BAB I
PENDAHULUAN
Hamil
adalah keadaan yang sangat unik dan istimewa. Bayangkan, ada makhluk kecil yang
akan menjadi serupa kita di dalam rahim ibu. Jika semua makhluk hidup hanya
memiliki satu jantung, maka ibu yang hamil bisa punya dua jantung yang berdetak
di tubuhnya. Setelah habis kontrak si bayi selama 9 bulan idealnya di dalam
perut ibu, penantian yang selama ini dinanti- nantikan, cabang bayi dari hasil
buah cinta ayah dan ibu yang telah lama ditunggu- tunggu, maka terlahirlah bayi
kedunia yang fana ini. Menghirup udara yang berbeda, yang sebelumnya bernafas
dengan cara menerima oksigen dari darah ibunya, sekarang harus mengambilnya
sendiri dari udara dengan paru-parunya. Dan melalui cara yang menakjubkan,
paru-paru, yang belum pernah menarik nafas sebelum lahir, mulai bernafas secara
normal.
Sebelum
bayi tersebut lahir ke dunia, seorang ibu yang punya janin terlebih dahulu
menjaga dan merawat janin tersebut selama dalam kandungan. Rasa tak nyaman
seperti mual dan muntah pada fase awal 2 minggu janin terbentuk hingga tak enak
makan, tak enak tidur, geser kiri rasa sakit seperti ditendang dari dalam,
geser ke kanan begitu juga pada fase pranatal. Hal itu semua insya Allah akan
penulis bahas pada makalah ini yang berjudul “POLA PENGASUHAN JANIN”.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Janin
Kehidupan
baru mulai dengan bersatunya sel seks pria
dan seks sel wanita. Kedua sel seks ini dikembangkan dalam alat-alat
reproduksi, yaitu gonad. Sel-sel seks
pria, spermatozoa (bentuk tunggalnya:
spermatozoon ) diproduksi dalam gonad pria, tes-tes, sedangkan sel-sel seks
wanita, yaitu telur-telur (tunggal: ovum, jamak: ova), diproduksi dalam gonad
wanita, yaitu indung telur (ovarium).
Sel-sel
seks wanita dan pria adalah sama
dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Setiap sel seks yang matang
mempunyai dua puluh tiga kromosom, dan tiap-tiap kromosom mengandung gen yaitu pembawa keturunan. Gen adalah
partikel yang ditemukan dalam kombinasi dengan gen-gen lain dalam bentuk
menyerupai benang di dalam kromosom. Diperkirakan terdapat sekitar 3.000 gen di
dalam setiap kromosom. Gen-gen di turunkan dari orang tua kepada keturunannya
(10,53,66).
Sel-sel
seks pria dan wanita juga berbeda
dalam dua hal penting.Pertama , di dalam telur yang matang terdapat dua puluh
tiga kromosom yang berpasangan sedangkan di dalam spermatozoon terdapat dua
puluh dua kromosom yang berpasangan dan satu kromosom yang tidak berpasangan
yang mungkin berbentuk kromosom X atau kromosom Y. Fungsi kromosom X dan Y akan
dibahas lebih lanjut dalam hubungan dengan penentuan seks.
Kedua,
jumlah persiapan tahap-tahap perkembangan yang dilalui sebelum sel-sel itu siap
untuk memproduksi seorang manusia baru. Semua sel seks, pria atau wanita, harus
melalui tahap permulaan perkembangan .Sel-sel seks pria melalui dua tahap
permulaan, yaitu pematangan, ovulasi dan pembuahan.
Dengan
gaya bahasa yang memukau, Al-Quran telah mengemukakan fase-fase perkembangan
janin semenjak permulaan kehamilan sampai saat kelahiran.[1]
Hal ini diungkapkan pada firman Allah dalam surat Al- mu’minun ayat 12- 14,
berikut bunyi ayatnya:[2]
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
Artinya:
“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Kemudian kami
menjadikannya nutfah (yang disimpan) di dalam tempat yang kokoh. Kemudian Kami
menjadikan nutfah itu segumpal darah, lalu Kami menjadikan segumpal darah itu
segumpal daging, lalu Kami menjadikan segumpal daging itu tulang-belulang, lalu
Kami membungkus tulang-belulang itu dengan daging, kemudian Kami menjadikannya
makhluk yang lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.”
Ilmu kedokteran dan Al- qur’an sangat
sepakat dengan sejarah perkembangan janin di dalam kandungan seperti pada
pembahasan di atas yang penulis kemukakan, hal itu tidak bisa dibantah karena Al-
qur’an sampai kapanpun relevan dengan segala permasalahan.
B. Pengasuhan Alamiah di Dalam Janin
Cairan
ketuban secara khusus diproduksi untuk janin, untuk menjamin organ-organ janin
siap untuk berfungsi setelah lahir. Sang janin, ketika di dalam rahim,
menggunakan cairan ketuban untuk berlatih menyesuaikan diri dengan dunia luar
dengan cara menelan cairan tersebut secara teratur. Dengan cara ini, lidah sang
janin mulai merasakan rasa pahit, rasa manis, rasa asin dan asam. Setelah itu,
kelenjar ludah mulai berfungsi. Cairan ketuban yang ditelan oleh janin akan
membuat si janin menyiapkan usus untuk fungsi penyerapannya, dan membuat ginjal
bekerja karena perlunya penyaringan konstan cairan tersebut dari darah. Cairan
yang diserap dari ginjal dikirimkan kembali ke cairan ketuban, tanpa
mencemarinya, karena ginjal memiliki kemampuan, berbeda dengan fungsi nantinya,
menyaring dan mensterilkan cairan yang ditelan oleh si janin. Dan cairan ini,
sama seperti saat anda membersihkan kolam renang, secara terus menerus
dibersihkan dengan bantuan sedikit cairan lain.
Seiring
dengan perkembangannya, cairan saluran cerna mulai disekresikan ke dalam
lambung agar sistem pencernaan siap sepenuhnya. Dan sel-sel usus janin yang
baru terbentuk memperoleh kemampuan untuk membedakan antara gula dan garam dan
kemudian mengembalikan produk-produk sisa khusus ke darah sang ibu. Dengan cara
ini, baik usus maupun ginjal sama-sama bekerja. Cairan ketuban dicerna oleh
usus janin setiap 3 jam, berarti delapan kali sehari dan dikembalikan ke ibu
melalui darah. Cairan yang tertelan dilepaskan ke kolam cairan ketuban, baik
dari rahim ibu maupun dari paru-paru dan ginjal janin tempat cairan tersebut
terbentuk. Dengan begitu, jumlah cairan ini, yang sangat penting bagi sang
janin, tetap konstan. Karena sistem yang sempurna ini, sistem pencernaan janin
bekerja tanpa membahayakan si janin.[3]
Cairan
ketuban tidak hanya mempersiapkan sistem pencernaan untuk masa setelah lahir,
tapi juga menjamin si janin dapat bergerak lebih nyaman di dalam rahim sang
ibu. Janin mengapung di dalam cairan ini sama seperti perahu dayung yang
terikat di pelabuhan. Dalam keadaan ini, janin dapat bergerak dengan sangat
aman di dalam rahim sang ibu. Cairan ini juga melindungi si janin dari setiap
trauma dari luar. Tekanan dari arah manapun terhadap cairan ini disebarkan
secara merata ke segala arah sehingga melindungi sang janin dari efek yang
membahayakan. Sebagai contoh, jika si ibu berlari, guncangan yang terjadi tidak
menimbulkan efek terhadap si janin; sama seperti gabus yang diguncang di dalam
tabung yang berisi air. Sistem perlindungan yang sangat sempurna ini telah
diciptakan untuk janin, setiap jenis bahaya yang mungkin terjadi telah
diramalkan dan tindakan pencegahan terhadapnya pun telah disiapkan.
Keberadaan
cairan ketuban juga penting bagi kesehatan sang ibu. Cairan ini mengisi seluruh
rahim ibu, sehingga saat janin tumbuh dan makin berat, tidak menimbulkan
tekanan terhadap rahim. Jika cairan ini tidak ada, janin yang terus tumbuh akan
menyebabkan rahim terdesak ke bawah dan tekanan balik yang diberikan dinding
rahim akan menyebabkan perkembangan janin yang normal menjadi tidak mungkin.
Cairan
khusus ini memenuhi kebutuhan penting lainnya bagi janin, yaitu suhu yang
tetap. Telah diketahui bahwa cairan menyebarkan panas secara merata. Cairan
ketuban didaur ulang secara terus menerus dan memiliki suhu yang tetap. Panas
yang dibutuhkan untuk perkembangan janin disebarkan secara merata ke segala
arah.
Jika
terdapat masalah yang berhubungan dengan produktivitas cairan, keberlangsungan
penjernihan ataupun penyesuaian volume cairan ini, maka pertumbuhan alami janin
akan terganggu. Sebagai contoh, jika jumlah cairan ketuban kurang dari yang
dibutuhkan, atau jika cairan ini tidak ada sama sekali, maka serangkaian
ketidaknormalan akan mulai terjadi. Anggota gerak si janin lemah dan menjadi
cacat, sendi-sendinya menyatu, kulitnya menjadi kendor, dan karena adanya
tekanan, wajah menjadi cacat.Masalah yang paling serius adalah perkembangan paru
yang terganggu dan si bayi mati segera setelah lahir.[4]
Semua
ini memperlihatkan kepada kita bahwa sejak dari keberadaan manusia hingga saat
ini, produksi cairan ketuban berlangsung secara terus menerus secara
sempurna.Tanpa cairan ini, janin tidak dapat berkembang di dalam rahim ibunya. Kenyataan
ini sepenuhnya meruntuhkan pernyataan para ahli evolusi bahwa perkembangan
terjadi setahap demi setahap pada satu periode waktu. Jika satu tahap dalam
penciptaan seorang manusia tidak terjadi, sebagai contoh seperti yang baru kami
uraikan, jika produksi cairan ketuban kurang, kelahiran tidak akan pernah
terjadi dan ras manusia tidak akan pernah ada. Dengan demikian, tidak dapat
dinyatakan bahwa cairan ketuban mulai diproduksi setelah suatu periode waktu
saat kebutuhan akan cairan ini muncul. Cairan ini harus ada seiring dengan
keberadaan janin.Adalah tidak mungkin menyatakan bahwa cairan ini, yang
memiliki fungsi yang sangat penting, dibentuk secara kebetulan. Mengatakan
bahwa makhluk yang rumit menjadi hidup adalah mengatakan bahwa makhluk tersebut
telah diciptakan. Tidaklah mungkin tindakan kebetulan dapat memperhitungkan,
menentukan kebutuhan, memilih segala sesuatu yang cocok dengan kebutuhan
tersebut dan menggunakannya pada waktu dan tempat yang tepat.
Jelaslah
bahwa Tuhanlah yang menciptakan cairan ketuban dan sistem-sistem yang terkait
dengannya. Dia juga menentukan berapa jumlah cairan ketuban yang dibutuhkan.
Sebagaimana Firman-Nya dalam Surat Ar- Ra’ad ayat 8:
ª!$# ãNn=÷èt $tB ã@ÏJøtrB @à2 4Ós\Ré& $tBur âÙÉós? ãP$ymöF{$# $tBur ß#y÷s? ( @à2ur >äóÓx« ¼çnyYÏã A#yø)ÏJÎ/ ÇÑÈ
Artinya: “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh
setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim.
Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya (Qur’an, 13:8).[5]
C.
Pengasuhan
Ibu di Luar Janin
Sampai
awal tahun 1940, minat psikologis pada periode pranatal dipusatkan pada
kondisi-kondisi fisik dalam tubuh ibu yang mungkin mempengaruhi perkembangan
dan pada persistensi pengaruh tersebut dalam kehidupan pascanatal. Karya sontag
dan rekan-rekannya, misalnya, menekankan fakta bahwa keadaan emosi ibu dapat
mempengaruhi perkembangan anak yang belum dilahirkan.[6]
Sekarang para ahli psikologi berminat
untuk mengetahui mengapa timbul sikap-sikap tertentu dari ibu dan anggota
keluarga lain terhadap anak yang sedang berkembang , seberapa jauh sikap-sikap
ini tetap ada , dan apa pengaruhnya pada hubungan antara anggota keluarga
dengan anak setelah dilahirkan, terutama selama tahun-tahun awal pertumbuhan
dimana orang-orang yang berarti dalam dunianya sebenarnya merupakan anggota
keluarganya. Meskipun penelitian seperti ini relative masih baru, namun telah
dapat menunjukkan penjelasan yang penting di bawah ini.
1.
Efek Sikap pada Anak-anak
Sikap
ibu dapat mempengaruhi bayinya yang belum di lahirkan,bukan melalui tali pusar
yang merupakan satu-satunya penghubung langsung antara keduanya melainkan
akibat dari adanya perubahan endokrin yang dapat dan memang terjadi apabila
calon ibu menderita tekanan yang berat dan dalam waktu yang lama yang biasanya
mengiringi sikap yang kurang menyenangkan. Sebaliknya, sikap-sikap yang
menyenangkan akan menimbulkan keseimbangan tubuh yang baik dan hal ini akan
menunjang perkembangan yang normal sepanjang periode pranatal.
Sikap anggota keluarga yang dasarnya pada umumnya telah
terbentuk sebelum anak dilahirkan mempunyai efek yang besar tidak hanya pada
anak tetapi juga pada hubungan keluarga. Pengaruh ini bisa menyenangkan atau
tidak menyenangkan, tidak bergantung pada sikap satu anggota keluarga melainkan
bergantung pada semua sikap anggota keluarga.[7]
Apabila sikap yang menyenangkan kepada bayi yang baru
dapat dipastikan mapan dan bila sifat yang kurang menyenangkan dapat dipastikan
menjadi berkurang atau bahkan berubah menjadi menyenangkan,
maka sikap itu tidak akan mengancam hubungan keluarga.
Sayangnya, sikap yang menyenangkan seringkali menjadi tidak terlampau
menyenangkan setelah anak dilahirkan, dan sikap yang kurang menyenangkan
cenderung mapan sekalipun diselubungi sedemikian rupa sehingga tampaknya
berubah menjadi baik.
Cepat atau
lambat anak akan menyadari adanya perbedaan perasaan dari masing-masing anggota
keluarga terhadap dirinya dan hal ini mempengaruhi sikapnya terhadap anggota
keluarga dan kepada dirinya sendiri. Merasa dicintai dan diingini akan memacu
anak untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga meningkatkan sikap dan hubungan
keluarga yang menyenangkan. Sebaliknya, kalau anak perasa, mencurigai atau
mengetahui bahwa mereka mengecewakan ayahnya, membebani ibunya yang sudah
sangat sibuk dan mengganggu saudara-saudaranya, maka ia akan memperlihatkan
kebenciannya dengan berperilaku sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
sikapnya yang kurang menyenangkan dan memperburuk hubungan keluarga. Inilah
yang seringkali merupakan awal dari sebuah penyesuaian kepribadian yang kurang
baik dan awal dari timbulnya perilaku yang mengundang masalah yang dapat
mengganggu anak selama bertahun-tahunbahkan seringkali sepanjang hidupnya.
2.Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Bahaya Fisik
Ada kondisi
tertentu yang ternyata memperbesar kemungkinan terjadinya bahaya fisik atau
menekankan bahaya tersebut. Pertama adalah saat terjadinya. Para dokter telah
bertahun-tahun mengetahui bahwa kalau calon ibu mengalami kontraksi “rubella”
dalam keharnilan tiga semester pertama, kemungkinan akan terjadi
ketidakteraturan dalam perkembangan bayinya, terutama dalam bentuk cacat mata
atau cacat telinga atau pembentukan jantung yang kurang baik.
Heinonen dkk, melaporkan bahwa hormon-hormon wanita,
seperti estrogen dan pregesten, bila diambil pada awal tahap kehamlan dapat
mengganggu perkembangan “cardiovascular” yang normal dari janin dan dapat
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Mereka melaporkan bahwa bulan kedua dan
ketiga menurut perhitungan bulan ketika jantung sedang berkembang pesat,
merupakan saat yang sangat peka. Tidak demikian halnya kalau hormon-hormon itu
diambil setelah bulan keempat.[8]
Kondisi kedua yang memperbesar kemungkinan terjadinya
bahaya fisik adalah bila kondisinya lebih kuat atau lebih besar dari kondisi
normal. Beberapa kondisi yang diketahui mempengaruhi anak yang sedang
berkembang selama periode prtanatal. Uraian di bawah ini dicurigai dapat
mempengaruhi perkembangan.
Malnutrisi ibu dapat merusak perkembangan normal,
terutama perkembangan otak janin (49,53,55). Terlalu banyak merokok dan
minum-minuman keras mengganggu perkembangan normal, terutama selama periode
embrio dan janin (20,41,46). Demikian pula halnya dengan minum obat-obatan(16).
Usia ibu dilaporkan merupakan kondisi yang memperbesar
kemungkinan terjadinya bahaya fisik selama periode pranatal. Sebabnya adalah
bahwa menjelang monopause para wanita seringkali mengalami gangguan endrokin
yang memperlambat perkembangan embrio di janin, menimbulkan ketidakteraturan
perekembangan seperti cretinisme, “Down Syndrome”, pembentukan jantung yang
salah dan “hydrocephalus” yang semuanya mencakup cacat fisik dan mental.
Wanita yang lebih tua juga cendrung mempunyai bayi yang lebih kecil dan lebih
banyak mengalami komplikasi pada waktu melahirkan daripada wanita yang lebih
muda. Meskipun usia ayah juga dapat menyebabkan ketidakteraturan perkembangan
atau kematian pada saat lahir, tetapi ini terjadi kalau usia ayah di atas enam
puluh tahun.
Jenis
pekerjaan tertentu cenderung lebih mengganggu perkembangan pranatal daripada jenis
pekerjaan yang lain. Bahan kimia dan bahaya lain yang dihadapi wanita yang
bekerja ditempat seperti rumah sakit, salon kecantikan, dan pabrik dapat
memperbesar jumlah kelahiran cacat atau keguguran dalam tahun-tahun terakhir
hidupnya. Burnham menunjukkan, “kemungkinan terjadinya kerusakan pada janin dan
kerusakan genetik yang dapat terjadi pada wanita pekerja tampaknya merupakan
masalah medis yang penting”.
Embrio perempuan mempunyai kemungkinan
hidup yang lebih besar daripada embrio laki-laki, tetapi sebab belum diketahui.
Misalnya, untuk setiap 100 embrio perempuan yang hilang karena keguguran
terjadi kehilangan 160 embrio laki-laki. Ketidakteraturan perkembangan juga lebih sering terjadi pada
janin laki-laki daripada janin perempuan.[9]
D.
Persiapan
Untuk Nafas Pertama
Setelah
lahir, hal yang paling penting bagi seorang bayi adalah bernafas; penting bagi
paru-paru, yang belum pernah mengenal udara sebelumnya, mengisinya dengan udara
dan mulai bernafas. Si bayi, yang sebelumnya menerima oksigen dari darah
ibunya, sekarang harus mengambilnya sendiri dari udara dengan paru-parunya. Dan
melalui cara yang menakjubkan, paru-paru, yang belum pernah menarik nafas
sebelum lahir, mulai bernafas secara normal. Pada saat bayi lahir, Tuhan
menciptakan segala sesuatunya telah siap dan menjamin bahwa kesiapan paru-paru
telah utuh seperti yang dibutuhkan.Untuk kesiapan paru-paru, diafragma mulai
berperan; diafragma terletak di antara lambung dan rongga iga. Diafragma mulai
berfungsi saat usia kehamilan menjelang 6 bulan.
Awalnya
diafragma mengembang dan berkontraksi secara intermitten atau
sebentar-sebentar, beberapa kali dalam sejam, tapi setelah lahir ia akan
mengembang dan berkontraksi secara terus menerus.[10] Dari
sini dapat dilihat bahwa bayi secara terus menerus berada dalam perlindungan
khusus, tapi harus diingat bahwa ini bukanlah perlindungan dari si ibu. Saat
janin berkembang, si ibu tetap menjalani hidup normalnya, tidak satupun
perubahan yang terjadi pada dirinya berada dalam penguasaannya. Walaupun sang
ibu ingin campur tangan, dia tidak akan bisa.
Semua
perkembangan ini terjadi oleh kekuatan abadi Tuhan kita. Tuhan telah
menciptakan semua yang dibutuhkan bagi seorang anak untuk lahir ke dunia
sebagai manusia normal dalam cara yang paling mengagumkan. Semua kebutuhan bayi
saat ia masih dalam tahap janin dipenuhi, dan sang ibu memikirkan apa yang
harus dilakukannya untuk membawa bayinya lahir ke dunia dan memastikan bahwa
bayinya akan bertahan hidup. Walaupun si ibu berfikir untuk melakukan sesuatu,
tidak ada yang dapat dilakukannya. Misalnya, memasukkan zat-zat sisa dari tubuh
janin ke dalam ginjalnya sendiri, membersihkan dan membuangnya, adalah hal-hal
yang tidak dapat dilakukan oleh si ibu sendiri. Adalah Tuhan yang menentukan
semua kebutuhan bagi seorang manusia baru untuk terlahir ke dunia dan membangun
sistem yang berespon paling baik terhadap kebutuhan tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Kehidupan
baru mulai dengan bersatunya sel seks pria
dan seks sel wanita. Kedua sel seks ini dikembangkan dalam alat-alat
reproduksi, yaitu gonad. Sel-sel seks pria, spermatozoa (bentuk tunggalnya:
spermatozoon ) diproduksi dalam gonad pria, tes-tes, sedangkan sel-sel seks
wanita, yaitu telur-telur (tunggal: ovum, jamak: ova), diproduksi dalam gonad
wanita, yaitu indung telur (ovarium).
Keberadaan cairan ketuban juga
penting bagi kesehatan sang ibu. Cairan ini mengisi seluruh rahim ibu, sehingga
saat janin tumbuh dan makin berat, tidak menimbulkan tekanan terhadap rahim.
Jika cairan ini tidak ada, janin yang terus tumbuh akan menyebabkan rahim
terdesak ke bawah dan tekanan balik yang diberikan dinding rahim akan
menyebabkan perkembangan janin yang normal menjadi tidak mungkin.
Apabila sikap yang menyenangkan
kepada bayi yang baru dapat dipastikan mapan dan bila sifat yang kurang
menyenangkan dapat dipastikan menjadi berkurang atau bahkan berubah menjadi
menyenangkan, maka sikap itu tidak akan mengancam hubungan keluarga. Jenis pekerjaan tertentu cenderung lebih
mengganggu perkembangan pranatal daripada
jenis pekerjaan yang lain. Maka dari itu penjagaan sang ibu terhadap
kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi haruslah lebih diperhatikan demi
lahirnya bayi yang sehat secara jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Agama RI. 1992. Al-qur’an Terjemahnya.
Bandung: Gema Risalah Press.
Elizabeth
B. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Erlangga.
Ahmad
Hasyim. 1992. Psikologi Perkembangan.
Kairo: Daar Asy- Syurq.
http://id.harunyahya.com/id/works/27762/AIR_KEHIDUPAN_DAN_NAFAS_PERTAMA_BAYI