Kamis, 16 Oktober 2014

Bukit Gundul, 08 Juni 2014

Cerita ini ya cerita biasa-biasa saja tapi bagi ku istimewa. Cerita antara aku dan kau suka dancow (Loh), cerita antara aku dan kamu, dia dan yang lainnya. Aku cukup payah menggambarkan apa yang kita alami malam itu, sepertinya aku kehabisan kata untuk menumpahkan apa yang telah tergambar jelas di bola mata ini, bagaimana kita dan mereka menikmati malam syahdu dan romantis, cocok kali bagi yang sedang memadu kasih untuk malam yang seindah itu kemarin. 

Jam 22.00 malam beberapa sepeda motor melaju memecah kesunyian malam, mengoyak kegelapan dengan lampu sorot kendaraan kita, berlomba karena tak tahan dengan udara pegunungan yang semakin mendekat yang semakin menusuk ke tulang seperti ada sesuatu yang hendak dikejar, ya memang kita mengejar sesuatu, yakni mengejar waktu yang perlahan namun terus melaju melambaikan tangannya meninggalkan kita. Kita pun tak begitu saja menyerah dan terus mengejar waktu untuk sampai secepatnya ke tempat yang kita tuju, tempat yang indah pastinya, tempat antara kita dan langit tak begitu jauh walau sebenarnya sungguh amat jauh, tempat dimana kita bisa memandang sejauh mata memandang, tempat yang sangat menyihirku akan pemandangannya yang jarang dan bahkan ini kali pertama aku menikmatinya, tempat yang menyuguhkan view yang begitu indah dan romantis diwaktu malamnya dan menawan penuh semangat diwaktu paginya mentari perlahan bangun melepaskan selimutnya perlahan, menampakkan keanggunannya di kala pagi itu.

Sesampainya di 80% perjalanan kita, sungguh aku terkagum sekali dengan view sebelah kanan kita, sungguh kagum aku dengan alam ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa ini, awan yang menggumpal putih kehitaman karena pengaruh gelapnya malam berlari perlahan dengan ceria bersama bulan hingga akupun selalu menoleh ke kanan tak terlalu memperhatikan arah depan jalan. Oh.. my God memang indah, tolong hamba Tuhan, tolong hamba yang lagi asik tersihir dengan ciptaan mu ini, begitu indahnya. Sejenak aku terpekur di ruang yang mulanya gelap yang sarat dengan fisik benda yang terlihat tapi tidak memperhatikan dari kacamata keimanan dan kini telah mulai terang dengan cahaya keimanan mentasbih serta mentahmidkan apa yang telah ku pandang.

Tak terasa saking aku terasyik-masyuk dengan keadaan itu kami sudah sampai di persimpangan jalan. Lagi-lagi mata ini pun semakin membelalakkan kelopaknya karena view yang tadi indah kini semakin indah karena dari sini dari titik ini aku duduk bersama kendaraan dan goncenganku menyaksikan bulan bulat bak telor mata sapi itu (pengaruh lapar ini) perlahan bersembunyi di balik gunung sibuatan. Dan lagi-lagi kami berlomba dengan waktu agar cepat sampai di start pendakian, aku agak sebal juga karena si bulan seperti mengejek kami, mengisyaratkan agar kami terus mendaki dengan kendaraan kami, seolah dia berbisik,"cepat aku mau tidur ni", ah.. mungkin itu pengaruh imajinasi ku saja, tapi memang begitulah yang kurasakan hingga di 25% perjalanan menanjak bulan itu seolah bermain mata menggoda kami karena kami gak tahan, aku dan kamu berhenti melihat bang yudha bermain dengan kamera dslrnya, menjepret si bulan walau si bulan tersebut sudah tinggal sinarnya saja di balik gunung non-aktif itu.

to be continued....

4 komentar: