Perkara nama, aku sangat teliti dalam pemberian nama terutama untuk anak sendiri karena nama adalah sebentuk doa sekaligus harapan orang tua terhadap arti dari nama tersebut, doa dan harapan sepanjang hayat dan terus melekat hingga hari akhir kelak. Nabi s.a.w. pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang artinya, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak kalian. Maka baguskan lah nama-nama kalian”. Atas dasar hadis inilah ku beri nama terbaik untuk anak-anak ku.
Aku menamakan
anak ku dengan nama yang baik lagi berarti, anak pertama ku beri nama dari sebuah
nama kitab Tasawuf حديقة الاولياء karangan Syeikh Tajuddīn Naufal yang terbit
di kisaran tahun 1986 oleh penerbit Dār
Ibn Zaidūn. Pada anak kedua, nama yang ku berikan pun ku ambil dari nama kitab Tasawuf
yakniتذكرة الاولياء karangan Syeikh Farīduddīn
‘Aṭṭār yang diterbitkan oleh Dār Kitāb ‘Ilmiyah, Libanon. Begitu pun untuk anak
ketiga, sebelum kelahirannya sudah ku persiapkan nama untuknya yang ku ambil
juga dari kitab Tasawuf ديوان شمس تبريزي karangan Maulana Jalaluddin Rumi yang diterbitkan oleh Al-Markaz Al-Qaumi
Littarjamah, Cairo di tahun 2009.
ديوان شمس تبريزي artinya Bait-bait syair
Syams Tabrizi. Menurut William C.
Chittick, Dīwān Syams Tabrīzī ialah pantulan dari kilauan cahaya kehidupan
spiritual Rumi. Setiap puisinya merupakan gambaran simbolis kondisi sufistik
yang dialami dalam mencapai jalan menuju Tuhan (Kusuma Jaya, 2016). Diwan
adalah sebuah naskah/buku yang berisi kumpulan puisi. Maka, Diwan Syams Tabrizi
berarti kumpulan puisi Syams Tabrizi atau nyanyian cinta Rumi terhadap Syams.
Rumi menyandarkan judul kitabnya dengan nama guru spiritualnya itu karena rasa
hormat dan cintanya kepada Syamsuddin at-Tabrizi (dari Tabriz – sekarang wilayah
di Iran) yang telah membuka mata batinnya. Dengan Diwan-nya itu, Rumi
menunjukkan jalan “Cinta Ilahi” sebagai jalan alternatif yang lebih ramah
terhadap kehidupan dunia namun tidak melupakan kehidupan akhirat (Hisnuddin,
2020). Secara filosofis, aku memiliki harapan – yang sama dengan harapan untuk kedua
putri ku – untuk putra pertama atau anak ketiga ku ini kelak dapat
menjadi waliyullah, dapat memberi teladan dan menjadi guru
spiritual bagi siapa saja tak luput kepada dirinya sendiri.
Diwan Syams
Tabrizi Azwar, aku melengkapi nama itu dengan nama ku di ujungnya yang sudah include nama
ku dan nama istri ku (Azwar Wardah), bila ditulis dengan bahasa Arab
menjadi ديوان شمس تبريزي ازوار. Yang ku ketahui, dewasa ini kebanyakan
orang tua lebih memilih jalan instan dalam memberi nama anak, dengan mengandalkan
mesin pencari Google, mereka mendapatkan nama-nama yang sesuai keinginan. Berbeda
dengan ku, entah karena menyukai buku, anak pertama, kedua, hingga ketiga ini –
mungkin selanjutnya – ku beri nama yang ku ambil dari nama buku/kitab. Ketika
nanti Allah mengaruniai dan mengamanahkan kepada kami anak lagi dan lagi, aku akan
istikamah menyelaraskan nama-nama mereka dari nama-nama kitab terutama –
kesukaan ku – kitab-kitab Tasawuf.
Alhamdulillah,
pada 26 Desember lalu aku telah mengakikahkan putra pertama
atau anak ketiga ku ini saat umurnya sudah 1 tahun 2 bulan, aku sangat senang,
bahagia luar biasa. Betapa tidak, akikah anak ketiga ku ini bersamaan
dengan acara tunangan adik perempuan ku satu-satunya, anak paling bontot
(bungsu), sehingga kebahagiaan itu kami rasakan sekeluarga. Aku merasa
bersyukur sekali kepada Allah Rabbur Raḥmān dan berharap ada kejutan
lagi dan lagi nantinya, Ãmīn.