Diantara
segi kemukjizatan Al-Qur’an adalah adanya beberapa petunjuk yang detail
mengenai ilmu pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih dahulu dalam
Al-Qur’an sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Penciptaan alam
berdasarkan konsep Islam dan Sains modern ternyata memiliki hubungan, dan dari
beberapa hasil observasi kosmolog ternyata banyak yang sesuai dengan beberapa
firman Allah SWT, antara lain sebagai berikut:
- Surat al-Anbiya’ ayat 30
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
”Dan apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahakan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tidak juga beriman?”
Dari ayat
tersebut dapat diketahui bahwa alam semesta sebelum dipisahkan Allah merupakan
sesuatu yang padu. Sesuatu yang padu itulah yang oleh kosmolog disebut dengan
titik singularitas. Sedangkan yang dimaksud pemisahan ialah ledakan
singularitas dengan sangat dahsyat, yang kemudian menjadi alam semesta yang
terhampar.
Selanjutnya,
dikatakan bahwa segala kehidupan itu berasal dari air. Tiga ahli kosmologi dan
astronomi, yaitu Georges Lamaitre, George Gamow, dan Stephen Hawking
menjelaskan bahwa atom-atom yang tebentuk sejak peristiwa Big Bang adalah atom
Hidrogen (H) dan Helium (He). Adapun air terdiri dari atom hidrogen dan oksigen
(H2O), artinya, sejak tahun 1400 tahun silam Al-Qur’an telah
menyebutkannya jauh sebelum tiga pakar tersebut mengemukakan teorinya.
·
Surat Az-Zariyat ayat 47
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷r'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ
“Dan langit
kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya.”
Menurut
Baiquni yang dimaksud Banayna bi’abidin oleh ayat ini adalah ketika
ledakan besar terjadi dan inflasi melandanya sehingga beberapa dimensinya
menjadi terbentang. Sedangkan yang dimaksud dengan inna lamusi’un,
adalah Tuhan yang membuat kosmos berekspansi. Pernyataaan ini diperkuat oleh
maksud lafal yang terpakai, yakni isim al-fa’il, active participle yang
menunjukkan bersifat tetap dan permanen seperti yang dikemukakan sebelumnya.
Hal ini berarti ekspansi alam berlangsung sejak ledakan besar sampai
seterusnya.
Kata musi’un
dalam bahasa arab sangatlah tepat diterjemahkan sebagai “meluaskan” atau
“mengembangkan” yang sesuai dengan penjelasan sains masa kini bahwa alam
semesta memang meluas atau mengembang. Stephen Hawking, dalam A Brief
History of Time (1980), mengatakan bahwa penemuan bukti mengembangkannya
alam semesta merupakan salah satu revolusi terbesar dalam ilmu
pengetahuan abad ke-20. Berdasarkan teori Bing Bang yang telah diterima, alam
semesta terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lalu dan terus mengembang sejak
saat itu. Pakar-pakar Astronomi mengenali empat model grafik alam semesta di
masa akan datang, yaitu accelerating expansion (pengembangan yang
bertambah cepat), open universe (alam semesta terbuka), flat unirvese
(alam semesta datar), dan closed universe (alam semesta tertutup). Model
closed universe menjelaskan bahwa suatu saat alam semesta akan mengerut.
·
Surat Al-Fusilat ayat 11
§NèO #uqtGó$# n<Î) Ïä!$uK¡¡9$# }Édur ×b%s{ß tA$s)sù $olm; ÇÚöF|Ï9ur $uÏKø$# %·æöqsÛ ÷rr& $\döx. !$tGs9$s% $oY÷s?r& tûüÏèͬ!$sÛ ÇÊÊÈ
“Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan ruang alam (al-sama’) dan ruang alam (al-sama’)
ketika penuh embunan (dukhan), lalu Dia berkata kepada ruang alam (al-sama’)
dan kepada materi (al-ardh): “Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan
suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab:”Kami datang dengan suka hati.”
Sehubungan
dengan tidak adanya Al-Qur’an menjelaskan apa sesungguhnya yang dimaksud dengan
kata dukhan, karena itu beberapa referensi berusaha menafsirkan kata ini
sedemikian rupa. Bucaille memahami kata ini sebagai asap yang terdiri dari stratum
(lapisan) gas dengan bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap
keadaan keras atau cair dan dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir
menafsirkan dengan sejenis uap air. Al-Raghib melukiskan kehalusan dan
keringanan sifat dukhan. Menurut Hanafy Ahmad, karena sifat sedemikian,
Ia dapat mengalir dan beterbangan di udara seperti mengalir dan beterbangan al-sahab.
Agar tidak
terjadi kekeliruan dalam menangkap maksud kata dukhan yang dihubungkan dengan
proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya kata ini dipahami dengan hasil
temuan sains yang telah dihandalkan kebenarannya secara empiris. Tentu saja
merupakan suatu kesalahan bagi yang mengatakan bahwa ruang alam (al-sama’)
berasal dari materi sejenis dukhan. Berdasarkan dalam surat Al-Fusilat
ayat 11, dukhan tidak menunjukkan suatu materi asal ruang alam (al-sama’),
akan tetapi ia menjelaskan tentang bentuk alam semesta ketika berlangsungnya
fase awal penciptaannya. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan ilmuwan bahwa
pada suatu ketika dalam penciptaan terjadinya ekspansi yang sangat cepat
sehingga timbul “kondensasi” proses dimana pemuaian dan gas kehilangan panas
dan akan berubah bentuk menjadi cair. Saat pemuaian dan gas naik ke tempat lebih
tinggi, temperatur udara lingkungan sekitar akan semakin turun menyebabkan
terjadinya proses kondensasi dan kembali ke bentuk cair dan energi berubah
menjadi materi.
Sebagaimana dukhan,
Al-Qur’an juga menunjukkan bahwa zat alir atau sop kosmos (al-ma’) telah
ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Dengan kata lain,
sebelum alam semesta terbentuk seperti sekarang, ia mengalami bentuk atau sifat
semacam zat alir atau sop kosmos.