Selasa, 13 Agustus 2013

Profil Beberapa Ulama Al- Jam'iyatul Washliyah: Pejuang Indonesia di Sumatera Utara

1.    SYEIKH JA'FAR HASAN TANJUNG: SANG ORGANISATOR

Lahir di Remburan, Mandailing pada tahun 1880, anak kedua dari dua belas putera-puteri Syeikh Hasan Tanjung. Sejak kecil dia merantau ke Kesultanan Deli, tepatnya Medan dan tinggal bersama pamannya yang menjadi pengusaha sukses yang bernama H. Hamid Panjang Mise dan mempunyai banyak gerai batik salah satu diantaranya di Kesawan No. 34 Medan.
Pada tahun 1904, dia diutus oleh pamannya tersebut untuk belajar ke Mekkah. Setelah beberapa tahun di sana dia melanjutkan studinya ke Bait al-Maqdis, Jerusalem, Palestina. Dari sana dia melanjutkan kelana pendidikannya ke Kairo.
Pada tahun 1912, dia kembali ke tanah air dan mengembangkan Islam dan pendidikan di Kesultanan Deli, tepatnya di Jalan Padang Bulan 190 Medan. Dari pengalamannya tersebut dia diangkat menjadi Pemimpin di Maktab Islamiyah Tapanuli, Medan yang berdiri pada 9 Syakban 1336 H. Pimpinan setelah itu adalah H. Yahya, Syeikh Ahmad dan Syeikh M. Yunus berturut-turut. Dalam perjalanan sejarahnya, rumahnya yang di Padang Bulan tersebut, diserahkannya kepada al-Jam'iyah al-Washliyah yang menjadi organisasi masyarakat muslim di Medan.
Sebagai tokoh masyarakat, dia menunjukkan sebauh kebiasaan baru yang tidak lazim saat itu, bahwa dia tidak mau menerima zakat yang menurutnya ada beberapa ashnaf yang lebih berhak menerimanya. Sumbangsihnya dalam perjalanan karir politik adalah pendirian organisasi seperti al-Jam'iyah al-Washliyah di Medan.

2.    KADHI H. ILYAS PENYABUNGAN: SANG KADHI

Dilahirkan di Sabajior, Penyabungan pada 10 Rabiul Awal 1302 H. Ayahnya bernama H Sulayman. Dia aktif mengembangkan Makbat Subulussalam sampai akhirnya penguasa Sukapiring memintanya menjadi Kadhi di Sukapiring, Kesultanan Deli. Masa hidupnya dihabiskan untuk membesarkan organisasi al-Jam'iyah al-Washliyah.

3.    HAJI MUHAMMAD ARSYAD THALIB LUBIS: ULAMA YANG PRODUKTIF

Beliau adalah seorang ulama, mubaligh dan pejuang di Sumatera Utara yang lahir pada Oktober 1908 di Stabat,Langkat,Sumatera Utara. Beliau putra kelima dari pasangan Lebai Thalib bin H. Ibrahim Lubis dan Markoyom Nasution. Ayahnya berasal dari kampung Pastap, Kotanopan, Tapanuli Selatan, kemudian menetap di Stabat Sumatera Utara, sebagai petani yang agamis sehingga mendapat panggilan `lebai`, yakni panggilan kehormatan di daerahnya atas ilmu agama yang dimiliki.
Syekh HM Arsyad Thalib Lubis, menjalani seluruh pendidikannya di Sumatera Utara. Selepas menjalani pendidikannya dalam kurun waktu 1917-1930, beliau memperdalam ilmu tafsir, hadits, usul fiqh dan fiqh kepada Syekh Hasan Maksum di Medan. Dia adalah seorang murid yang cerdas dan rajin, sehingga mendapat kepercayaan dari gurunya yakni H. Mahmud Ismail Lubis untuk menyalin karangan yang akan dimuat di surat kabar. Pada usia 20 tahun, beliau telah menjadi penulis di Majalah Fajar Islam di Medan.
Pada usia 26 tahun, buku pertamanya, Rahasia Bible terbit pada 1934 dan dicetak ulang pada 1936. Buku ini pun menjadi pegangan mubaligh dan da’i Al Washliyah dalam menyiarkan Islam di Porsea, Tapanuli Utara. Semasa hidupnya, HM Arsyad Thalib Lubis, aktif mengajar pada beberapa Madrasah Al Washliyah, baik di Aceh maupun yang berada di Medan dari tahun 1926-1957. Kemudian beliau menjadi Lector pada Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Medan (1953-1954), menjadi Guru Besar ilmu Fiqh dan Usul Fiqh pada Universitas Islam Sumatera Utara- UISU (1954-1957) dan dosen tetap pada Universitas Al Washliyah (UNIVA) sejak berdirinya universitas itu (1958) sampai akhir hayat HM Arsyad Thalib Lubis.
Sekitar tahun 1930, HM Arsyad Thalib Lubis menikah dengan seorang gadis pujaannya, Siti Yamaah Binti Kamil Bin Sampurna. Dari pernikahannya dengan gadis Melayu Deli, Sumatera Utara ini, dikaruniai 8 orang anak, masing-masing Anisa Fahmi Lubis, Mukhtar Hanif Lubis, Muslim Arif Lubis, Nur Azizah Hikmah Lubis, Khairan Lubis, Maisaroh Lubis dan Haji Hawari Arsyad Thalib Lubis.
Putra kedelapan yakni Haji Hawari Arsyad Thalib Lubis, tinggal di kawasan Kayumanis, Matraman Jakarta Timur. dan dikaruniai 4 orang anak, antara lain Wizdan Lubis (Ketua Umum PP GPA) dan Razvi Lubis (Ketua Umum PW GPA DKI) periode 2011-2015.
Dalam kegiatan organisasi, HM Arsyad Thalib Lubis, seorang di antara pendiri organisasi Al Jam’iyatul Washliyah. Sejak berdirinya organisasi ini pada 9 Rajab 1349 Hijriyah atau bertepatan 30 November 1930 Masehi, beliau turut menjadi anggota Pengurus Besar Al Washliyah sampai 1956. Meskipun beliau tidak duduk dalam kepengurusan, beliau tetap aktif memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam kegiatan Al Washliyah yang bergerak di bidang pendidikan,dakwah dan sosial.
Dalam kegiatan dakwah, ulama ini aktif dalam zending (mubaligh) Islam Indonesia. Puluhan ribu orang dari Tanah Batak dan Karo, Sumatera Utara, masuk Islam di tangannya, bahkan menjelang akhir hayatnya, beliau telah mengislamkan tidak kurang dari dua ratus orang di Kabupaten Deli Serdang.
Sesuai dengan kondisi masanya, beliau juga melakukan berbagai perdebatan dengan tokoh-tokoh Kristen di Medan, seperti Pendeta Rivai Burhanuddin (Pendeta Kristen Adven), Van den Hurk (Kepala Gereja Katolik Sumatera Utara) dan Dr. Sri Hardono (tokoh Kristen Katolik). Berkat penguasaan ilmunya, beliau dengan mudah menguasai lawan debatnya dan hasilnya selalu diterbitkan dalam bentuk buku.
Dalam perjuangan kemerdekaan, beliau turut andil sesuai dengan bidangnya. Untuk membangkitkan semangat jihad melawan penjajah, beliau menulis buku Tuntunan Perang Sabil. Karena perjuangannya pada 29 Maret 1949 pendiri Al Washliyah ini ditangkap pihak Negara Sumatera Timur (NST) yang bertindak sebagai perpanjangan tangan Belanda.
Tuan HM Arsyad Tahlib Lubis, ditahan sebagai tawanan politik di penjara Sukamulia, Medan, Sumatera Utara, mulai 29 Maret sampai dengan 23 Desember 1949. Ketika dalam tahanan, isterinya tercinta, meninggal dunia.
Beliau di masa hidupnya juga pernah terlibat dalam dunia politik Indonesia dengan menjadi pengurus di Majelis Syuro Muslimin (Masyumi). HM Arsyad Thalib Lubis pernah pula menjadi Kepala Kantor Urusan Agama se- Sumatera Timur, (sekarang Kakanwil Depag) bahkan beliau merupakan perwakilan pertama ulama Al Washliyah ini pernah menjadi delegasi Indonesia berkunjung ke negeri Uni Soviet (Rusia sekarang) bersama beberapa ulama-ulama Indonesia lainnya.
Sebagai tokoh Al Jam’iyatul Washliyah, dalam fikih beliau menganut mazhab Syafi’i. Namun demikian ia bersikap terbuka dan hormat terhadap paham lain. Menurutnya kebebasan mengemukakan paham dan pendapat perlu mendapat tempat dalam masyarakat karena sangat penting artinya bagai kemajuan pengetahuan di kalangan umat Islam.
Kedudukan hukum fikih, menurut beliau, pada umumnya berkisar pada masalah zanni (tidak jelas dan tegas) yang kekuatannya berdasarkan “kuat sangka belaka”. Tidak “yakini” (dengan yakin) karena dapat digugurkan dengan ijtihad. Adapun ijtihad tidak dapat digugurkan dengan ijtihad karena sama kekuatannya. Dalam usia 63 tahun, Kamis tanggal 6 Juli 1972 bertepatan 23 Jumadil Awal 1392 Hijriyah, HM Arsyad Thalib Lubis menghembuskan nafas terakhir karena sakit di RS Pirngadi, Medan, Sumatera Utara.

4.    SYEIKH H. ADNAN LUBIS: AHLI TATA NEGARA

Nama lengkap al-Fadhil Haji Adnan Lubis. Lahir Mei 1910 di kampung Arab, Medan, Kesultanan Deli. Ayahnya H. Hasan Kontas, seorang saudagar kain di Panjang/Kesawan. Beliau merupakan alumni Maktab Islamiyah Tapanuli di Jalan Hindu. Pada tahun 1926, beliau berangkat ke Mekkah bersama Syeikh Nawawi yang menjadi Syeikh Jama'ah di Mekkah.
Pada tahun 1934, dia melanjutkan pendidikannya ke India, tepatnya Nadwa College (Darul Uloom Nadwatul Ulama), sebuah universitas yang banyak melahirkan cendikiawan dari mahasiswa di seluruh dunia, khususnya negara-negara berkembang. Di kampus tersebut, kemampuan bahasanya bertambah dengan penguasaan bahasa Urdu yang serupa dengan bahasa Sansekerta. Selama studi di India, dia berhasil menulis beberapa buku yang di antaranya dicetak di Medan seperti: Kisah Perjalanan Imam Syafii.
Lima tahun dihasbiskan di Lucknow untuk mempelajari ilmu Ekonomi, Politik dan ilmu-ulmu lainnya dan luluh dengan predikat al-Fadhil. Al-Fadhil merupakan gelar untuk master sementara Alimiyat adalah gelar untuk sarjana.
Beberapa tokoh ulama di India tercatat sebagai dosennya di antaranya:
1. Syeikh Mas'ud Alam
2. Syeikh Sibli Nu'mani yang merupakan tokoh India
3. Syeikh Sulayman al-Nadwi
4. Syeikh Tarmizi
Pada tahun 1939, dia kembali ke Indonesia dan menikah dengan boru Nasution bernama Rachmah binti Abdul Malik Nasution dengan dua puteri dan lima orang putera. Beliau aktif berorganisasi dalam al-Jam'iyatul al-Washliyah dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung pengusiran Belanda dari Tanah Air. Kegiatan utamanya dalam pendidikan tidak pernah ditinggalkannya. Misalnya sebagai Guru Besar di Universitas Islam Sumatera Utara untuk mata kuliah Hukum Islam pada tahun 1952.
Pada tahun 1956-1959 dia diangkat menjadi Aggota Konstituante dan pada tahun 1958 menjadi rektor sebuah universitas prestisius UNIVA sebuah universitas paling bermutu di jamannya. Beberapa tulisannya mengani Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam dan Perbandingan Islam. Di bidang sastra dia juga menulis 'Gubahan Perjuangan Rasul'. Menerjemahkan Kitab 'Falsafah Timur' karangan Prof. Ghallib dari Mesir. Selain buku-buku agama dia juga menulis buku-buku politik seperti Hukum Tata Negara Islam. Buku tersebut ditulis selama dia menjadi anggota Konstituante.

Sumber:
http://porseauli.blogspot.com/2006/12/sejarah-cendikiawan-batak.html
http://kabarwashliyah.com/2013/02/22/hm-arsyad-thalib-lubis/
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar