Rabu, 26 Mei 2021

Bersuka-ria Lewat Berbalas Pantun 2

             Delapan tahun lalu kurang lebih masih membekas di ingatan ku, pernah mencoba menghidupkan ghirah berpantun sebagai ejawantah dari men-tradisikan pantun itu sendiri. Memang sih awalnya cuma iseng, tetapi cukup banyak respon netizen yang datang dari nge-like hingga komentar, isinya membalas pantun yang ku pos sejatinya adalah bait lagu bijak bestari dari Diva negeri seberang – Malaysia, Dato’ Siti Nurhaliza. Aku tak mau memperpanjang kalam flash back keceriaan 8 tahun lalu, pembaca bisa menelusurinya di link ini http://azwarammar.blogspot.com/2013/06/bersuka-ria-lewat-berbalas-pantun.html kalo rajin dan penasaran. Hihihi.

            Nah, cerita kali ini bukan aku yang memulai berpantun, hanya sekadar memantik semangat berpantun lewat komentar ku pada sebuah status pesbuk seseorang yang amat akrab dan tak asing lagi di beranda FB ku, yakni pak A Hafeez Harahap, bunyi pantun yang beliau awali seperti ini:      


 
#tanjak #tengkuluk

Tanjak dipakai warnanya biru

Songket diserta gantikan pelekat

Kenakan tanjak tak harus melayu

Pertanda kita teguhkan istiadat

#pantun #melayu

Aku pun masuk mengomentari:

Gendang merentak mengalun mendayu

Rebana dipukul kaki menderap

Ku sangka apak Melayu

Rupanya bermarga Harahap

Yes, aku berhasil memantik semangat itu, dan pak Hafiz pun membalasnya:

Bedug ditabuh kiblat dihadap

Masuk ke surau kasut dilepas

Betul adanya patik Harahap

Tak macam Ongah kenakan tengkulok belumlah pas.

Sebagai seorang berdarah Melayu, pipi ku memerah bertanda malu ketika pantun yang dibalas berisi sindiran namun jenaka, lalu aku pun membalas dengan kata “maaf” lewat berpantun:

Makanan Lemang enak dirasa

Ditaruh ibu di atas nampan

Tengkuluk dipakai Memang belum pas patik rasa

Maka itu, Khilaf dan salah sudi dimaafkan  

Pak Hafiz pun dengan semangatnya membalas namun berisi nasehat:

Lemang disantap dengan serikaya.

Sajian emak di hari raya.

Maaf dari ongah patik terima.

Saling memafkan itu petuah agama.

Aku pun otomatis berterima kasih akan kemaklumannya atas kekhilafan ku memakai tanjak:

Seduh kopi di malam hari

Remah roti terserak di nampan

Teduh hati maaf t'lah didapati

Terima kasih patik haturkan 

Dari isi pantunnya sepertinya pak Hafiz mau menutup dan mengakhiri:

Kopi Sidikalang telah dibeli.

Diracik oleh tangan Barista.

Karena maaf telah saling diminta dan diberi.

Tuntaslah sudah rangkaian pantun kita.

Aku pun membalas pantunnya lagi:

Sapi melenguh harimau mencabar

Itik berenang belibis terkapar

Menunggu beberapa saat dengan sabar

Patik lihat seseorang sedang menulis komentar


Seharusnya aku pun harus mengakhiri, karena ku balas bukan dengan penutup, maka beliau masih menyempatkan membalasnya:

Peminta datang muka memelas.

Tangan tengadah bibir bergetar.

Patik tengok makin cepat bisa membalas.

Itulah buah dari usaha dan sabar.

Sifatnya pantun adalah balas membalas, maka tetap aja ku balas, HAHAHA:

Tenda terisi para tetamu undangan

Gerak santun menyalami tangan

Tanda literasi diimplementasi dg kesungguhan

Membalas pantun sambil menunggu pesanan  

Kok ujung pantun ku menunggu pesanan? Ya, karena sewaktu proses balas membalas pantun di dunia maya, kami disibukkan dengan aktivitas masing-masing di dunia nyata, pak Hafiz terlihat ku dari seberang jalan memang sedang memesan sesuatu di kios kecil saat aku sedang berkendara bersama anak istri sepulang dari salah satu minimarket. Tunggu dan menunggu tak pula pantun ku bak kata orang “gayung bersambut”, masuk pula komenan dari seseorang masih kerabat dekat, tapi bukan pantun malah ia mengirim bait lagu yang tak asing bagi warga Sumut:


Ondak kalaut Angin pun koncang

Pogi Kabarat Ditokan Tunggaro

Pogi Katimur ditokan Barat Dayo

Balek karumah Tak ado balanjo

Ditengok Sangik Ikan tinggal tulangnyo

Singkap pariuk Nasik tinggal koraknyo

Mungkin itulah akhir dari pantun kami, ditutup oleh lagu, hahahaha, ok, ku ceritakan lagi nanti bila ada jilid 3 nya, SELAMAT MENIKMATI KEJENAKAAN PANTUN KAMI..

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar