Sewaktu kecil dulu aku sering memandangi nun jauh di atas sana awan
dengan kesucian warnanya putih-putih, pesawat dan sejenisnya yang
terbang melintasi awan-awan itu hingga hilang di telan awan dan muncul
kembali.
Di lain waktu juga di saat setelah langit
selesai dengan tetesan airnya jatuh ke bumi, aku kembali mendongakkan
kepala ku ke atas melihat ke atas sana muncul pelangi dengan beberapa
warna-warni yang bervariasi menghiasi lekukan tubuh pelangi tersebut,
gak hanya setelah hujan saja terkadang ada malam- malam tertentu bulan
dengan sinarnya yang terang membesar seperti kuning telor mata sapi
ukuran jumbo di sekelilingnya melingkar beberapa warna, apa itu pelangi
juga? gak tahu lah yang jelas lingkaran sinar di sekeliling bulan itu
ada bebarapa warna.
Setelah melihat ketiga fenomena alam
di atas aku sempat berfikir dengan imajinasiku yang mengada-ada
menurutku, "bisa gak ya aku menggapai awan dan pelangi itu, bermain-main
dengan mereka, berkenalan dan berbagi cerita", itu pun kalo bisa di
ajak cerita.
Eh ternyata aku tidak sekedar bermain dengan
imajinasi ku saja, itu sudah ku buktikan setelah umur ku mau jalan 23
tahun, walau tak setinggi yang ku inginkan, tanpa mesti naik pesawat,
aku bisa bersama mereka, ya awan dan pelangi itu.
Pertama,
sewaktu mendaki Sibayak aku berjumpa dengan si AWAN, aku berkenalan
dengan dia, mengajak dia ngobrol walau aku sadar bahasa kami mungkin tak
sama dan dia punya kuping atau tidak dan kami pun berteman. Terserah
lah itu gak penting bagiku dengan perbedaan kami yang jelas aku sudah
punya teman baru yaitu si awan, eiittss bukan awan kinton ya.
Kedua
sewaktu masuk ke hutan daerah langkat bersama mereka teman-teman
seperjalanan dan se-gila-gilaan kami telusuri jalan setapak yang
terkadang mendaki dan menurun, tapi kali ini banyak menurunnya hingga
membuat kami harus hati-hati seperti para climber dengan talinya
menuruni tebing tapi tidak dengan kami yang mengandalkan akar-akar
pepohonan dan sesekali silap batang pohon patah ku buat karena beban ku
65 kg aku mengandalkan batang itu sebagai peganganku, aduh maaf Tuhan
aku tak sengaja telah menyakiti makhluk-Mu. Setelah 20 menit kami pun
sampai di air terjun itu, Air Terjun Tengah Rembulan orang situ
menyebutnya. Seketika aku sedikit terperanjat dengan teriakan si Nurul
Nasution and Mukhlis Adi Putra Hasibuan memberi tahuku ada pelangi yang
melengkapi keindahan air terjun itu, sontak saja aku perlaju gerak ku
untuk bertemu dengan dia, ya si PELANGI. Kami berjumpa di tempat
seromantis itu, di apit dua tebing, senyuman si Tengan Rembulan yang
menawarkan kesejukan airnya, hutan hujan yang hijau, ya Tuhan aku suka
dengan suasana seperti ini.
Ku gapai tangannya dan ku
katakan, "hai Pelangi," tapi dia gak jawab, what everlah langsung ku
peluk dia erat walau tak berasa dan walau bak memeluk bayang-bayang, Itu
pun gak penting bagiku yang jelas aku sudah memperkenalkan nama ku
Azwar Ammar, aku melihat dia tersenyum. Dan... oh tidak dia pamit
kepadaku, dia mau pergi, mulanya aku tak mengizinkan, aku tak rela
dengan pertemuan singkat ini tapi dia terus mendesak sebab dia gak bisa
lama-lama bersama kami terlebih lagi bersamaku, dia pergi karena senja
mulai datang.
Ooooh Pelangi, kenapa aku tak rela kau pergi
begitu saja, apa karena terlalu dihanyutkan oleh perasaan ini, aku
merindukan mu di kala aku kecil dulu, tapi pas sudah jumpa kau begitu
cepat pergi melambaikan keelokkan mu dengan genit. hehehe, ya sudah lah
mungkin kita di lain kesempatan bisa berjumpa lagi PELANGI.
to be continued..
Menunggu mata terpejam di kamar yang sederhana
Tata Alam Asri- Medan Helvetia
15 Juli 2014
Numero umno bg....
BalasHapusmakasiiiiihhh.... :)
BalasHapusmantab war perjalanan mu,,,
BalasHapusgitu dech Nur Fahrina Sofyan....
Hapus