dengan Israel pada tahun
1978, Presiden Anwar Sadat menolak untuk memasukkan kedua pulau itu dalam
perjanjian damai, dengan alasan bahwa mereka milik Arab Saudi. Bahkan dalam
Google map pun kedua pulau itu terlihat jelas sebagai milik Arab Saudi. Jadi
mengapa ada keengganan untuk menentang orang Israel, dan mengapa ada
penggelapan media?
Jawabannya
mungkin cukup sederhana: Israel butuh sebuah outlet ke Laut Merah untuk
pengiriman kebutuhan negara mereka. Kehadiran Israel di pulau-pulau itu untuk
memastikan bahwa jalur pelayaran masuk dalam lalu lintas untuk impor dan
ekspor, termasuk perangkat keras militer untuk memerangi negara-negara Arab.
Dengan perjanjian internasional, pasukan PBB multinasional juga ditempatkan di
pulau-pulau ini untuk “memantau kepatuhan semua pihak” dalam perjanjian ini. Pada
kenyataannya, ini berarti bahwa pasukan Amerika dan Mesir membantu melindungi
jalur pengiriman Israel melalui Selat Tiran, wilayah yang diduduki oleh Arab
Saudi. Rakyat Saudi sendiri disinyalir tidak mengetahui hal ini.
Sumber: Islam Pos