Ayah dan Mak! Tadi tepatnya tanggal 16 Peb 1967
aku ulang tahun yg ke 46. Berarti sudah 29 tahun ayah meninggalkanku untuk
selamanya sedangkan Mak sudah 27 tahun. Ayah dan Mak, sekarang kami hanya
tinggal berempat Aku, kak Rahmi, Iyong Zaman dan Alang. Ongah Idi dan anggah
Dayat sudah menyusul ayah dan Mak. Banyak hal yang ingin kusampaikan kepada ayah
dan mak. Kalian tinggalkan disaat aku duduk di bangku Tsanawiyah (SMP). Sedikit
kali aku mendapatkan kasih sayang dari Ayah dan Mak terlebih lagi materi karena
kalian telah duluan dipanggil Tuhan.
Ayah dan Mak! Sekarang aku sudah punya 3 anak
(Nabil, Nazil dan Naqil) dari seorang isteri yang kuat memotivasiku (Fitri).
Aku juga sudah menyelesaikan jenjang pendidikan hingga sampai S3. Aku hanya
ingin menyampaikan bahwa luar biasa capeknya diriku dulu membiayai pendidikan
secara mandiri. Ayah dan Mak! Aku mengambil upahan mengait kelapa, membersihkan
taman, mengambil upahan mengangkat padi dan lain-lain. Baju dan Celanaku
sewaktu sekolah hanya tiga pasang dan bahkan dua pasang sempat kubawa kuliah di
S1. Banyak pengalaman pahit wahai ayah dan Mak yang kurasakan. Aku sebenarnya
ingin menunjukkan kepada ayah dan mak bahwa aku telah berhasil di bidang
pendidikan tapi tidak di bidang harta. Ingin rasanya aku menebus kesusahan kita
dulu ayah dan mak. Aku ingat betul disaat menyambut ramadhan semua orang
membeli daging tapi kita hanya makan ikan biasa.
Aku masih ingat, sewaktu ayah hendak menjual
buku-buku guna ongkosku ke sekolah tapi kata mamak jangan dijual sehingga mak
waktu itu menjual tikar ambalnya. Aku ketika menangis karena harga ambal yg
dijual mak tak cukup untuk ongkos. Abang iparku (Hamdan) menangkap kambingnya
dan lalu menjualnya dan mengasi semua hasil jualan itu kepadaku untuk berangkat
sekolah. Ayah dan mak, aku sangat rinduuu sekali ingin berjumpa dengan kalian.
Meskipun hidup kita dulu miskin tapi kita bahagia. Demi Allah! Sekalipun tidak
pernah kudengar dan kulihat ayah dan mak bertengkar bahkan pernah kutanyakan kepada
ongah Idi (abang yg paling tua) tetap saja jawabannya sama bahwa kalian tidak
pernah cekcok. Ayah dan mak! sekiranya kita bisa jumpa akan kupeluk kalian
berdua, ingat kali aku mak, setiap aku kembali ke sekolah (Tanjung Balai)
selalu mak antarkan aku ketangkahan, nampak di rawut wajah mak kesedihan, tapi
Mak tak mau beranjak kecuali boat yang membawaku sudah tak nampak lagi.
Ya Allah! mengapa terlalu cepat Engkau ambil
ayah dan Mak dalam kehidupanku. Mengapa tak pernah kulihat sekalipun mak marah,
mengapa tak mak katakan kepadaku bahwa mamak sakit.. mengapa tak Mak tahan aku
untuk tidak pulang sehingga ketika Mak dipanggil Yang Maha Kuasa dan bahkan
sampai Mak dikebumikan aku belum juga hadir. Ayah! aku salut idealismu yang
meskipun engkau seorang ustadz tapi tak pernah ngomel kalau tak dibayar. Mak!
engkau terlalu sabar sehingga kata org kampung engkau adalah laut. Ayah! Mak!
aku rindu sekali sama kalian, ingin aku kalian jemput tapi aku juga sayang sama
anak-anakku. Mereka tak pernah sekalipun membuat masalah bagiku sebagaimana
kami juga dulu tak pernah membuat masalah sama ayah dan mak. Kudoakan agar Ayah
dan Mak tenang di alam baka, aku ingin agar hatiku sama sama seperti ayah dan
mak yaitu sosok yang tidak tamak, suka membantu, pemaaf, keluarga sakinah dan
banyak atribut lainnya. Selamat tidur ayahku dan selamat tidur makku!
Oleh: Achyar Zein
Oleh: Achyar Zein