1. SYEIKH
JA'FAR HASAN TANJUNG: SANG ORGANISATOR
Lahir
di Remburan, Mandailing pada tahun 1880, anak kedua dari dua belas putera-puteri
Syeikh Hasan Tanjung. Sejak kecil dia merantau ke Kesultanan Deli, tepatnya
Medan dan tinggal bersama pamannya yang menjadi pengusaha sukses yang bernama
H. Hamid Panjang Mise dan mempunyai banyak gerai batik salah satu diantaranya
di Kesawan No. 34 Medan.
Pada
tahun 1904, dia diutus oleh pamannya tersebut untuk belajar ke Mekkah. Setelah
beberapa tahun di sana dia melanjutkan studinya ke Bait al-Maqdis, Jerusalem,
Palestina. Dari sana dia melanjutkan kelana pendidikannya ke Kairo.
Pada
tahun 1912, dia kembali ke tanah air dan mengembangkan Islam dan pendidikan di
Kesultanan Deli, tepatnya di Jalan Padang Bulan 190 Medan. Dari pengalamannya
tersebut dia diangkat menjadi Pemimpin di Maktab Islamiyah Tapanuli, Medan yang
berdiri pada 9 Syakban 1336 H. Pimpinan setelah itu adalah H. Yahya, Syeikh
Ahmad dan Syeikh M. Yunus berturut-turut. Dalam perjalanan sejarahnya, rumahnya
yang di Padang Bulan tersebut, diserahkannya kepada al-Jam'iyah al-Washliyah
yang menjadi organisasi masyarakat muslim di Medan.
Sebagai
tokoh masyarakat, dia menunjukkan sebauh kebiasaan baru yang tidak lazim saat
itu, bahwa dia tidak mau menerima zakat yang menurutnya ada beberapa ashnaf
yang lebih berhak menerimanya. Sumbangsihnya dalam perjalanan karir politik
adalah pendirian organisasi seperti al-Jam'iyah al-Washliyah di Medan.
2. KADHI
H. ILYAS PENYABUNGAN: SANG KADHI
Dilahirkan
di Sabajior, Penyabungan pada 10 Rabiul Awal 1302 H. Ayahnya bernama H
Sulayman. Dia aktif mengembangkan Makbat Subulussalam sampai akhirnya penguasa
Sukapiring memintanya menjadi Kadhi di Sukapiring, Kesultanan Deli. Masa
hidupnya dihabiskan untuk membesarkan organisasi al-Jam'iyah al-Washliyah.
3. HAJI
MUHAMMAD ARSYAD THALIB LUBIS: ULAMA YANG PRODUKTIF
Beliau
adalah seorang ulama, mubaligh dan pejuang di Sumatera Utara yang lahir pada
Oktober 1908 di Stabat,Langkat,Sumatera Utara. Beliau putra kelima dari
pasangan Lebai Thalib bin H. Ibrahim Lubis dan Markoyom Nasution. Ayahnya berasal
dari kampung Pastap, Kotanopan, Tapanuli Selatan, kemudian menetap di Stabat
Sumatera Utara, sebagai petani yang agamis sehingga mendapat panggilan `lebai`,
yakni panggilan kehormatan di daerahnya atas ilmu agama yang dimiliki.
Syekh
HM Arsyad Thalib Lubis, menjalani seluruh pendidikannya di Sumatera Utara.
Selepas menjalani pendidikannya dalam kurun waktu 1917-1930, beliau memperdalam
ilmu tafsir, hadits, usul fiqh dan fiqh kepada Syekh Hasan Maksum di Medan. Dia
adalah seorang murid yang cerdas dan rajin, sehingga mendapat kepercayaan dari
gurunya yakni H. Mahmud Ismail Lubis untuk menyalin karangan yang akan dimuat
di surat kabar. Pada usia 20 tahun, beliau telah menjadi penulis di Majalah
Fajar Islam di Medan.
Pada
usia 26 tahun, buku pertamanya, Rahasia Bible terbit pada 1934 dan dicetak
ulang pada 1936. Buku ini pun menjadi pegangan mubaligh dan da’i Al Washliyah
dalam menyiarkan Islam di Porsea, Tapanuli Utara. Semasa hidupnya, HM Arsyad
Thalib Lubis, aktif mengajar pada beberapa Madrasah Al Washliyah, baik di Aceh
maupun yang berada di Medan dari tahun 1926-1957. Kemudian beliau menjadi
Lector pada Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Medan
(1953-1954), menjadi Guru Besar ilmu Fiqh dan Usul Fiqh pada Universitas Islam
Sumatera Utara- UISU (1954-1957) dan dosen tetap pada Universitas Al Washliyah
(UNIVA) sejak berdirinya universitas itu (1958) sampai akhir hayat HM Arsyad
Thalib Lubis.
Sekitar
tahun 1930, HM Arsyad Thalib Lubis menikah dengan seorang gadis pujaannya, Siti
Yamaah Binti Kamil Bin Sampurna. Dari pernikahannya dengan gadis Melayu Deli,
Sumatera Utara ini, dikaruniai 8 orang anak, masing-masing Anisa Fahmi Lubis,
Mukhtar Hanif Lubis, Muslim Arif Lubis, Nur Azizah Hikmah Lubis, Khairan Lubis,
Maisaroh Lubis dan Haji Hawari Arsyad Thalib Lubis.
Putra
kedelapan yakni Haji Hawari Arsyad Thalib Lubis, tinggal di kawasan Kayumanis,
Matraman Jakarta Timur. dan dikaruniai 4 orang anak, antara lain Wizdan Lubis
(Ketua Umum PP GPA) dan Razvi Lubis (Ketua Umum PW GPA DKI) periode 2011-2015.
Dalam
kegiatan organisasi, HM Arsyad Thalib Lubis, seorang di antara pendiri
organisasi Al Jam’iyatul Washliyah. Sejak berdirinya organisasi ini pada 9
Rajab 1349 Hijriyah atau bertepatan 30 November 1930 Masehi, beliau turut
menjadi anggota Pengurus Besar Al Washliyah sampai 1956. Meskipun beliau tidak
duduk dalam kepengurusan, beliau tetap aktif memberikan sumbangan pikiran dan
tenaga dalam kegiatan Al Washliyah yang bergerak di bidang pendidikan,dakwah
dan sosial.
Dalam
kegiatan dakwah, ulama ini aktif dalam zending (mubaligh) Islam Indonesia.
Puluhan ribu orang dari Tanah Batak dan Karo, Sumatera Utara, masuk Islam di
tangannya, bahkan menjelang akhir hayatnya, beliau telah mengislamkan tidak
kurang dari dua ratus orang di Kabupaten Deli Serdang.
Sesuai
dengan kondisi masanya, beliau juga melakukan berbagai perdebatan dengan
tokoh-tokoh Kristen di Medan, seperti Pendeta Rivai Burhanuddin (Pendeta Kristen
Adven), Van den Hurk (Kepala Gereja Katolik Sumatera Utara) dan Dr. Sri Hardono
(tokoh Kristen Katolik). Berkat penguasaan ilmunya, beliau dengan mudah
menguasai lawan debatnya dan hasilnya selalu diterbitkan dalam bentuk buku.
Dalam
perjuangan kemerdekaan, beliau turut andil sesuai dengan bidangnya. Untuk
membangkitkan semangat jihad melawan penjajah, beliau menulis buku Tuntunan
Perang Sabil. Karena perjuangannya pada 29 Maret 1949 pendiri Al Washliyah ini
ditangkap pihak Negara Sumatera Timur (NST) yang bertindak sebagai perpanjangan
tangan Belanda.
Tuan
HM Arsyad Tahlib Lubis, ditahan sebagai tawanan politik di penjara Sukamulia, Medan,
Sumatera Utara, mulai 29 Maret sampai dengan 23 Desember 1949. Ketika dalam
tahanan, isterinya tercinta, meninggal dunia.
Beliau
di masa hidupnya juga pernah terlibat dalam dunia politik Indonesia dengan
menjadi pengurus di Majelis Syuro Muslimin (Masyumi). HM Arsyad Thalib Lubis
pernah pula menjadi Kepala Kantor Urusan Agama se- Sumatera Timur, (sekarang
Kakanwil Depag) bahkan beliau merupakan perwakilan pertama ulama Al Washliyah
ini pernah menjadi delegasi Indonesia berkunjung ke negeri Uni Soviet (Rusia
sekarang) bersama beberapa ulama-ulama Indonesia lainnya.
Sebagai
tokoh Al Jam’iyatul Washliyah, dalam fikih beliau menganut mazhab Syafi’i.
Namun demikian ia bersikap terbuka dan hormat terhadap paham lain. Menurutnya
kebebasan mengemukakan paham dan pendapat perlu mendapat tempat dalam
masyarakat karena sangat penting artinya bagai kemajuan pengetahuan di kalangan
umat Islam.
Kedudukan
hukum fikih, menurut beliau, pada umumnya berkisar pada masalah zanni (tidak
jelas dan tegas) yang kekuatannya berdasarkan “kuat sangka belaka”. Tidak
“yakini” (dengan yakin) karena dapat digugurkan dengan ijtihad. Adapun ijtihad
tidak dapat digugurkan dengan ijtihad karena sama kekuatannya. Dalam usia 63
tahun, Kamis tanggal 6 Juli 1972 bertepatan 23 Jumadil Awal 1392 Hijriyah, HM
Arsyad Thalib Lubis menghembuskan nafas terakhir karena sakit di RS Pirngadi,
Medan, Sumatera Utara.
4. SYEIKH
H. ADNAN LUBIS: AHLI TATA NEGARA
Nama
lengkap al-Fadhil Haji Adnan Lubis. Lahir Mei 1910 di kampung Arab, Medan,
Kesultanan Deli. Ayahnya H. Hasan Kontas, seorang saudagar kain di
Panjang/Kesawan. Beliau merupakan alumni Maktab Islamiyah Tapanuli di Jalan
Hindu. Pada tahun 1926, beliau berangkat ke Mekkah bersama Syeikh Nawawi yang
menjadi Syeikh Jama'ah di Mekkah.
Pada
tahun 1934, dia melanjutkan pendidikannya ke India, tepatnya Nadwa College
(Darul Uloom Nadwatul Ulama), sebuah universitas yang banyak melahirkan
cendikiawan dari mahasiswa di seluruh dunia, khususnya negara-negara
berkembang. Di kampus tersebut, kemampuan bahasanya bertambah dengan penguasaan
bahasa Urdu yang serupa dengan bahasa Sansekerta. Selama studi di India, dia
berhasil menulis beberapa buku yang di antaranya dicetak di Medan seperti:
Kisah Perjalanan Imam Syafii.
Lima
tahun dihasbiskan di Lucknow untuk mempelajari ilmu Ekonomi, Politik dan
ilmu-ulmu lainnya dan luluh dengan predikat al-Fadhil. Al-Fadhil merupakan
gelar untuk master sementara Alimiyat adalah gelar untuk sarjana.
Beberapa
tokoh ulama di India tercatat sebagai dosennya di antaranya:
1.
Syeikh Mas'ud Alam
2.
Syeikh Sibli Nu'mani yang merupakan tokoh India
3.
Syeikh Sulayman al-Nadwi
4.
Syeikh Tarmizi
Pada
tahun 1939, dia kembali ke Indonesia dan menikah dengan boru Nasution bernama
Rachmah binti Abdul Malik Nasution dengan dua puteri dan lima orang putera.
Beliau aktif berorganisasi dalam al-Jam'iyatul al-Washliyah dan terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang mendukung pengusiran Belanda dari Tanah Air. Kegiatan
utamanya dalam pendidikan tidak pernah ditinggalkannya. Misalnya sebagai Guru
Besar di Universitas Islam Sumatera Utara untuk mata kuliah Hukum Islam pada
tahun 1952.
Pada
tahun 1956-1959 dia diangkat menjadi Aggota Konstituante dan pada tahun 1958
menjadi rektor sebuah universitas prestisius UNIVA sebuah universitas paling
bermutu di jamannya. Beberapa tulisannya mengani Hukum Islam, Pengantar Hukum
Islam dan Perbandingan Islam. Di bidang sastra dia juga menulis 'Gubahan
Perjuangan Rasul'. Menerjemahkan Kitab 'Falsafah Timur' karangan Prof. Ghallib
dari Mesir. Selain buku-buku agama dia juga menulis buku-buku politik seperti
Hukum Tata Negara Islam. Buku tersebut ditulis selama dia menjadi anggota
Konstituante.
Sumber:
http://porseauli.blogspot.com/2006/12/sejarah-cendikiawan-batak.html
http://kabarwashliyah.com/2013/02/22/hm-arsyad-thalib-lubis/