Mungkin di
dunia ini aku sendiri yang berbeda dalam hal pemberian nama kepada anak. Ada orang
tua memberi nama anak-anak mereka berdasarkan kejadian saat anak mereka lahir, cukup
banyak memberi nama anak dari nama-nama Nabi, orang-orang saleh, ulama, tokoh,
pahlawan, atau orang-orang yang mereka kagumi. Itu semua tak lain tak bukan,
hanya mengharapkan kebaikan terlimpahkan kepada anak mereka atas nama yang
mereka berikan.
Bagi ku nama sangat berarti dan menentukan, nama
juga adalah doa orang tua sepanjang anaknya itu hidup dan terus melekat hingga hari
akhir kelak. Sebagaimana Nabi s.a.w. pernah katakan di dalam hadis nya yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud yang artinya, “Sesungguhnya kalian akan
dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak kalian. Maka baguskan
lah nama-nama kalian”.
Seorang Muslim yang taat tentu akan
mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulnya, maka atas dasar itu lah aku menamakan
anak ku dengan nama yang baik lagi berarti, tetapi – sesuai dengan awal
paraghraf di atas – aku berbeda dengan orang tua yang lainnya, aku menamakan putri
pertama ku berdasarkan nama buku/kitab Tasawuf yang sudah ku tamatkan namun versi Indonesia
nya, yakni Ḥadīqatul Auliyā, arabnya حديقة الاولياءyang artinya Taman Para Wali atau Taman Kekasih Allah karangan Syeikh Tajuddin Naufal,
karena aku tak bermarga maka ku tambah dengan nama ku di belakang nama putri
pertama ku “Azwar” – di dalamnya sudah include nama ku dan nama istri ku
(Azwar Wardah) – maka jadilah nama putri pertama ku Ḥadīqah
Aulia Azwar, tulisan arabnya adalah حديقة اولياء ازوار .
Secara filosofis, aku berharap putri
pertama ku kelak dapat menjadi waliyullah, dapat menjadi taman bagi para
wali akhir zaman, taman dalam artian menjadi – salah satu – sumber mendapatkan
petuah dan teladan darinya, laiknya taman yang memberikan kedamaian, keharuman,
ketenangan di saat siapa saja yang mengunjunginya, begitu pula dengan putri ku,
siapa saja yang bergaul, berteman, dan bercengkrama dengannya merasa nyaman,
tenang, dan memperoleh kebaikan.
Alhamdulillah, tepat pada 13 Maret
yang lalu aku telah mengakikahkan putri pertama ku saat umurnya sudah 1 tahun
11 bulan, aku sangat senang, bahagia luar biasa, tak terasa hati ini pun melow,
secara spontan kontak ke mata, lalu butiran bening itu pun terjatuh berderai sedikit
membasahi batik yang ku kenakan ketika selawat dikumandangkan oleh grup nasyid
idola ku, Hijazy Sholawat. Betapa tidak, aku merasa acara akikah putri pertama
ku terberkahi dengan lantunan-lantunan selawat tersebut. Aku merasa bersyukur
sekali kepada Tuhan dan berharap ada kejutan lagi nanti sewaktu mengakikahkan putri
kedua ku, Aamiin.