Selasa, 10 Desember 2013

Mencari Pasangan yang Ideal



BAB I
PENDAHULUAN
            Manusia diciptakan Allah berpasang- pasangan, ada pria ada wanita, masing-masing pihak saling membutuhkan dan saling tertarik satu sama lain. Setiap orang ingin mendapatkan pasangan yang ideal, misalnya wanita menginginkan calon suami yang ganteng, memiliki harta yang relatif cukup atau memiliki pekerjaan yang baik dan halal, berasal dari keluarga atau keturunan yang baik, cerdas (cukup berpendidikan), sehat (tidak sakit-sakitan), berakhlak mulia, dan taat beribadah.
            Dalam tradisi lama atau dikenal dengan zaman Siti Nurbaya, mencarikan jodoh itu adalah orang tua. Si anak tinggal menerima saja calon pendamping hidupnya. Anak tersebut tidak pernah tau sebelumnya dengan calon suaminya, baru kenal setelah menikah. Cara ini dianggap kolot dan tidak demokratis oleh anak muda sekarang. Namun, dalam kenyataannya pasangan “kolot” tersebut mampu bertahan lama hingga akhir hayat.
Dalam memilih jodoh, sekarang ini banyak pasangan muda yang mencari calon pendamping hidupnya sendiri, mereka menolak bila ada campur tangan (intervensi) dari orang tuanya dalam soal memilih jodoh. Selanjutnya akan penulis bahas dalam makalah ini dengan judul “MENCARI PASANGAN YANG IDEAL”.


BAB II
PEMBAHASAN
            Pergaulan antara pria dan wanita pada dasarnya dibolehkan sampai pada batas-batas wajar yang tidak membuka peluang untuk terjadinya perbuatan dosa (zina). Apalagi pergaulan dan hubungan itu dalam rangka untuk mencari dan mengenal lebih baik dan dalam pasangan hidupnya. Sebab kalau salah pilih akan menyesal berkepanjangan. Biasanya agresif mencari pasangan hidupnya itu adalah pihak pria, sedangkan pihak wanita menunggu untuk digoda. Namun di kota besar tidak sedikit wanita yang lebih agresif untuk mencari pasangannya, apalagi bila siprianya masih terbatas.
            Saat sekarang ini, anak muda memang lebih bebas dalam menentukan jodoh sesuai dengan seleranya, sejalan dengan keinginan atau perasaan cinta yang dipertautkan bersama sang kekasih. Banyak cara wanita dan pria dalam mencari pasangan hidup yang ideal.
A.    Pacaran ( Etika Pacaran dalam Islam)
Apakah agama Islam menolerir pacaran? Ada yang berpendapat bahwa tidak ada pacaran dalam Islam. Karena didasarkan dengan ayat “Jangan engkau dekati zina.” Ada pula berpendapat, boleh pacaran untukmengenal (lita’arafu) lebih lanjut calon pasangan hidup, sesuai dengan anjuran Allah dalam surat al-Hujarat [49]: 13,
“Wahai manusia, aku ciptakan kamu dari jenis laki- laki dan wanita dan aku jadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku- suku agar kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya yang paling mulia di antaramu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.”
            Dalam suatu hadist diceritakan, al-Mughirah, sahabat rasul, melapor kepada Nabi saw bahwa ia baru selesai melamar (khitbah) seorang wanita Anshor. Rasul bertanya, “Apa sudah engkau lihat wanita itu?” Mughira menjawab, “Belum.” Rasul bersabda lagi, “Lihatlah dulu, sebab engkau sudah melihatnya, maka bisa diharapkan langgeng perjodohanmu dan hidup rukun.”
            Setelah mendengar sabda rasul tersebut, Mughirah mendatangi rumah tunangannya dan menyampaikan sabda Rasulullah tersebut kepada orang tua maupun si gadis. Si wanita itu berkata, “Dekatkanlah pria itu kepadaku?” Mughirah mendekat dan gadis itu berkata, “Jika Rasulullah memerintahkan kamu untuk melihatku, nah lihatlah! Inilah diriku! Kalau engkau tidak mau masuk, biarkanlah aku yang keluar, agar kamu bisa melihatku.” Mughirah lalu melihat dengan jelas wajah dan bentuk tubuh perempuan itu.
            Merujuk pada hadist ini, sebagian ulama kemudian menetapkan bahwa pria dan wanita yang hendak menikah disunnahkan untuk melihat calon pasangannya masing-masing. Sudah sewajarnya bila seorang wanita dan pria sebelum ia mengajukan lamaran terhadap orang yang akan dinikahi, sebaiknya saling mengenal, saling menyayangi, dan saling mencintai.[1]
B.     Beberapa Tips Memilih Pasangan yang Ideal
Secara psikologis perkembangan karakter anak tumbuh kembang dewasa 67% - 98% terbentuk dari faktor lingkungan (keluarga) plus pergaulan sehari-hari. Banyak riset membuktikan bahwa kedua faktor tersebut menjadi landasan dasar kuat melekat pada diri seseorang. Kaitannya mencari bakal calon istri tidak terlepas dari benang merah "masa lalu." Apa pernah atau bahkan sering melakukan kebiasaan buruk semasa kecil "remajanya." Nah, kalau begitu pendeteksian dini supaya gak salah jalan memilih pasangan hidup, gimana?
Sejatinya, bahwa Tuhan tidak akan salah memberi pasangan hidup. Singkatnya, calon suami berakhlak baik maka bakal calon istri ndak akan jauh berbeda. Selaras, berakhlak buruk mendapatkan pasangan serupa. To the pointnya, tips mendasar berikut berlaku bagi calon suami yg sedang berusaha menjadi "karakter baik" plus ingin beruntung mendapati istri gadis:
1.      Seiman
Kepercayaan dan agama yang dianut seseorang merupakan prinsip hidup yang sudah mendarah daging sejak kecil. Nilai-nilai yang tertanam sejak kecil akan sangat sulit jika diubah di saat ia dewasa. Karena itu, mencari pasangan hidup haruslah yang seiman agar penyesuaian prinsip menjadi lebih mudah dan tidak bertolak belakang.
2.      Tempat dan Waktu Tepat
In the right place at the right time! Urusan mencari calon pasangan hidup bukanlah hal serampangan, "Who cares" ketemu dimana, nyari dimana, dsb. Sebagai contoh, umumnya anak muda jaman sekarang suka cara instan menggunakan Hape and media sosial. Patokannya simple: asal cantik/ ganteng, kaya, hobi sama langsung oke.
Begitupun "wherever" mau di pub, diskotik, hotel/motel "ehe-ehe," peduli amat! Parahnya lg, "Ah, tenang aja sob gue kagak pake perasaan ama die, happy fun doang sumpeh!" Hati-hati, Witing tresno jalaran soko kulino atawa cai karacak ninggang batu laun-laun legok. Artinya, batu tiap hari ditimpa air setitik lambat laun hancur. Hati dari ora suka jadi... Endingnya, klu serampangan begini mudah ditebak angka perceraian pasangan muda semakin tinggi.
3.      Apakah Calon Pasangan Hidupnya Sudah Teratur (Disiplin)?
Carilah calon istri didik dari keluarga hidup teratur "disiplin." Alasannya, sebagian besar peranan didikan orang tua sangat berpengaruh, benar-benar menentukan: semakin keras "tegas" mendidik anak semakin baik. Contoh sederhana, aturan orang tuanya mengarahkan anaknya untuk selalu padat menjalani aktifitas positip. Seperti, sehabis pulang sekolah anak diharuskan tidur siang sebentar, lalu belajar mengulangi kembali apa-apa yg diajarkan disekolah (les maupun belajar sendiri dirumah atau mengaji), minimal 7 jam setiap hari. Artinya, bila ditambahkan jadwal belajar disekolah berarti anak tersebut setiap hari dituntut belajar 10 - 13 jam sehari.
Kapan waktu bermainnya? Waktu bermain hanya disisakan lewat jam istirahat sekolah or waktu istirahat mengaji di madrasah. Klu dihitung jumlah keseluruhan aktifitas positip sehari-hari maka selesai antara jam 9 - 10 malam, yaitu pas waktunya jam tidur. Bisa jadi karakter seperti ini di cap sebagai anak kurang gaul.
4.      Perhatikan Lingkungan Pergaulan Sekitar
Lingkungan pergaulan dimana ia tinggal/dibesarkan. Maksudnya? Bukan berarti jika ia dibesarkan di lingkungan pergaulan kumuh gak baik akhlaknya, tapi yg jelas kesehatannya memang kurang kondusif. Lingkungan kumuh kota hampir mirip lingkungan kampung desa, cuma bedanya lingkungan perdesaan jauh lebih kondusif pergaulannya dibandingkan lingkungan kumuh kota. So, carilah informasi sebanyak mungkin siapa temannya, sahabatnya, maupun sanak saudaranya and dekati mrk. Patokannya sederhana, apabila sahabat mrk kelakuannya agak "nyeleneh" alias tidak baik akhlaknya, artinya karakter pasangan memang seperti itu.
5.      Cara Ia Bersikap, Berbicara, Berdandan
Cara ia berbicara, berdandan (berhias), maupun sikap merupakan salah satu unsur penting penilaian karakter dasar pasangan. Untuk membuktikannya hadapkan situasi dimana ia harus berbicara langsung dengan orang tua, sahabat, teman + saudaranya. Dengan begitu biasanya pembicaraan diluar kontrol "ceplas-ceplos" seringkali terjadi: suka membentak, bicara kasar, bahasa-bahasa "nyeleneh" kurang sopan layaknya wanita murahan, dsb. Begitupun cara berdandan, semakin seronok semakin tipis kemungkinan baik atau gadisnya. Gimana dgn sikap? Gak hanya agamis. Secara penentuan karakter wanita sikap pemalu cenderung berkarakter baik.
6.      Belum Pernah Pacaran
Lebih aman lagi carilah calon pasangan belum pernah pacaran sama sekali. Loh, emang ada gitu jaman serba canggih begini? Eh, jangan salah, gaul dong ke kampung-kampung noh!...hhe. Ada kok perempuan yang ndak pacaran, serius, coba baca poin ketiga: dididik dr keluarga penuh kedisiplinan pertanda anak perempuannya ndak mempunyai waktu untuk berbuat "aneh-aneh" pacaran.
7.      Minta Masukkan Orang Tua
Secara psikologis, wanita mintalah saran melalui Ibu: terasa lebih nyaman, bebas mengutarakan isi hati. Sebaliknya, lelaki mintalah saran lewat Bapak. Ingat, saran mereka terbukti sangat ampuh, tok-cer bin jitu loh! Pasalnya, orang tua memiliki jam terbang tinggi/pengalaman, pemahaman hidup, dsb. patut dipertimbangkan! So, turutilah anjurannya. Jangan lupa minta doanya juga.
8.      Perbaiki Diri dan Berdoalah
Perbaiki diri plus berdoa adalah langkah paling aman, proses menenangkan hati selanjutnya. Pertama, jika merasa mau mendapatkan pasangan sesuai, cocok di hati maka berkacalah pada diri sendiri, "Apakah diri saya sudah sesuai dgn kriteria idaman pasangan nanti?" Ingat bahwa pasangan kalian merupakan cermin diri. Kedua, percayalah jika kualitas diri baik maka jodoh kalian pun mempunyai kualitas imbangan sama.[2]
9.      Gaya hidup
Bukan masalah memiliki gaya hidup atau hobby yang sama, tapi saling mengerti dan menerima gaya hidup masing-masing. Ada orang yang hobby jalan-jalan dan piknik, ada juga yang lebih senang dirumah, ada yang senang berpakaian mewah mentereng, ada juga yang lebih suka berpakaian sederhana dan praktis. hal-hal yang nampak sepele, yang sy sebutkan itu saya sering melihat menjadi pemicu pertengkaran dalam sebuah hubungan, bahkan sampai perceraian.
10.  Kualitas Karakter yang Baik
Pasangan hidup yang baik juga bisa dipilih dengan memperhatikan kualitas karakter yang dimilikinya semasa masa penjajakan. Misalnya saja apakah dia seseorang yang temperamental, bagaimana penguasaan dirinya, bagaimana tanggung jawabnya terhadap suatu hal, apakah dia seorang yang sabar atau suka tergesa-gesa? Cobalah terus perhatikan karakter-karakter yang dimiliki oleh pasangan kita dan sesuaikanlah dengan karakter yang kita miliki, Jika kita merasa sudah klop dengan karakternya, berarti dialah yang cocok menjadi pasangan hidup kita.
11.  Terus Menerus Memperbaiki Diri
Intinya, bila kita menginginkan pasangan hidup yang baik yang sesuai dengan keinginan kita, maka hal penting dan sederhana yang harus kita lakukan adalah berkaca dan berkaca serta terus-menerus memperbaiki diri sendiri. Tak ada artinya kita menuntut orang lain berbuat sesuatu, bila kita sendiri juga tidak berbuat. Hal tersebut akan sia-sia.
12.  Tanyakanlah pada Hati
Hati yang terdalam tidak akan pernah salah dalam menilai. Cinta buta memang kadang dapat menutup mata hati sehingga kita tidak dapat melihat kenyataan yang ada. Untuk itu, sering-seringlah bertanya pada hati dan nilailah secara logika akan baik buruknya pilihan kita.[3]

BAB III
PENUTUP
(Kesimpulan)
            Saat sekarang ini, anak muda memang lebih bebas dalam menentukan jodoh sesuai dengan seleranya, sejalan dengan keinginan atau perasaan cinta yang dipertautkan bersama sang kekasih. Banyak cara wanita dan pria dalam mencari pasangan hidup yang ideal.
Berdasarkan hadits yang tertera pada halaman 3 (tiga) di atas, sebagian ulama kemudian menetapkan bahwa pria dan wanita yang hendak menikah disunnahkan untuk melihat calon pasangannya masing-masing. Sudah sewajarnya bila seorang wanita dan pria sebelum ia mengajukan lamaran terhadap orang yang akan dinikahi, sebaiknya saling mengenal, saling menyayangi, dan saling mencintai.
Sejatinya, bahwa Tuhan tidak akan salah memberi pasangan hidup. Singkatnya, calon suami berakhlak baik maka bakal calon istri ndak akan jauh berbeda. Selaras, berakhlak buruk mendapatkan pasangan serupa. To the pointnya, tips mendasar berikut berlaku bagi calon suami yg sedang berusaha menjadi "karakter baik" plus ingin beruntung mendapati istri gadis, yaitu: Seiman, Tempat dan Waktu Tepat, Apakah Calon Pasangan Hidupnya Sudah Teratur ( Disiplin), Perhatikan Lingkungan Pergaulan Sekitar, Cara Ia Bersikap, Berbicara dan Berdandan, Belum Pernah Pacaran, Minta Masukan Orang Tua, Perbaiki Diri dan Berdoalah, Gaya Hidup, Kualitas Karakter yang Baik, Terus- Menerus Memperbaiki Diri dan Tanyakanlah pada Hati.

DAFTAR PUSTAKA
Hasbi Indra, 2004.  Potret Wanita Sholehah, Permadani, Jakarta.
http://www.lokernez.com/2013/02/tips-mencari-pasangan-hidup.html
http://bachtiarinformasi.blogspot.com/2013/03/7-tips-mencari-pasangan-ideal.html



[1] Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah, (2004: Permadani, Jakarta), h. 110.
[2] http://www.lokernez.com/2013/02/tips-mencari-pasangan-hidup.html
[3] http://bachtiarinformasi.blogspot.com/2013/03/7-tips-mencari-pasangan-ideal.html


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar