Kini
kakek sampah itu tidak lagi sering dan bahkan tak pernah lagi mampir ke mesjid,
dia sudah pulang ke kampung halamannya di Galang. Kenapa dipanggil kakek
sampah? bukan berarti dia tukang menyampah tentunya, dia seorang manusia yang
patut diacungi jempol karena bukan semata karena tuntutan kebutuhan dari hasil
mengutipi sampah melainkan juga karena memang dia merasa perlu untuk mengutipi
sampah agar kebersihan terjaga.
Datang
sebelum subuh dan keliling mengutipin sampah- sampah orang komplek di depan
rumahnya masing- masing. Pas adzan subuh beliau singgah untuk sholat berjama'ah
bersama kami di mesjid tercinta, setelah itu dia melanjutkan kerjaannya kembali
hingga jam 08.00 dia kembali lagi ke mesjid untuk istirahat sampai mendekati
adzan zhuhur. Zhuhur dan Ashar dia selalu ada di mesjid tempat saya tinggal,
ada baiknya juga beliau ada di mesjid karena sebagai mahasiswa tak tentu juga
bagi saya untuk ada waktu di mesjid karena rutinitas di kampus biasanya hingga
sore hari saya geluti kecuali hari sabtu- minggu saya full seharian- semalaman
di mesjid, itupun bila hari sabtu- minggu itu gak ada jadwal liburan.. hehe..
Sebenarnya
gelar "Tukang sampah" itu gak cocok disandangkan kepada orang yang
memungut sampah, tapi seharusnya di gelari "tukang bersih" karena
dialah yang memungutin sampah- sampah hingga bersih. Dan justru orang yang
sering buang sampah sembarangan itulah yang wajib diberi gelar "tukang
sampah".
SO,
jangan suka menyampah di sembarang tempat kalo tidak mau di panggil
"Tukang SAMPAH". Begitu.