Sabtu, 26 Oktober 2013

Penciptaan Alam dalam Pandangan Sains Modern

Alam semesta merupakan ruang kosong mahaluas tanpa batas, tanpa sinar terang, tanpa gaya apapun, tanpa gravitasi apapun, tidak ada pengertian atas dan bawah, juga tidak ada pengertian utara-selatan, timur dan barat, yang di dalamnya berisi 1 miliar galaksi dan tiap-tiap galaksi terdiri dari 100 miliar bintang, dimana tiap-tipa bintang adalah matahari dengan tata suryanya sendiri-sendiri.
Pandangan mengenai asal-usul alam mulai dapat dikoreksi dari berbagai pemikiran para saintis berabad-abad yang lalu. Dalam era fisika klasik (abad XVII-XVIII), Isaac Newton menggagas bahwa alam semesta ini bersifat statis. tidak berubah status totalitasnya dari waktu tak terhingga lamanya yang telah lampau, sampai waktu tak terhingga lamanya yang akan datang. Gagasan tentang alam tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa alam tak berawal dan tak berakhir, atau dengan kata lain, alam ada tanpa adanya proses penciptaan.
Pandangan klasik Newton ini didasarkan pada pengalaman para fisikawan di laboratorium, bahwa materi itu bersifat kekal. Pandangan ini kemudian dikukuhkan oleh Lavoisier pada akhir abad XVIII dengan “Hukum Kekekalan Materi”. Pandangan bahwa alam ini kekal, kemudian dikenal sebagai Pandangan Klasik Newtonian.
Awal abad XX, muncullah Albert Einstein, yang berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis dalam bentuk rumus matematika yang rumit. Namun, Friedman menyatakan bahwa  rumusan Einstein itu justru menggambarkan bahwa alam ini dinamis dan hal inilah yang tepat sehingga dikenal sebagai Model Friedman tentang alam.
Dari gagasan-gagasan di atas, maka lahirlah konsepsi, bahwa sekitar 15 miliar tahun yang lampau di dalam ruang kosong luas tanpa batas terdapat sebongkah besar inti atom  padat meledak sangat dahsyat melepaskan zat hydrogen ke segala arah menjadi galaksi-galaksi bintang, dengan proses pembentukan atom yang lebih berat, sehingga di bumi kita ini terdapat 106 unsur atom. Dan kini sisa energi ledakan itu mengakibatkan materi alam (galaksi-galaksi) saling menjauh. Gagasan mengenai asal-usul alam ini kemudian dikenal sebagai Teori Big Bang.
Teori Big Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir. Pertama, penemuan Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California Mount Wilson thn 1924. ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut. Menurut teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi tempat observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat.
Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di alam semesta telah habis berubah menjadi helium.
Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan tentang efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh.

Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi “keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang lalu.

Referensi:
Peters, Ted, dkk. 2002. Tuhan, Alam, Manusia perspektif Sains dan Agama. Bandung: Mizan.
Sudarmojo, Agus haryo.2008. Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Wisoyo, Jenal. 2008. Awal Mula Alam Semesta. Yogyakarta: Narasi.
Yunus, Rosman, dkk. 2006. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam. Jakarta: Gema Insani.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar