Kisah
ini menceritakan tentang seorang lelaki tua bersama anaknya yang masih kecil
yang baru saja membeli seekor keledai. Binatang ini mirip dengan kuda, hanya
saja bentuknya lebih kecil dari kuda. Setelah lelaki itu selesai membeli
keledai, lalu dia bersama anaknya segera membawa pulang ke rumahnya. Sang bapak
menaiki keledai itu, sementara anaknya berjalan kaki sambil menuntun keledainya
dari samping menyusuri jalan kampung yang ramai dengan orang-orang yang ada di
sekitarnya.
Namun
baru beberapa langkah keledai itu berjalan, ada seseorang yang berkata : Betapa
teganya orang tua ini. Dia naik keledai sementara anaknya yang masih kecil
dibiarkan berjalan kaki. Setelah mendengar ucapan itu, sang bapak turun
kemudian meminta anaknya menaiki keledai itu, sementara sang bapak berjalan
sambil menuntun keledai tersebut.
Sesampainya di kampung lain ada yang berkata
lagi : “Alangkah tidak sopannya anak ini, dia enak-enakan naik keledai,
sementara ayahnya hanya berjalan kaki.”
Karena
ada ucapan seperti itu, maka sang bapak berkata kepada anaknya : “ Turunlah
nak, kita berdua berjalan kaki saja “. Kemudian mereka berdua berjalan kaki
sambil sang bapak menuntun keledainya. Namun ketika mereka melewati kampung
yang lain , ada orang yang berkata lagi : “Mengapa kalian berdua tidak
memanfaatkan keledai itu, untuk apa kalian berjalan kaki jika ada keledai yang
bisa kalian naiki.”
Sang
bapak kemudian menghentikan keledainya setelah mendengar perkataan orang itu
dan berkata kepada anaknya : ” Apa yang telah kita lakukan salah lagi kita nak.
Ya sudah, kita naiki saja berdua “. Kemudian mereka berdua menaiki keledai itu
bersama-sama, namun sesampainya di kampung yang lain , tetap saja ada orang
yang protes dan berkata : “Kasihan, keledai sekecil itu dinaiki oleh dua
orang.”
Sang
bapak berkata lagi kepada anaknya : “ Kita dikatakan salah lagi nak. Kalau
begitu harus kita apakan keledai ini?”. Sang bapak kemudian berkata lagi : “
Sudahlah nak, apapun yang akan kita lakukan pasti akan tetap salah menurut
mereka. Sekarang kita pikul saja keledai ini dan biarkan nanti kalau ada orang
yang mau berkata apa, terserah dan jangan kita dengarkan lagi “. Akhirnya
mereka seperti orang gila, karena keledainya mereka pikul bersama.
Pesan
hikmah dari kisah ini:
1. Belajar Sabar
Sesungguhnya
kita tidak terlepas dari pembicaraan orang. Apapun yang kita lakukan walau itu
benar mungkin saja dianggap salah. Tak akan ada habisnya jika kita memikirkan
bagaimana pandangan orang lain terhadap apa yang kita lakukan karena orang lain
akan selalu menemukan celah untuk dijadikan bahan pembicaraan.
Dalam
hidup ini kadangkala ada orang yang tidak senang atau tidak suka dengan kita.
Ketidaksukaan itu seringkali ditunjukkan dengan mengejek dan menghina. Seorang
muslim harus sabar agar tidak menuruti keburukan mereka dengan membalas
kemarahan yang berlebihan.
" Maka sabarlah engkau (
Muhammad ) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Rabb -
Mu sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam, dan bertasbihlah ( pula )
pada waktu tengah malam dan diujung siang hari, agar engkau merasa tenang"
(QS. Thaha : 130).
2. Belajar Istiqamah
Dari
kisah ini pula kita belajar tentang istiqamah ( memiliki pendirian yang kuat
dalam memegang prinsip kebenaran ), karena dengannya seorang muslim tidak
dilanda perasaan takut untuk membuktikan nilai kebenaran dan tidak berduka cita
bila mengalami resiko yang tidak menyenangkan.
3.Belajar Ikhlas
Yakni
setiap melakukan amal kebajikan baik perkataan maupun perbuatan ditujukan hanya
kepada Allah semata. Jika kita memiliki jiwa yang ikhlas kita tidak dibelenggu
oleh pengharapan akan pujian dan penghargaan juga tidak takut apabila menuai
celaan dan cemoohan.
4. Belajar Tawakal
Seorang
muslim haruslah memegang prinsip kebenaran dan menyerahkan segalanya hanya
kepada Allah. Hal ini telah ditekankan oleh Allah kepada Nabi Muhammad seperti
dalam firmannya:
"Wahai Nabi! Bertakwalah kepada Allah dan
janganlah engkau menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui , Maha Bijaksana, dan ikutilah apa
yang diwahyukan Rabb-Mu kepadamu. Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang
kamu kerjakan, dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai
pemelihara. " ( Al- Ahzab : 1-3 ).
Sumber: Hikayat 1001 Malam
Sumber: Hikayat 1001 Malam