Rabu, 07 Agustus 2013

Kembali kepada Al- Qur'an

Sayyid Saqib Mursalan pernah ditanya, mengapa orang Muslim mundur dan orang Nasrani maju? Jawaban Mursalan adalah karena kedua-duanya (Muslim dan Nasrani) sama-sama meningalkan kitab suci mereka masing-masing. Kemudian Mulla Shadra pernah membuat statement sebagai berikut: Ketika saya ke Eropa disana saya jumpai Islam tapi tidak saya jumpai Muslim. Ketika saya ke Mesir banyak saya jumpai Muslim tapi saya tidak menjumpai Islam.

Tokoh yang lainpun membuat pernyataan yang hampir sama. Apa yang dilakukan Barat sekarang itulah kita seharusnya. Apa yang kita lakukan sekarang itulah Barat yang seharusnya (‘amaluna ‘amaluhum wa ‘amaluhum ‘amaluna). Ketiga pernyataan di atas mengindikasikan bahwa kembali kepada al-Qur’an tidak tertawar lagi. Bila ini terabaikan maka tidak mustahil bahwa pesan-pesannya akan dikonsumsi orang-orang yang lahiriyahnya tidak beriman dengan al-Qur’an.

Kebenaran al-Qur’an tidak cukup dengan disoraki melalui tepuk tangan yang meriah sambil menyatakan bahwa dalam al-Qur’an hal itu telah disebutkan. Hal yang lebih penting adalah membuktikan kebenaran al-Qur’an dengan upaya sendiri. Ketika Neil Armstrong berhasil menginjakkan kakinya di bulan dengan sinis kita berkomentar bahwa al-Qur’an menyatakan manusia bisa naik ke bulan. Tentu saja komentar yang seperti ini tidak lebih kecuali hanya sebagai pelipur lara.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang sudah teruji kebenarannya sehingga tidak ada peluang sedikitpun untuk meragukan pesan-pesannya. Terlebih lagi bahwa setiap pesan al-Qur’an selalu bertujuan untuk kemaslahatan manusia. Kuat dugaan bahwa salah satu penyebab keterpurukan umat Islam dewasa ini karena tidak tahu cara kembali kepada al-Qur’an. Andaipun ini diinginkan maka sifatnya hanya sebatas wacana yang disahuti melalui sifat fanatisme emosional. Ketika al-Qur’an dipandang hanya dari dimensi tunggal maka banyak pesan-pesannya yang terabaikan. Oleh karena itu, banyak orang yang mengaku beriman dengan al-Qur’an tapi realitasnya menginjak pesan-pesan al-Qur’an.

Urgensi kembali kepada al-Qur’an karena pemahaman keagamaan kita telah tercerabut dari dasarnya yang asli yaitu al-Qur’an. Walaupun ada upaya untuk kembali kepada al-Qur’an tapi upaya dimaksud hanya bersifat simbol. Di antara kita banyak yang punya hobbi mengkoleksi kitab-kitab suci al-Qur’an di dalam lemarinya. Padahal yang lebih penting lagi adalah mengkoleksi isi dan pesan-pesan al-Qur’an di dalam hati.

Pengelola pesantren selalu merasa puas jika setiap tahun mengeluarkan alumni yang dapat menghafal al-Qur’an. Padahal yang lebih penting lagi adalah apakah alumninya mengerti makna ayat-ayat yang dihafalnya. Kembali kepada al-Qur’an berarti menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap kehidupan. Dengan kata lain, menjadikan al-Qur’an sebagai landasan untuk berpikir, berbuat dan bertindak. Jika kita mengembalikan segala persoalan kehidupan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an maka dapat dipastikan kehidupan kita akan maju. Hal ini disebabkan bahwa ayat-ayat al-Qur’an memberikan dorongan supaya hidup maju.


Berdasarkan uraian di atas maka upaya yang paling efektif mendorong umat Islam untuk maju ialah kembali kepada al-Qur’an. Dalam pengertian bahwa semua pesan al-Qur’an dijewantahkan dalam segala lini kehidupan.

Oleh: Ust. Achyar Zein
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar