Kamis, 03 Oktober 2013

Pola Pengasuhan Janin

BAB I
PENDAHULUAN
Hamil adalah keadaan yang sangat unik dan istimewa. Bayangkan, ada makhluk kecil yang akan menjadi serupa kita di dalam rahim ibu. Jika semua makhluk hidup hanya memiliki satu jantung, maka ibu yang hamil bisa punya dua jantung yang berdetak di tubuhnya. Setelah habis kontrak si bayi selama 9 bulan idealnya di dalam perut ibu, penantian yang selama ini dinanti- nantikan, cabang bayi dari hasil buah cinta ayah dan ibu yang telah lama ditunggu- tunggu, maka terlahirlah bayi kedunia yang fana ini. Menghirup udara yang berbeda, yang sebelumnya bernafas dengan cara menerima oksigen dari darah ibunya, sekarang harus mengambilnya sendiri dari udara dengan paru-parunya. Dan melalui cara yang menakjubkan, paru-paru, yang belum pernah menarik nafas sebelum lahir, mulai bernafas secara normal.
Sebelum bayi tersebut lahir ke dunia, seorang ibu yang punya janin terlebih dahulu menjaga dan merawat janin tersebut selama dalam kandungan. Rasa tak nyaman seperti mual dan muntah pada fase awal 2 minggu janin terbentuk hingga tak enak makan, tak enak tidur, geser kiri rasa sakit seperti ditendang dari dalam, geser ke kanan begitu juga pada fase pranatal. Hal itu semua insya Allah akan penulis bahas pada makalah ini yang berjudul “POLA PENGASUHAN JANIN”.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Janin
Kehidupan baru mulai dengan bersatunya sel seks pria  dan seks sel wanita. Kedua sel seks ini dikembangkan dalam alat-alat reproduksi, yaitu gonad. Sel-sel seks pria, spermatozoa (bentuk tunggalnya: spermatozoon ) diproduksi dalam gonad pria, tes-tes, sedangkan sel-sel seks wanita, yaitu telur-telur (tunggal: ovum, jamak: ova), diproduksi dalam gonad wanita, yaitu indung telur (ovarium).
Sel-sel seks wanita dan pria adalah sama dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Setiap sel seks yang matang mempunyai dua puluh tiga kromosom, dan tiap-tiap kromosom mengandung gen yaitu pembawa keturunan. Gen adalah partikel yang ditemukan dalam kombinasi dengan gen-gen lain dalam bentuk menyerupai benang di dalam kromosom. Diperkirakan terdapat sekitar 3.000 gen di dalam setiap kromosom. Gen-gen di turunkan dari orang tua kepada keturunannya (10,53,66).
Sel-sel seks pria dan wanita juga berbeda dalam dua hal penting.Pertama , di dalam telur yang matang terdapat dua puluh tiga kromosom yang berpasangan sedangkan di dalam spermatozoon terdapat dua puluh dua kromosom yang berpasangan dan satu kromosom yang tidak berpasangan yang mungkin berbentuk kromosom X atau kromosom Y. Fungsi kromosom X dan Y akan dibahas lebih lanjut dalam hubungan dengan penentuan seks.
Kedua, jumlah persiapan tahap-tahap perkembangan yang dilalui sebelum sel-sel itu siap untuk memproduksi seorang manusia baru. Semua sel seks, pria atau wanita, harus melalui tahap permulaan perkembangan .Sel-sel seks pria melalui dua tahap permulaan, yaitu pematangan, ovulasi dan pembuahan.
Dengan gaya bahasa yang memukau, Al-Quran telah mengemukakan fase-fase perkembangan janin semenjak permulaan kehamilan sampai saat kelahiran.[1] Hal ini diungkapkan pada firman Allah dalam surat Al- mu’minun ayat 12- 14, berikut bunyi ayatnya:[2]

ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  

            Artinya: “Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Kemudian kami menjadikannya nutfah (yang disimpan) di dalam tempat yang kokoh. Kemudian Kami menjadikan nutfah itu segumpal darah, lalu Kami menjadikan segumpal darah itu segumpal daging, lalu Kami menjadikan segumpal daging itu tulang-belulang, lalu Kami membungkus tulang-belulang itu dengan daging, kemudian Kami menjadikannya makhluk yang lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.”
Ilmu kedokteran dan Al- qur’an sangat sepakat dengan sejarah perkembangan janin di dalam kandungan seperti pada pembahasan di atas yang penulis kemukakan, hal itu tidak bisa dibantah karena Al- qur’an sampai kapanpun relevan dengan segala permasalahan.
B.     Pengasuhan Alamiah di Dalam Janin
Cairan ketuban secara khusus diproduksi untuk janin, untuk menjamin organ-organ janin siap untuk berfungsi setelah lahir. Sang janin, ketika di dalam rahim, menggunakan cairan ketuban untuk berlatih menyesuaikan diri dengan dunia luar dengan cara menelan cairan tersebut secara teratur. Dengan cara ini, lidah sang janin mulai merasakan rasa pahit, rasa manis, rasa asin dan asam. Setelah itu, kelenjar ludah mulai berfungsi. Cairan ketuban yang ditelan oleh janin akan membuat si janin menyiapkan usus untuk fungsi penyerapannya, dan membuat ginjal bekerja karena perlunya penyaringan konstan cairan tersebut dari darah. Cairan yang diserap dari ginjal dikirimkan kembali ke cairan ketuban, tanpa mencemarinya, karena ginjal memiliki kemampuan, berbeda dengan fungsi nantinya, menyaring dan mensterilkan cairan yang ditelan oleh si janin. Dan cairan ini, sama seperti saat anda membersihkan kolam renang, secara terus menerus dibersihkan dengan bantuan sedikit cairan lain.
Seiring dengan perkembangannya, cairan saluran cerna mulai disekresikan ke dalam lambung agar sistem pencernaan siap sepenuhnya. Dan sel-sel usus janin yang baru terbentuk memperoleh kemampuan untuk membedakan antara gula dan garam dan kemudian mengembalikan produk-produk sisa khusus ke darah sang ibu. Dengan cara ini, baik usus maupun ginjal sama-sama bekerja. Cairan ketuban dicerna oleh usus janin setiap 3 jam, berarti delapan kali sehari dan dikembalikan ke ibu melalui darah. Cairan yang tertelan dilepaskan ke kolam cairan ketuban, baik dari rahim ibu maupun dari paru-paru dan ginjal janin tempat cairan tersebut terbentuk. Dengan begitu, jumlah cairan ini, yang sangat penting bagi sang janin, tetap konstan. Karena sistem yang sempurna ini, sistem pencernaan janin bekerja tanpa membahayakan si janin.[3]
Cairan ketuban tidak hanya mempersiapkan sistem pencernaan untuk masa setelah lahir, tapi juga menjamin si janin dapat bergerak lebih nyaman di dalam rahim sang ibu. Janin mengapung di dalam cairan ini sama seperti perahu dayung yang terikat di pelabuhan. Dalam keadaan ini, janin dapat bergerak dengan sangat aman di dalam rahim sang ibu. Cairan ini juga melindungi si janin dari setiap trauma dari luar. Tekanan dari arah manapun terhadap cairan ini disebarkan secara merata ke segala arah sehingga melindungi sang janin dari efek yang membahayakan. Sebagai contoh, jika si ibu berlari, guncangan yang terjadi tidak menimbulkan efek terhadap si janin; sama seperti gabus yang diguncang di dalam tabung yang berisi air. Sistem perlindungan yang sangat sempurna ini telah diciptakan untuk janin, setiap jenis bahaya yang mungkin terjadi telah diramalkan dan tindakan pencegahan terhadapnya pun telah disiapkan.
Keberadaan cairan ketuban juga penting bagi kesehatan sang ibu. Cairan ini mengisi seluruh rahim ibu, sehingga saat janin tumbuh dan makin berat, tidak menimbulkan tekanan terhadap rahim. Jika cairan ini tidak ada, janin yang terus tumbuh akan menyebabkan rahim terdesak ke bawah dan tekanan balik yang diberikan dinding rahim akan menyebabkan perkembangan janin yang normal menjadi tidak mungkin.
Cairan khusus ini memenuhi kebutuhan penting lainnya bagi janin, yaitu suhu yang tetap. Telah diketahui bahwa cairan menyebarkan panas secara merata. Cairan ketuban didaur ulang secara terus menerus dan memiliki suhu yang tetap. Panas yang dibutuhkan untuk perkembangan janin disebarkan secara merata ke segala arah.
Jika terdapat masalah yang berhubungan dengan produktivitas cairan, keberlangsungan penjernihan ataupun penyesuaian volume cairan ini, maka pertumbuhan alami janin akan terganggu. Sebagai contoh, jika jumlah cairan ketuban kurang dari yang dibutuhkan, atau jika cairan ini tidak ada sama sekali, maka serangkaian ketidaknormalan akan mulai terjadi. Anggota gerak si janin lemah dan menjadi cacat, sendi-sendinya menyatu, kulitnya menjadi kendor, dan karena adanya tekanan, wajah menjadi cacat.Masalah yang paling serius adalah perkembangan paru yang terganggu dan si bayi mati segera setelah lahir.[4]
Semua ini memperlihatkan kepada kita bahwa sejak dari keberadaan manusia hingga saat ini, produksi cairan ketuban berlangsung secara terus menerus secara sempurna.Tanpa cairan ini, janin tidak dapat berkembang di dalam rahim ibunya. Kenyataan ini sepenuhnya meruntuhkan pernyataan para ahli evolusi bahwa perkembangan terjadi setahap demi setahap pada satu periode waktu. Jika satu tahap dalam penciptaan seorang manusia tidak terjadi, sebagai contoh seperti yang baru kami uraikan, jika produksi cairan ketuban kurang, kelahiran tidak akan pernah terjadi dan ras manusia tidak akan pernah ada. Dengan demikian, tidak dapat dinyatakan bahwa cairan ketuban mulai diproduksi setelah suatu periode waktu saat kebutuhan akan cairan ini muncul. Cairan ini harus ada seiring dengan keberadaan janin.Adalah tidak mungkin menyatakan bahwa cairan ini, yang memiliki fungsi yang sangat penting, dibentuk secara kebetulan. Mengatakan bahwa makhluk yang rumit menjadi hidup adalah mengatakan bahwa makhluk tersebut telah diciptakan. Tidaklah mungkin tindakan kebetulan dapat memperhitungkan, menentukan kebutuhan, memilih segala sesuatu yang cocok dengan kebutuhan tersebut dan menggunakannya pada waktu dan tempat yang tepat.
Jelaslah bahwa Tuhanlah yang menciptakan cairan ketuban dan sistem-sistem yang terkait dengannya. Dia juga menentukan berapa jumlah cairan ketuban yang dibutuhkan. Sebagaimana Firman-Nya dalam Surat Ar- Ra’ad ayat 8:

ª!$# ãNn=÷ètƒ $tB ã@ÏJøtrB @à2 4Ós\Ré& $tBur âÙÉós? ãP$ymöF{$# $tBur ߊ#yŠ÷s? ( @à2ur >äóÓx« ¼çnyYÏã A#yø)ÏJÎ/ ÇÑÈ  
Artinya: “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya (Qur’an, 13:8).[5]
C.    Pengasuhan Ibu di Luar Janin
Sampai awal tahun 1940, minat psikologis pada periode pranatal dipusatkan pada kondisi-kondisi fisik dalam tubuh ibu yang mungkin mempengaruhi perkembangan dan pada persistensi pengaruh tersebut dalam kehidupan pascanatal. Karya sontag dan rekan-rekannya, misalnya, menekankan fakta bahwa keadaan emosi ibu dapat mempengaruhi perkembangan anak yang belum dilahirkan.[6]
Sekarang para ahli psikologi berminat untuk mengetahui mengapa timbul sikap-sikap tertentu dari ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak yang sedang berkembang , seberapa jauh sikap-sikap ini tetap ada , dan apa pengaruhnya pada hubungan antara anggota keluarga dengan anak setelah dilahirkan, terutama selama tahun-tahun awal pertumbuhan dimana orang-orang yang berarti dalam dunianya sebenarnya merupakan anggota keluarganya. Meskipun penelitian seperti ini relative masih baru, namun telah dapat menunjukkan penjelasan yang penting di bawah ini.
1.         Efek Sikap pada Anak-anak
Sikap ibu dapat mempengaruhi bayinya yang belum di lahirkan,bukan melalui tali pusar yang merupakan satu-satunya penghubung langsung antara keduanya melainkan akibat dari adanya perubahan endokrin yang dapat dan memang terjadi apabila calon ibu menderita tekanan yang berat dan dalam waktu yang lama yang biasanya mengiringi sikap yang kurang menyenangkan. Sebaliknya, sikap-sikap yang menyenangkan akan menimbulkan keseimbangan tubuh yang baik dan hal ini akan menunjang perkembangan yang normal sepanjang periode pranatal.
Sikap anggota keluarga yang dasarnya pada umumnya telah terbentuk sebelum anak dilahirkan mempunyai efek yang besar tidak hanya pada anak tetapi juga pada hubungan keluarga. Pengaruh ini bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan, tidak bergantung pada sikap satu anggota keluarga melainkan bergantung pada semua sikap anggota keluarga.[7]
Apabila sikap yang menyenangkan kepada bayi yang baru dapat dipastikan mapan dan bila sifat yang kurang menyenangkan dapat dipastikan menjadi berkurang atau bahkan berubah menjadi menyenangkan, maka sikap itu tidak akan mengancam hubungan keluarga. Sayangnya, sikap yang menyenangkan seringkali menjadi tidak terlampau menyenangkan setelah anak dilahirkan, dan sikap yang kurang menyenangkan cenderung mapan sekalipun diselubungi sedemikian rupa sehingga tampaknya berubah menjadi baik.
Cepat atau lambat anak akan menyadari adanya perbedaan perasaan dari masing-masing anggota keluarga terhadap dirinya dan hal ini mempengaruhi sikapnya terhadap anggota keluarga dan kepada dirinya sendiri. Merasa dicintai dan diingini akan memacu anak untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga meningkatkan sikap dan hubungan keluarga yang menyenangkan. Sebaliknya, kalau anak perasa, mencurigai atau mengetahui bahwa mereka mengecewakan ayahnya, membebani ibunya yang sudah sangat sibuk dan mengganggu saudara-saudaranya, maka ia akan memperlihatkan kebenciannya dengan berperilaku sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan sikapnya yang kurang menyenangkan dan memperburuk hubungan keluarga. Inilah yang seringkali merupakan awal dari sebuah penyesuaian kepribadian yang kurang baik dan awal dari timbulnya perilaku yang mengundang masalah yang dapat mengganggu anak selama bertahun-tahunbahkan seringkali sepanjang hidupnya.
2.Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Bahaya Fisik
   Ada kondisi tertentu yang ternyata memperbesar kemungkinan terjadinya bahaya fisik atau menekankan bahaya tersebut. Pertama adalah saat terjadinya. Para dokter telah bertahun-tahun mengetahui bahwa kalau calon ibu mengalami kontraksi “rubella” dalam keharnilan tiga semester pertama, kemungkinan akan terjadi ketidakteraturan dalam perkembangan bayinya, terutama dalam bentuk cacat mata atau cacat telinga atau pembentukan jantung yang kurang baik.
Heinonen dkk, melaporkan bahwa hormon-hormon wanita, seperti estrogen dan pregesten, bila diambil pada awal tahap kehamlan dapat mengganggu perkembangan “cardiovascular” yang normal dari janin dan dapat menyebabkan penyakit jantung bawaan. Mereka melaporkan bahwa bulan kedua dan ketiga menurut perhitungan bulan ketika jantung sedang berkembang pesat, merupakan saat yang sangat peka. Tidak demikian halnya kalau hormon-hormon itu diambil setelah bulan keempat.[8]
Kondisi kedua yang memperbesar kemungkinan terjadinya bahaya fisik adalah bila kondisinya lebih kuat atau lebih besar dari kondisi normal. Beberapa kondisi yang diketahui mempengaruhi anak yang sedang berkembang selama periode prtanatal. Uraian di bawah ini dicurigai dapat mempengaruhi perkembangan.
Malnutrisi ibu dapat merusak perkembangan normal, terutama perkembangan otak janin (49,53,55). Terlalu banyak merokok dan minum-minuman keras mengganggu perkembangan normal, terutama selama periode embrio dan janin (20,41,46). Demikian pula halnya dengan minum obat-obatan(16).
Usia ibu dilaporkan merupakan kondisi yang memperbesar kemungkinan terjadinya bahaya fisik selama periode pranatal. Sebabnya adalah bahwa menjelang monopause para wanita seringkali mengalami gangguan endrokin yang memperlambat perkembangan embrio di janin, menimbulkan ketidakteraturan perekembangan seperti cretinisme, “Down Syndrome”, pembentukan jantung yang salah dan “hydrocephalus” yang semuanya mencakup cacat fisik dan mental. Wanita yang lebih tua juga cendrung mempunyai bayi yang lebih kecil dan lebih banyak mengalami komplikasi pada waktu melahirkan daripada wanita yang lebih muda. Meskipun usia ayah juga dapat menyebabkan ketidakteraturan perkembangan atau kematian pada saat lahir, tetapi ini terjadi kalau usia ayah di atas enam puluh tahun.
Jenis pekerjaan tertentu cenderung lebih mengganggu perkembangan pranatal daripada  jenis pekerjaan yang lain. Bahan kimia dan bahaya lain yang dihadapi wanita yang bekerja ditempat seperti rumah sakit, salon kecantikan, dan pabrik dapat memperbesar jumlah kelahiran cacat atau keguguran dalam tahun-tahun terakhir hidupnya. Burnham menunjukkan, “kemungkinan terjadinya kerusakan pada janin dan kerusakan genetik yang dapat terjadi pada wanita pekerja tampaknya merupakan masalah medis yang penting”.
Embrio perempuan mempunyai kemungkinan hidup yang lebih besar daripada embrio laki-laki, tetapi sebab belum diketahui. Misalnya, untuk setiap 100 embrio perempuan yang hilang karena keguguran terjadi kehilangan 160 embrio laki-laki. Ketidakteraturan  perkembangan juga lebih sering terjadi pada janin laki-laki daripada janin perempuan.[9]
D.    Persiapan Untuk Nafas Pertama
Setelah lahir, hal yang paling penting bagi seorang bayi adalah bernafas; penting bagi paru-paru, yang belum pernah mengenal udara sebelumnya, mengisinya dengan udara dan mulai bernafas. Si bayi, yang sebelumnya menerima oksigen dari darah ibunya, sekarang harus mengambilnya sendiri dari udara dengan paru-parunya. Dan melalui cara yang menakjubkan, paru-paru, yang belum pernah menarik nafas sebelum lahir, mulai bernafas secara normal. Pada saat bayi lahir, Tuhan menciptakan segala sesuatunya telah siap dan menjamin bahwa kesiapan paru-paru telah utuh seperti yang dibutuhkan.Untuk kesiapan paru-paru, diafragma mulai berperan; diafragma terletak di antara lambung dan rongga iga. Diafragma mulai berfungsi saat usia kehamilan menjelang 6 bulan.
Awalnya diafragma mengembang dan berkontraksi secara intermitten atau sebentar-sebentar, beberapa kali dalam sejam, tapi setelah lahir ia akan mengembang dan berkontraksi secara terus menerus.[10] Dari sini dapat dilihat bahwa bayi secara terus menerus berada dalam perlindungan khusus, tapi harus diingat bahwa ini bukanlah perlindungan dari si ibu. Saat janin berkembang, si ibu tetap menjalani hidup normalnya, tidak satupun perubahan yang terjadi pada dirinya berada dalam penguasaannya. Walaupun sang ibu ingin campur tangan, dia tidak akan bisa.
Semua perkembangan ini terjadi oleh kekuatan abadi Tuhan kita. Tuhan telah menciptakan semua yang dibutuhkan bagi seorang anak untuk lahir ke dunia sebagai manusia normal dalam cara yang paling mengagumkan. Semua kebutuhan bayi saat ia masih dalam tahap janin dipenuhi, dan sang ibu memikirkan apa yang harus dilakukannya untuk membawa bayinya lahir ke dunia dan memastikan bahwa bayinya akan bertahan hidup. Walaupun si ibu berfikir untuk melakukan sesuatu, tidak ada yang dapat dilakukannya. Misalnya, memasukkan zat-zat sisa dari tubuh janin ke dalam ginjalnya sendiri, membersihkan dan membuangnya, adalah hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh si ibu sendiri. Adalah Tuhan yang menentukan semua kebutuhan bagi seorang manusia baru untuk terlahir ke dunia dan membangun sistem yang berespon paling baik terhadap kebutuhan tersebut.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
            Kehidupan baru mulai dengan bersatunya sel seks pria  dan seks sel wanita. Kedua sel seks ini dikembangkan dalam alat-alat reproduksi, yaitu gonad. Sel-sel seks pria, spermatozoa (bentuk tunggalnya: spermatozoon ) diproduksi dalam gonad pria, tes-tes, sedangkan sel-sel seks wanita, yaitu telur-telur (tunggal: ovum, jamak: ova), diproduksi dalam gonad wanita, yaitu indung telur (ovarium).
            Keberadaan cairan ketuban juga penting bagi kesehatan sang ibu. Cairan ini mengisi seluruh rahim ibu, sehingga saat janin tumbuh dan makin berat, tidak menimbulkan tekanan terhadap rahim. Jika cairan ini tidak ada, janin yang terus tumbuh akan menyebabkan rahim terdesak ke bawah dan tekanan balik yang diberikan dinding rahim akan menyebabkan perkembangan janin yang normal menjadi tidak mungkin.
            Apabila sikap yang menyenangkan kepada bayi yang baru dapat dipastikan mapan dan bila sifat yang kurang menyenangkan dapat dipastikan menjadi berkurang atau bahkan berubah menjadi menyenangkan, maka sikap itu tidak akan mengancam hubungan keluarga.  Jenis pekerjaan tertentu cenderung lebih mengganggu perkembangan pranatal daripada  jenis pekerjaan yang lain. Maka dari itu penjagaan sang ibu terhadap kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi haruslah lebih diperhatikan demi lahirnya bayi yang sehat secara jasmani dan rohani.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 1992. Al-qur’an Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press.
Elizabeth B. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ahmad Hasyim. 1992. Psikologi Perkembangan. Kairo: Daar Asy- Syurq.
http://id.harunyahya.com/id/works/27762/AIR_KEHIDUPAN_DAN_NAFAS_PERTAMA_BAYI




[1] Ahmad Hasyim. Psikologi Perkembangan. (Kairo: Daar Asy- Syurq. 1992), h. 32
[2]Departemen Agama RI.  Al-qur’an Terjemahnya. (Bandung, Gema Risalah Press.  1992)
[3]http://id.harunyahya.com/id/works/27762/AIR_KEHIDUPAN_DAN_NAFAS_PERTAMA_BAYI
[4] http://id.harunyahya.com/id/works/27762/AIR_KEHIDUPAN_DAN_NAFAS_PERTAMA_BAYI
[5]Departemen Agama RI. Al-qur’an Terjemahnya.(Bandung: Gema Risalah Press. 1992)
[6] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga. 1980), h. 36.
[7] Ibid, h. 39
[8] Ibid. h. 40
[9] Ibid. h. 41
[10] http://id.harunyahya.com/id/works/27762/AIR_KEHIDUPAN_DAN_NAFAS_PERTAMA_BAYI

Oleh: Nurul Azwar
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar