Kepada hati,
Maaf dari awal aku mengacuhkanmu, itu terjadi tidak sekali-dua kali saja bahkan sering. Coba saja aku mendengarkanmu, pasti hal itu tak akan terjadi, secara aku dengar tapi aku seolah menutup kedua kupingku ketika dengan lembutnya kau mengatakan jangan. Kedua kalinya kau mengatakan jangan, aku tetap saja dengan kekerasan kepalaku melakukannya hingga ketika ketiga kalinya kau teriak mengatakan "Jangaaaaan!!" aku tidak mempedulikan itu.
Tapi, apa? lihat sekarang yang terjadi karena kecerobohanku tak mengindahkan larangan mu aku malah menyakiti hati- hati yang lain. Kini aku sadar begitu gelisahnya aku setelah mengacuhkan mu "hati kecilku", walau kau kecil tapi suara mu bagai suara Tuhan yang selalu mengingatkanku ketika aku hendak terjerembab ke dalam kubangan dosa, terkotori oleh lumpur kesalahan.
Di sisi lain aku sesali itu tapi mata ini tak bisa menangisi itu sebagai pertanda aku sangat menyesal, aku tidak berani lagi berjanji lagi wahai "hati kecilku" karena aku seorang yang payah berjanji, aku sering ditampar kelupaan ketika aku menjanjikan sesuatu, dari hal terkecil yang mungkin sepele sampai kepada hal yang terbesar menurutku. Lagi-lagi aku berjanji tapi ingakar yang kuperbuat. Maka dari itu aku bukannya tak mau berjanji kepada mu tapi sebisa dan semampuku aku akan mencoba mengikuti setiap apa pun yang kau katakan dan mengindahkan laranganmu dengan tidak menyentuh dan melakukannya.
Sekali lagi, kepada hati maafkan aku, mintakan ampun kepada Tuhan untuk ku, karena aku t'lah terlalu malu kepada-Nya, aku juga sering mengingkari-Nya, jadi aku malu.
Maaf dari awal aku mengacuhkanmu, itu terjadi tidak sekali-dua kali saja bahkan sering. Coba saja aku mendengarkanmu, pasti hal itu tak akan terjadi, secara aku dengar tapi aku seolah menutup kedua kupingku ketika dengan lembutnya kau mengatakan jangan. Kedua kalinya kau mengatakan jangan, aku tetap saja dengan kekerasan kepalaku melakukannya hingga ketika ketiga kalinya kau teriak mengatakan "Jangaaaaan!!" aku tidak mempedulikan itu.
Tapi, apa? lihat sekarang yang terjadi karena kecerobohanku tak mengindahkan larangan mu aku malah menyakiti hati- hati yang lain. Kini aku sadar begitu gelisahnya aku setelah mengacuhkan mu "hati kecilku", walau kau kecil tapi suara mu bagai suara Tuhan yang selalu mengingatkanku ketika aku hendak terjerembab ke dalam kubangan dosa, terkotori oleh lumpur kesalahan.
Di sisi lain aku sesali itu tapi mata ini tak bisa menangisi itu sebagai pertanda aku sangat menyesal, aku tidak berani lagi berjanji lagi wahai "hati kecilku" karena aku seorang yang payah berjanji, aku sering ditampar kelupaan ketika aku menjanjikan sesuatu, dari hal terkecil yang mungkin sepele sampai kepada hal yang terbesar menurutku. Lagi-lagi aku berjanji tapi ingakar yang kuperbuat. Maka dari itu aku bukannya tak mau berjanji kepada mu tapi sebisa dan semampuku aku akan mencoba mengikuti setiap apa pun yang kau katakan dan mengindahkan laranganmu dengan tidak menyentuh dan melakukannya.
Sekali lagi, kepada hati maafkan aku, mintakan ampun kepada Tuhan untuk ku, karena aku t'lah terlalu malu kepada-Nya, aku juga sering mengingkari-Nya, jadi aku malu.
19 Mei 2014, di dalam gubuk kegelisahanku