Minggu, 17 Juli 2016

Konsep Pendidikan dalam Islam M. Naquib Al- Attas (Book Report)



BOOK REPORT
TUGAS AKHIR SEMESTER FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Identitas Buku
Judul Buku                  :  Konsep Pendidikan dalam Islam
Penulis                         :  Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al- Attas 
Penerbit                       :  Mizan
Tahun                          :  1996
Tebal Halaman            :  95


DESCRIPTION
Buku Konsep Pendidikan dalam Islam karya Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al- Attas ini mengulas tentang : Konsep Pendidikan dalam Islam, Tujuan Pembahasan, Sifat Ilmiah Bahasa Arab, Medan Semantik dalam Konteks Islam, Konsep Pendidikan dalam Islam, Masalah dan Pemecahannya, Bentuk Sistem Pendidikan dalam Islam.

INTERPRETATION
Konsep Pendidikan dalam Islam: Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas Istilah ta’dib lebih tepat untuk mengartikan pendidikan Islam. Dari pada menggunakan istilah tarbiyah  atau ta’lim. Tujuan Pembahasan: Mendefenisikan dan merumuskan pendidikan berdasarkan konteks Islam, karena sistem pendidikan dan bentuk sebenarnya belum disadari dan belum diketahui oleh umat muslim di seluruh dunia. Ketika defenisi itu dijelaskan dalam bentuk sebenarnya maka perumusan kurikula akan sesuai dengan persyaratan-persyaratan defenisi dan bentuk itu relatif menjadi persoalan yang lebih mudah. Maka dalam prosesnya perlu dipaparkan latar belakang masalah-masalah yang telah menciptakan krisis umum dalam pendidikan masa kini.  Sifat Ilmiah Bahasa Arab : Alasan bahasa arab tidak termasuk dalam kategori bahasa-bahasa lainnya karena berkenaan dengan struktur semantiknya yang sesuai dengan kenyataan bahwa 1) Struktur linguistiknya dibangun atas suatu sistem “akar-akar” kata yang tegas. 2) Struktur semantiknya diatur oleh suatu sistem medan semantik (semantic fiel) tertentu yang menentukan struktur konseptual yang terdapat dalam kosa-katanya, dan juga dimantapkan secara permanen oleh hal yang tersebut dalam nomor 1 di atas.  3) Kata-kata, makna-makna, tata-bahasa dan persajakannya telah direkam dan dimantapkan secara ilmiah sedemikian rupa, sehingga bisa memelihara ketetapan semantiknya. Medan Semantik dalam Konteks Islam: Dalam memahami makna konteks dalam Islam terdapat dua model untuk memahaminya, yang keduanya bila tak cermat dalam membedakan pada proses pemahamannya akan masuk ke dalam salah satu model tersebut dan lari pada model satunya lagi, model tersebut ialah model tafsir dan model ta’wil. Seperti memahami firman Tuhan pada kata “hayya minal mayyit” yang hidup dari yang mati berarti bahwa Dia mengeluarkan burung dari telur, maka ini disebut sebagai tafsir. Tetapi jika memahami kalimat yang sama berarti Tuhan mengeluarkan seorang mukmin dari seorang kafir atau bahwa Dia mengeluarkan orang yang berilmu dari orang yang bodoh, maka ini disebut ta’wil. Konsep Pendidikan dalam Islam: Penjelasan konsep pendidikan Islam menurut al-Attas lebih dominan menggunakan kata ta’dib, dari pada kata tarbiyah. Pemilihan kata  ta’dib adalah hasil analisa al-Attas dengan menganalisis sisi semantik dan kandungan yang disesuaikan dengan pesan-pesan moralnya. Betapapun kata tarbiyah dan ta’lim telah masyhur, al-Attas memposisikan ta’dib sebagai sebuah konsep yang dianggap lebih cocok dengan konsep pendidikan Islam. Kata ta’dib merupakan kata yang berasal dari kata addaba yang berarti memberi adab, atau mendidik.
Menurut pandangan al-Attas, dengan menggunakan term di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah proses internalisasi dan penanaman adab pada diri manusia. Sehingga muatan substansial yang terjadi dalam kegiatan pendidikan Islam adalah interaksi yang menanamkan adab. Seperti yang diungkapkannya pula, bahwa pengajaran dan proses mempelajari keterampilan betapa pun ilmiahnya tidak dapat diartikan sebagai pendidikan jika di dalamnya tidak ditanamkan ‘sesuatu’. Sebagaimana sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban: “Addabani robbi faahsana ta’dibi” yang artinya “Tuhanku telah mendidikku, dengan demikian membuat pendidikanku yang paling baik”. Al-Attas melihat hadits di atas merupakan sebuah konseptualisasi, dengan artian bahwa menggunakan term adab tersebut, berarti menghidupkan Sunnah Rasul dan adab juga merupakan salah satu misi utama yang dibawa Rasulullah yang bersinggungan dengan umatnya. Al-Attas membantah istilah tarbiyah, sebagaimana yang digunakan oleh beberapa pakar paedagogis dalam konsep pendidikan Islam. Ia melihat  bahwa term tarbiyah relatif baru dan pada hakikatnya tercermin dari Barat karena masih satu padanan makna dengan kata educate. Bagi al-Attas konsep itu masih bersifat generik, yang berarti semua makhluk hidup, bahkan tumbuhan pun termasuk di dalamnya. Dengan demikian, kata tarbiyah mengandung unsur pendidikan yang bersifat fisik dan material. Sedangkan ta’dib adalah subyek yang dapat didik, disadarkan sesuai dengan posisinya sebagai makhluk mikrokosmis. Penekanan pada segi adab dimaksudkan agar ilmu yang diperoleh dapat diamalkan secara baik dan tidak disalahgunakan menurut kehendak bebas pemilik ilmu, sebab ilmu tidak bebas nilai  tetapi sarat nilai, yakni nilai-nilai Islam yang mengharuskan pelakunya untuk mengamalkan demi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia. Terakhir, al-Attas menjelaskan bahwa perbedaan antara ta’dib dan tarbiyah adalah terletak pada makna substansinya. Kalau tarbiyah lebih cenderung pada aspek kasih-sayang, sementara ta’dib, selain dimensi rahmah juga bertitik tolak pada aspek ilmu pengetahuan. Secara mendasar, al-Attas mengakui bahwa dengan konsep ta’dib, pendidikan Islam berarti mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan, pengajaran, dan pengasuhan yang baik. Karena itu, selain ta’dib, bagi al-Attas tidak perlu pakai. Masalah dan Pemecahannya: Dilema umumnya meliputi, 1) Kebingungan dan kesalahan dalam pengetahuan, yang pada gilirannya menciptakan kondisi hilangnya adab dalam umat. 2) Bangkitnya pemimpin-pemimpin yang tidak memenuhi syarat kepemimpinan yang absah dalam umat Islam, yang tidak memiliki standar moral, intelektual dan spiritual yang tinggi yang dibutuhkan bagi kepemimpinan, yang mempertahankan kondisi tersebut di atas, dan menjamin pengendalian yang berkelanjutan atas urusan-urusan umat oleh pemimpin-pemimpin seperti mereka, yang menguasai seluruh lini kehidupan. Adapun pemecahannya adalah Islam tidak bisa menerima pemimpin-pemimpin yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan konsep Islam karena akan sangat berpengaruh pada kelangsungan ilmu, apalagi jika masyarakat awam sebagai memiliki otoritas untuk melakukan perubahan yang tentu akan membuat muslimin bertambah bingung. Sebagaimana disebutkan al-Attas, sejauh mengenai urusan ilmu dan pemahaman Islam dan pandangan-dunianya, masyarakat tidak mempunyai otoritas. Sebaliknya, masyarakat secara umum bersifat jahil dan memerlukan pendidikan yang tepat dan bimbingan yang terus menerus oleh orang-orang terpelajar dan bijak yang ada di dalamnya, sehingga bisa menjamin keselamatan dunia-akhirat. Bentuk Sistem Pendidikan dalam Islam : Meliputi
Skema yang dibahas Perguruan Tinggi
Pembagian dua jenis ilmu menurut al-Attas
I. Manusia
1.      Jiwa dan wujud batiniahnya (ruh, nafs, qalb dan ‘aql)
2.      Jasad, fakultas jasmaniah dan indera-inderanya
II. Pengetahuan
1.        Ilmu pemberian Allah
2.        Ilmu capaian
III. Universitas
1.        Ilmu-ilmu agama (fardhu ‘ain)
2.        Ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis (fardhu kifayah)
I.                   Ilmu-ilmu Agama
1.         Al-Qur’an: pembacaan dan penafsirannya (tafsir dan ta’wil)
2.         As-Sunnah: kehidupan Nabi, sejarah dan pesan-pesan para rasul sebelumnya, hadits dan riwayat-riwayat otoritatifnya
3.         Asy-Syari’ah: Undang-undang dan hukum, prinsip-prinsip dan praktik-praktik Islam (Islam, Iman dan Ihsan)
4.         Teologi: Tuhan, Esensi-Nya, Sifat-sifat dan Nama-nama-Nya serta Tindakan-tindakan-Nya (at-Tauhid)
5.         Metafisika Islam (at-Tashawwuf): psikologi, kosmologi dan ontology; unsure-unsur yang sah dalam filsafat Islam (termasuk doktrin-doktrin kosmologis yang benar, berkenaan dengan tingkatan-tingkatan wujud)
6.         Ilmu-ilmu linguistik: bahasa Arab, tata bahasa, leksikografi dan kesusasteraannya.

II.                Ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis
1.         Ilmu-ilmu kemanusiaan
2.         Ilmu-ilmu alam
3.         Ilmu-ilmu terapan
4.         Ilmu-ilmu teknologi
  
Kesimpulan dari keseluruhan buku Konsep Pendidikan dalam Islam karya Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas ini membahas tentang konsep pendidikan dalam Islam yang didasarkan pada apa yang diistilahkannya sebagai “konsep-konsep kunci”. Beberapa defenisi baru ditambahkan, antara lain ‘aql (intelek), nuthq (rasionalitas), ma’na (Islamisasi bahasa dan pikiran tentang makna), ta’dib (ilmu dan pendidikan). Istilah terakhir yaitu mengganti istilah tarbiyah yang selama ini dipakai untuk istilah pendidikan yang menurutnya merupakan produk dari kerancuan semantik yang pada gilirannya dapat mengaburkan persepsi kita tentang pandangan dunia Islam dan tentang gagasan pendidikan serta proses pendidikan menurut Islam dengan istilah ta’dib yang baginya lebih cocok.

EVALUATION
1.      Penulis kurang membahas pendapat-pendapat para ahli secara mendalam yang telah dicantumkan dengan pendapatnya sendiri.
2.      Tak menuliskan ayat-ayat Alquran dan hadits secara langsung

RECOMMENDATION :
1.      Anjuran untuk lebih menambahkan tulisan ayat-ayat Alquran didalam tulisan.
2.      Untuk memperkaya khazanah bacaan yang berkaitan dengan konsep dasar pendidikan Islam buku yang dapat jadi rujukan diantaranya :
-          al- Jurjani “Kitabut ta’rifat”.
-          Syed Muhammad Naquib al-Attas “Islam: The Concept Of Religion and the Foundation of Ethics and Morality”.  
-          at-Tahanawi “Kasysyaf Ishthilahatul Funun”.
-          al-Ghazali “Ihya ‘Ulumudin”.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar