BOOK REPORT
TUGAS AKHIR SEMESTER
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Identitas
Buku
Judul Buku : Konsep Pendidikan dalam Islam
Penulis :
Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al- Attas
Penerbit : Mizan
Tahun : 1996
Tebal Halaman :
95
DESCRIPTION
Buku Konsep
Pendidikan dalam Islam karya Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al- Attas ini
mengulas tentang : Konsep Pendidikan
dalam Islam, Tujuan Pembahasan, Sifat Ilmiah Bahasa Arab, Medan Semantik dalam
Konteks Islam, Konsep Pendidikan dalam Islam, Masalah dan Pemecahannya, Bentuk
Sistem Pendidikan dalam Islam.
INTERPRETATION
Konsep Pendidikan dalam Islam: Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas Istilah ta’dib
lebih tepat untuk mengartikan pendidikan Islam. Dari pada menggunakan istilah tarbiyah atau ta’lim. Tujuan Pembahasan: Mendefenisikan
dan merumuskan pendidikan berdasarkan konteks Islam, karena sistem
pendidikan dan bentuk sebenarnya belum disadari dan belum diketahui oleh umat
muslim di seluruh dunia. Ketika defenisi itu dijelaskan dalam bentuk sebenarnya
maka perumusan kurikula akan sesuai dengan persyaratan-persyaratan defenisi dan
bentuk itu relatif menjadi persoalan yang lebih mudah. Maka dalam prosesnya
perlu dipaparkan latar belakang masalah-masalah yang telah menciptakan krisis
umum dalam pendidikan masa kini. Sifat Ilmiah Bahasa Arab : Alasan bahasa
arab tidak termasuk dalam kategori bahasa-bahasa lainnya karena berkenaan
dengan struktur semantiknya yang sesuai dengan kenyataan bahwa 1) Struktur
linguistiknya dibangun atas suatu sistem “akar-akar” kata yang tegas. 2) Struktur
semantiknya diatur oleh suatu sistem medan semantik (semantic fiel) tertentu
yang menentukan struktur konseptual yang terdapat dalam kosa-katanya, dan juga
dimantapkan secara permanen oleh hal yang tersebut dalam nomor 1 di atas. 3) Kata-kata, makna-makna, tata-bahasa dan
persajakannya telah direkam dan dimantapkan secara ilmiah sedemikian rupa,
sehingga bisa memelihara ketetapan semantiknya. Medan Semantik dalam Konteks Islam: Dalam memahami makna konteks
dalam Islam terdapat dua model untuk memahaminya, yang keduanya bila tak cermat
dalam membedakan pada proses pemahamannya akan masuk ke dalam salah satu model
tersebut dan lari pada model satunya lagi, model tersebut ialah model tafsir
dan model ta’wil. Seperti memahami firman Tuhan pada kata “hayya
minal mayyit” yang hidup dari yang mati berarti bahwa Dia mengeluarkan burung
dari telur, maka ini disebut sebagai tafsir. Tetapi jika memahami
kalimat yang sama berarti Tuhan mengeluarkan seorang mukmin dari seorang kafir
atau bahwa Dia mengeluarkan orang yang berilmu dari orang yang bodoh, maka ini
disebut ta’wil. Konsep Pendidikan
dalam Islam: Penjelasan
konsep pendidikan Islam menurut
al-Attas lebih dominan
menggunakan kata ta’dib, dari pada kata tarbiyah.
Pemilihan kata ta’dib adalah
hasil analisa al-Attas
dengan menganalisis sisi semantik dan kandungan yang disesuaikan dengan
pesan-pesan moralnya. Betapapun
kata tarbiyah dan ta’lim telah masyhur, al-Attas memposisikan ta’dib sebagai sebuah konsep
yang dianggap lebih cocok
dengan konsep pendidikan Islam. Kata ta’dib
merupakan kata yang berasal dari kata addaba
yang berarti memberi adab, atau mendidik.
Menurut
pandangan al-Attas, dengan menggunakan term di atas, dapat dipahami bahwa
pendidikan Islam adalah proses internalisasi dan penanaman adab pada diri
manusia. Sehingga muatan substansial yang terjadi dalam kegiatan pendidikan
Islam adalah interaksi yang menanamkan adab. Seperti yang diungkapkannya pula, bahwa pengajaran dan
proses mempelajari keterampilan
betapa pun ilmiahnya tidak dapat diartikan sebagai pendidikan jika di dalamnya tidak
ditanamkan ‘sesuatu’. Sebagaimana sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban: “Addabani robbi
faahsana ta’dibi” yang artinya “Tuhanku
telah mendidikku, dengan
demikian membuat pendidikanku yang
paling baik”. Al-Attas melihat hadits di atas merupakan sebuah konseptualisasi, dengan
artian bahwa menggunakan term adab
tersebut, berarti menghidupkan Sunnah Rasul
dan adab juga
merupakan salah satu misi utama yang dibawa Rasulullah yang bersinggungan
dengan umatnya. Al-Attas membantah istilah tarbiyah, sebagaimana yang digunakan
oleh beberapa pakar paedagogis
dalam konsep pendidikan Islam. Ia melihat
bahwa term tarbiyah
relatif baru dan pada hakikatnya tercermin dari Barat karena masih satu padanan makna dengan kata educate.
Bagi al-Attas konsep
itu masih bersifat generik, yang berarti semua makhluk hidup, bahkan tumbuhan
pun termasuk di dalamnya. Dengan
demikian, kata tarbiyah mengandung
unsur pendidikan yang bersifat fisik dan material. Sedangkan ta’dib adalah
subyek yang dapat didik,
disadarkan sesuai dengan posisinya sebagai makhluk mikrokosmis. Penekanan pada segi
adab dimaksudkan agar ilmu yang diperoleh dapat diamalkan secara baik dan tidak
disalahgunakan menurut kehendak bebas pemilik ilmu, sebab ilmu tidak bebas
nilai tetapi sarat nilai, yakni
nilai-nilai Islam yang mengharuskan pelakunya untuk mengamalkan demi
kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.
Terakhir, al-Attas menjelaskan bahwa perbedaan antara
ta’dib dan tarbiyah adalah terletak pada makna substansinya. Kalau tarbiyah lebih cenderung pada aspek kasih-sayang, sementara ta’dib, selain dimensi rahmah juga
bertitik tolak pada aspek ilmu pengetahuan. Secara mendasar, al-Attas mengakui bahwa dengan
konsep ta’dib, pendidikan Islam
berarti mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan, pengajaran, dan pengasuhan
yang baik. Karena itu, selain ta’dib, bagi al-Attas tidak perlu
pakai. Masalah dan
Pemecahannya: Dilema umumnya meliputi, 1) Kebingungan dan kesalahan dalam
pengetahuan, yang pada gilirannya menciptakan kondisi hilangnya adab dalam umat. 2) Bangkitnya
pemimpin-pemimpin yang tidak memenuhi syarat kepemimpinan yang absah dalam umat
Islam, yang tidak memiliki standar moral, intelektual dan spiritual yang tinggi
yang dibutuhkan bagi kepemimpinan, yang mempertahankan kondisi tersebut di
atas, dan menjamin pengendalian yang berkelanjutan atas urusan-urusan umat oleh
pemimpin-pemimpin seperti mereka, yang menguasai seluruh lini kehidupan. Adapun
pemecahannya adalah Islam tidak bisa menerima pemimpin-pemimpin yang tidak
memenuhi syarat sesuai dengan konsep Islam karena akan sangat berpengaruh pada
kelangsungan ilmu, apalagi jika masyarakat awam sebagai memiliki otoritas untuk
melakukan perubahan yang tentu akan membuat muslimin bertambah bingung.
Sebagaimana disebutkan al-Attas, sejauh mengenai urusan ilmu dan pemahaman
Islam dan pandangan-dunianya, masyarakat tidak mempunyai otoritas. Sebaliknya,
masyarakat secara umum bersifat jahil dan memerlukan pendidikan yang tepat dan
bimbingan yang terus menerus oleh orang-orang terpelajar dan bijak yang ada di
dalamnya, sehingga bisa menjamin keselamatan dunia-akhirat. Bentuk Sistem Pendidikan dalam Islam :
Meliputi
Skema
yang dibahas Perguruan Tinggi
|
Pembagian
dua jenis ilmu menurut al-Attas
|
I.
Manusia
1.
Jiwa dan
wujud batiniahnya (ruh, nafs, qalb dan
‘aql)
2.
Jasad,
fakultas jasmaniah dan indera-inderanya
II.
Pengetahuan
1.
Ilmu
pemberian Allah
2.
Ilmu
capaian
III. Universitas
1.
Ilmu-ilmu
agama (fardhu ‘ain)
2.
Ilmu-ilmu
rasional, intelektual dan filosofis (fardhu
kifayah)
|
I.
Ilmu-ilmu
Agama
1.
Al-Qur’an: pembacaan dan penafsirannya (tafsir
dan ta’wil)
2.
As-Sunnah: kehidupan Nabi, sejarah dan pesan-pesan para rasul sebelumnya,
hadits dan riwayat-riwayat otoritatifnya
3.
Asy-Syari’ah: Undang-undang dan hukum, prinsip-prinsip dan praktik-praktik Islam
(Islam, Iman dan Ihsan)
4.
Teologi:
Tuhan, Esensi-Nya, Sifat-sifat dan Nama-nama-Nya serta Tindakan-tindakan-Nya
(at-Tauhid)
5.
Metafisika
Islam (at-Tashawwuf): psikologi, kosmologi dan ontology; unsure-unsur yang
sah dalam filsafat Islam (termasuk doktrin-doktrin kosmologis yang benar,
berkenaan dengan tingkatan-tingkatan wujud)
6.
Ilmu-ilmu
linguistik: bahasa Arab, tata bahasa, leksikografi dan kesusasteraannya.
II.
Ilmu-ilmu
rasional, intelektual dan filosofis
1.
Ilmu-ilmu
kemanusiaan
2.
Ilmu-ilmu
alam
3.
Ilmu-ilmu
terapan
4.
Ilmu-ilmu
teknologi
|
Kesimpulan dari
keseluruhan buku Konsep Pendidikan dalam Islam karya Prof. Dr. Syed Muhammad
Naquib al-Attas ini membahas tentang konsep pendidikan dalam Islam yang
didasarkan pada apa yang diistilahkannya sebagai “konsep-konsep kunci”.
Beberapa defenisi baru ditambahkan, antara lain ‘aql (intelek), nuthq (rasionalitas),
ma’na (Islamisasi bahasa dan pikiran
tentang makna), ta’dib (ilmu dan
pendidikan). Istilah terakhir yaitu mengganti istilah tarbiyah yang selama ini dipakai untuk istilah pendidikan yang
menurutnya merupakan produk dari kerancuan semantik yang pada gilirannya dapat
mengaburkan persepsi kita tentang pandangan dunia Islam dan tentang gagasan
pendidikan serta proses pendidikan menurut Islam dengan istilah ta’dib yang baginya lebih cocok.
EVALUATION
1.
Penulis kurang
membahas pendapat-pendapat para ahli secara mendalam yang telah dicantumkan
dengan pendapatnya sendiri.
2.
Tak menuliskan
ayat-ayat Alquran dan hadits secara langsung
RECOMMENDATION :
1.
Anjuran untuk
lebih menambahkan tulisan ayat-ayat Alquran didalam tulisan.
2.
Untuk memperkaya
khazanah bacaan yang berkaitan dengan konsep dasar pendidikan Islam buku yang
dapat jadi rujukan diantaranya :
-
al- Jurjani “Kitabut ta’rifat”.
-
Syed Muhammad
Naquib al-Attas “Islam: The Concept Of
Religion and the Foundation of Ethics and Morality”.
-
at-Tahanawi “Kasysyaf Ishthilahatul Funun”.
-
al-Ghazali “Ihya ‘Ulumudin”.