Rabu, 03 Juli 2013

Eliminasi, Konstipasi dan Nutrisi pada Lansia

Eliminasi merupakan pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk feses. Eliminasi juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk proses pengeluaran feses yang bila hal itu tidak terjadi maka akan timbul rasa ketidaknyamanan pada manusia itu dan juga berakibat timbulnya gejala- gejala penyakit.

Organ- organ yang berperan dalam pembuangan eliminasi adalah Saluran Gastrointestinal yakni saluran tersebut panjang ( kurang lebih 9 meter)  yang terlibat dalam proses mencerna makanan, yang dimulai dari mulut sampai anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair melalui proses pencernaan, baik dengan cara mengunyah, menelan, dan mencampur menjadi zat- zat gizi ( Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi merupakan penurunan frekuensi defekasi, yang di ikuti oleh pengeluaran feses yang keras dan kering. Konstipasi adalah bahaya yang signifan terhadap kesehatan mengedan selama defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila mobilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rectum dan mengedan selama defekasi terhadap klien yang baru menjalani bedah abdomen, ginekologi, bedah rectum. Upaya mengeluarkan feses dapat menyebabkan jahitan terbuka (Potter dan Perry, 2006).

Konstipasi biasa terjadi pada lansia akibat perubahan fisiologis yang normal dimana peristaltik kolon menurun dan impuls saraf melambat serta sfingter anal internal kehilangan tonusnya. Sekitar 30% orang di atas umur 60 tahun menggunakan laksatif sedikitnya satu kali seminggu. Jika konstipasi tidak diobati akan menyebabkan impaksi fekal dan megakolon. Perlu diingatkan pada lansia bahwa kebiasaan BAB normal berkisar antara 3 kali sehari sampai 3-5 hari sekali tergantung tonus usus pasien, tingkat aktivitas dan asupan makanan. Penanganan jangka pendek diatasi dengan obat laksatif kuat, sedangkan jangka panjang mencakup diet tinggi serat dan asupan cairan yang adekuat. Jika terjadi impaksi fekal dilakukan pengeluaran feses manual yang diikuti enema minyak dan sabun lunak ( Fatimah, 2002).
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam aktivitas tubuh. System yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah system pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pancreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya system pencernaan makanan secara kimiawi ( Aziz Alimul, 2006).
Adapun konstipasi yang terjadi pada lansia salah satunya disebabkan karena kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi tersebut disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

Oleh karena itu setiap individu mempunyai pola defekasi yang berbeda. Hal ini berhubungan dengan jumlah asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika asupan nutrisi kurang dari kebutuhan maka akan menyebabkan konstipasi dan gangguan eliminasi. Khususnya lansia, penurunan fisiologis system GI menyebabkan lansia rentan untuk terjangkit konstipasi tetapi hal ini bisa dicegah dengan mencukupi asupan nutrisi bagi tubuh.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar