BAB I
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan Allah berpasang- pasangan,
ada pria ada wanita, masing-masing pihak saling membutuhkan dan saling tertarik
satu sama lain. Setiap orang ingin mendapatkan pasangan yang ideal, misalnya wanita
menginginkan calon suami yang ganteng, memiliki harta yang relatif cukup atau memiliki
pekerjaan yang baik dan halal, berasal dari keluarga atau keturunan yang baik,
cerdas (cukup berpendidikan), sehat (tidak sakit-sakitan), berakhlak mulia, dan
taat beribadah.
Dalam tradisi lama atau dikenal dengan
zaman Siti Nurbaya, mencarikan jodoh itu adalah orang tua. Si anak tinggal menerima
saja calon pendamping hidupnya. Anak tersebut tidak pernah tau sebelumnya dengan
calon suaminya, baru kenal setelah menikah. Cara ini dianggap kolot dan tidak demokratis
oleh anak muda sekarang. Namun, dalam kenyataannya pasangan “kolot” tersebut mampu
bertahan lama hingga akhir hayat.
Dalam
memilih jodoh, sekarang ini banyak pasangan muda yang mencari calon pendamping hidupnya
sendiri, mereka menolak bila ada campur tangan (intervensi) dari orang tuanya dalam
soal memilih jodoh. Selanjutnya akan penulis bahas dalam makalah ini dengan judul
“MENCARI PASANGAN YANG IDEAL”.
BAB II
PEMBAHASAN
Pergaulan antara pria dan wanita pada
dasarnya dibolehkan sampai pada batas-batas wajar yang tidak membuka peluang untuk
terjadinya perbuatan dosa (zina). Apalagi pergaulan dan hubungan itu dalam rangka
untuk mencari dan mengenal lebih baik dan dalam pasangan hidupnya. Sebab kalau salah
pilih akan menyesal berkepanjangan. Biasanya agresif mencari pasangan hidupnya itu
adalah pihak pria, sedangkan pihak wanita menunggu untuk digoda. Namun di kota besar
tidak sedikit wanita yang lebih agresif untuk mencari pasangannya, apalagi bila
siprianya masih terbatas.
Saat sekarang ini, anak muda memang lebih
bebas dalam menentukan jodoh sesuai dengan seleranya, sejalan dengan keinginan atau
perasaan cinta yang dipertautkan bersama sang kekasih. Banyak cara wanita dan pria
dalam mencari pasangan hidup yang ideal.
A.
Pacaran
( Etika Pacaran dalam Islam)
Apakah
agama Islam menolerir pacaran? Ada yang berpendapat bahwa tidak ada pacaran dalam
Islam. Karena didasarkan dengan ayat “Jangan
engkau dekati zina.” Ada pula berpendapat, boleh pacaran untukmengenal (lita’arafu) lebih lanjut calon pasangan hidup,
sesuai dengan anjuran Allah dalam surat al-Hujarat [49]: 13,
“Wahai
manusia, aku ciptakan kamu dari jenis laki- laki dan wanita dan aku jadikan kamu
berbangsa- bangsa dan bersuku- suku agar kamu saling kenal mengenal,
sesungguhnya yang paling mulia di antaramu di sisi Allah adalah yang paling
bertaqwa.”
Dalam suatu hadist diceritakan,
al-Mughirah, sahabat rasul, melapor kepada Nabi saw bahwa ia baru selesai
melamar (khitbah) seorang wanita Anshor. Rasul bertanya, “Apa sudah engkau
lihat wanita itu?” Mughira menjawab, “Belum.” Rasul bersabda lagi, “Lihatlah
dulu, sebab engkau sudah melihatnya, maka bisa diharapkan langgeng perjodohanmu
dan hidup rukun.”
Setelah mendengar sabda rasul
tersebut, Mughirah mendatangi rumah tunangannya dan menyampaikan sabda
Rasulullah tersebut kepada orang tua maupun si gadis. Si wanita itu berkata,
“Dekatkanlah pria itu kepadaku?” Mughirah mendekat dan gadis itu berkata, “Jika
Rasulullah memerintahkan kamu untuk melihatku, nah lihatlah! Inilah diriku!
Kalau engkau tidak mau masuk, biarkanlah aku yang keluar, agar kamu bisa
melihatku.” Mughirah lalu melihat dengan jelas wajah dan bentuk tubuh perempuan
itu.
Merujuk pada hadist ini, sebagian
ulama kemudian menetapkan bahwa pria dan wanita yang hendak menikah disunnahkan
untuk melihat calon pasangannya masing-masing. Sudah sewajarnya bila seorang
wanita dan pria sebelum ia mengajukan lamaran terhadap orang yang akan
dinikahi, sebaiknya saling mengenal, saling menyayangi, dan saling mencintai.[1]
B.
Beberapa
Tips Memilih Pasangan yang Ideal
Secara
psikologis perkembangan karakter anak tumbuh kembang dewasa 67% - 98% terbentuk
dari faktor lingkungan (keluarga) plus pergaulan sehari-hari. Banyak riset
membuktikan bahwa kedua faktor tersebut menjadi landasan dasar kuat melekat
pada diri seseorang. Kaitannya mencari bakal calon istri tidak
terlepas dari benang merah "masa lalu." Apa pernah atau bahkan sering
melakukan kebiasaan buruk semasa kecil "remajanya." Nah, kalau begitu
pendeteksian dini supaya gak salah jalan memilih pasangan hidup, gimana?
Sejatinya, bahwa Tuhan tidak akan salah
memberi pasangan hidup. Singkatnya, calon suami berakhlak baik maka
bakal calon istri ndak akan jauh berbeda. Selaras, berakhlak buruk mendapatkan
pasangan serupa. To the pointnya,
tips mendasar berikut berlaku bagi calon suami yg sedang berusaha menjadi
"karakter baik" plus ingin beruntung mendapati istri gadis:
1.
Seiman
Kepercayaan
dan agama yang dianut seseorang merupakan prinsip hidup yang sudah mendarah
daging sejak kecil. Nilai-nilai yang tertanam sejak kecil akan sangat sulit
jika diubah di saat ia dewasa. Karena itu, mencari pasangan hidup haruslah yang
seiman agar penyesuaian prinsip menjadi lebih mudah dan tidak bertolak
belakang.
2. Tempat dan Waktu Tepat
In
the right place at the right time! Urusan mencari calon pasangan hidup bukanlah
hal serampangan, "Who cares"
ketemu dimana, nyari dimana, dsb. Sebagai contoh, umumnya anak muda jaman
sekarang suka cara instan menggunakan Hape and media sosial. Patokannya simple:
asal cantik/ ganteng, kaya, hobi sama langsung oke.
Begitupun "wherever" mau di pub, diskotik, hotel/motel
"ehe-ehe," peduli amat! Parahnya lg, "Ah, tenang aja sob gue
kagak pake perasaan ama die, happy fun doang sumpeh!" Hati-hati, Witing
tresno jalaran soko kulino atawa cai karacak ninggang batu laun-laun legok.
Artinya, batu tiap hari ditimpa air setitik lambat laun hancur. Hati dari ora
suka jadi... Endingnya, klu serampangan begini mudah ditebak angka perceraian
pasangan muda semakin tinggi.
3. Apakah Calon Pasangan Hidupnya Sudah
Teratur (Disiplin)?
Carilah
calon istri didik dari keluarga hidup teratur "disiplin." Alasannya,
sebagian besar peranan didikan orang tua sangat berpengaruh, benar-benar
menentukan: semakin keras "tegas" mendidik anak semakin baik. Contoh
sederhana, aturan orang tuanya mengarahkan anaknya untuk selalu padat menjalani
aktifitas positip. Seperti, sehabis pulang sekolah anak diharuskan
tidur siang sebentar, lalu belajar mengulangi kembali apa-apa yg diajarkan
disekolah (les maupun belajar sendiri dirumah atau mengaji), minimal 7 jam
setiap hari. Artinya, bila ditambahkan jadwal belajar disekolah berarti anak
tersebut setiap hari dituntut belajar 10 - 13 jam sehari.
Kapan waktu bermainnya? Waktu bermain
hanya disisakan lewat jam istirahat sekolah or waktu istirahat mengaji di madrasah.
Klu dihitung jumlah keseluruhan aktifitas positip sehari-hari maka selesai
antara jam 9 - 10 malam, yaitu pas waktunya jam tidur. Bisa jadi karakter
seperti ini di cap sebagai anak kurang gaul.
4. Perhatikan Lingkungan Pergaulan
Sekitar
Lingkungan pergaulan dimana ia
tinggal/dibesarkan. Maksudnya? Bukan berarti jika ia dibesarkan di lingkungan
pergaulan kumuh gak baik akhlaknya, tapi yg jelas kesehatannya memang kurang
kondusif. Lingkungan kumuh kota hampir mirip lingkungan kampung desa, cuma
bedanya lingkungan perdesaan jauh lebih kondusif pergaulannya dibandingkan
lingkungan kumuh kota. So, carilah informasi sebanyak mungkin siapa temannya,
sahabatnya, maupun sanak saudaranya and dekati mrk. Patokannya sederhana,
apabila sahabat mrk kelakuannya agak "nyeleneh" alias tidak baik
akhlaknya, artinya karakter pasangan memang seperti itu.
5. Cara Ia Bersikap, Berbicara,
Berdandan
Cara ia berbicara, berdandan (berhias),
maupun sikap merupakan salah satu unsur penting penilaian karakter dasar
pasangan. Untuk membuktikannya hadapkan situasi dimana ia harus berbicara
langsung dengan orang tua, sahabat, teman + saudaranya. Dengan begitu biasanya
pembicaraan diluar kontrol "ceplas-ceplos" seringkali terjadi: suka
membentak, bicara kasar, bahasa-bahasa "nyeleneh" kurang sopan
layaknya wanita murahan, dsb. Begitupun cara berdandan, semakin seronok semakin
tipis kemungkinan baik atau gadisnya. Gimana dgn sikap? Gak hanya agamis.
Secara penentuan karakter wanita sikap pemalu cenderung berkarakter baik.
6. Belum Pernah Pacaran
Lebih aman lagi carilah calon pasangan
belum pernah pacaran sama sekali. Loh, emang ada gitu jaman serba canggih
begini? Eh, jangan salah, gaul dong ke kampung-kampung noh!...hhe. Ada kok
perempuan yang ndak pacaran, serius, coba baca poin ketiga: dididik dr keluarga
penuh kedisiplinan pertanda anak perempuannya ndak mempunyai waktu untuk
berbuat "aneh-aneh" pacaran.
7. Minta Masukkan Orang Tua
Secara psikologis, wanita mintalah saran
melalui Ibu: terasa lebih nyaman, bebas mengutarakan isi hati. Sebaliknya,
lelaki mintalah saran lewat Bapak. Ingat, saran mereka terbukti sangat ampuh,
tok-cer bin jitu loh! Pasalnya, orang tua memiliki jam terbang
tinggi/pengalaman, pemahaman hidup, dsb. patut dipertimbangkan! So, turutilah
anjurannya. Jangan lupa minta doanya juga.
8. Perbaiki Diri dan Berdoalah
Perbaiki
diri plus berdoa adalah langkah paling aman, proses menenangkan hati
selanjutnya. Pertama, jika merasa mau mendapatkan pasangan sesuai, cocok di
hati maka berkacalah pada diri sendiri, "Apakah diri saya sudah sesuai dgn
kriteria idaman pasangan nanti?" Ingat bahwa pasangan kalian merupakan
cermin diri. Kedua, percayalah jika kualitas diri baik maka jodoh kalian pun
mempunyai kualitas imbangan sama.[2]
9. Gaya hidup
Bukan
masalah memiliki gaya hidup atau hobby yang sama, tapi saling mengerti dan
menerima gaya hidup masing-masing. Ada orang yang hobby jalan-jalan dan piknik,
ada juga yang lebih senang dirumah, ada yang senang berpakaian mewah mentereng,
ada juga yang lebih suka berpakaian sederhana dan praktis. hal-hal yang nampak
sepele, yang sy sebutkan itu saya sering melihat menjadi pemicu pertengkaran
dalam sebuah hubungan, bahkan sampai perceraian.
10. Kualitas Karakter yang Baik
Pasangan
hidup yang baik juga bisa dipilih dengan memperhatikan kualitas karakter yang dimilikinya
semasa masa penjajakan. Misalnya saja apakah dia seseorang yang temperamental,
bagaimana penguasaan dirinya, bagaimana tanggung jawabnya terhadap suatu hal,
apakah dia seorang yang sabar atau suka tergesa-gesa? Cobalah terus perhatikan
karakter-karakter yang dimiliki oleh pasangan kita dan sesuaikanlah dengan
karakter yang kita miliki, Jika kita merasa sudah klop dengan karakternya,
berarti dialah yang cocok menjadi pasangan hidup kita.
11. Terus Menerus Memperbaiki Diri
Intinya,
bila kita menginginkan pasangan hidup yang baik yang sesuai dengan keinginan
kita, maka hal penting dan sederhana yang harus kita lakukan adalah berkaca dan
berkaca serta terus-menerus memperbaiki diri sendiri. Tak ada artinya kita
menuntut orang lain berbuat sesuatu, bila kita sendiri juga tidak berbuat. Hal
tersebut akan sia-sia.
12. Tanyakanlah pada Hati
Hati
yang terdalam tidak akan pernah salah dalam menilai. Cinta buta memang kadang
dapat menutup mata hati sehingga kita tidak dapat melihat kenyataan yang ada.
Untuk itu, sering-seringlah bertanya pada hati dan nilailah secara logika akan
baik buruknya pilihan kita.[3]
BAB
III
PENUTUP
(Kesimpulan)
Saat sekarang ini, anak muda memang
lebih bebas dalam menentukan jodoh sesuai dengan seleranya, sejalan dengan
keinginan atau perasaan cinta yang dipertautkan bersama sang kekasih. Banyak
cara wanita dan pria dalam mencari pasangan hidup yang ideal.
Berdasarkan hadits yang tertera pada
halaman 3 (tiga) di atas, sebagian ulama kemudian menetapkan bahwa pria dan
wanita yang hendak menikah disunnahkan untuk melihat calon pasangannya
masing-masing. Sudah sewajarnya bila seorang wanita dan pria sebelum ia mengajukan
lamaran terhadap orang yang akan dinikahi, sebaiknya saling mengenal, saling
menyayangi, dan saling mencintai.
Sejatinya, bahwa Tuhan tidak akan salah
memberi pasangan hidup. Singkatnya, calon suami berakhlak baik maka
bakal calon istri ndak akan jauh berbeda. Selaras, berakhlak buruk mendapatkan
pasangan serupa. To the pointnya,
tips mendasar berikut berlaku bagi calon suami yg sedang berusaha menjadi
"karakter baik" plus ingin beruntung mendapati istri gadis,
yaitu: Seiman, Tempat dan Waktu Tepat,
Apakah Calon Pasangan Hidupnya Sudah Teratur ( Disiplin), Perhatikan Lingkungan
Pergaulan Sekitar, Cara Ia Bersikap, Berbicara dan Berdandan, Belum Pernah
Pacaran, Minta Masukan Orang Tua, Perbaiki Diri dan Berdoalah, Gaya Hidup,
Kualitas Karakter yang Baik, Terus- Menerus Memperbaiki Diri dan Tanyakanlah
pada Hati.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbi
Indra, 2004. Potret Wanita Sholehah, Permadani, Jakarta.
http://www.lokernez.com/2013/02/tips-mencari-pasangan-hidup.html
http://bachtiarinformasi.blogspot.com/2013/03/7-tips-mencari-pasangan-ideal.html